Saturday, November 29, 2008

~ untuk 3332 ~

Bermimpi untuk Raung!!
Itu yang kami sedang berusaha wujudkan sekarang, aku dan beberapa teman. Sejak Oktober kemaren ampe dibela-belain jogging loh, untuk menjaga kebugaran kita sih niatnya.
He he he.. belum pernah kita seserius ini mempersiapkan satu perjalanan ..
ROP udah jadi, jalur udah di plot..
Peralatan yang dibutuhkan sudah di list..
Regu sudah dibagi, secara kita lebih dari 10 orang nantinya..
Ada yang sudah beli keril baru..
Ada yang lagi nyari sepatu baru..
Jaket & Raincoat sudah disiapkan..
Golok tebas sudah siap..
Menu sudah disusun..
Teman seperjalanan sudah ada, sudah di list..
Hati dan fisik sudah dipersiapkan ..
dan Raung, sudah menunggu disana ..

Om Bob, Opiek, Bembenk, Aden, Ruday, Nikk, Joitem, Didik, Cupy, Joan, Mario..
ayooo.. siapa yang daftar lagi? Bang Bonar, Nyaring, Bang Asdath, Seemud????

ayo mari..

Friday, October 31, 2008

~ di Pangrango.. dan kuberhenti berharap ~

dan di lembah ini..
bulir-bulir kangenku menyatu ke bumi..
menyusup diantara kerikil yang dingin, membeku..
tak mengeluh walau menopang aku dan seluruh bebanku
mengalir dalam bening air yang selalu ada untukku lepas dahaga
ah, terbersit tanya.. 7 tahun lagi masihkah dia ada di lembah ini?

di lembah ini..
seluruh kesombongan luruh..
tak mampu berkata-kata tentang ketinggian
kuntum-kuntum kecil keabadian menohok aku,
dia, yang mampu peluk dinginnya sang malam..
dia, yang berani cumbui mentari..
dia, sang bunga abadi..
pagi ini berbisik lirih..
"aku akan selalu disini, namun apakah waktu ada bagimu"


~ Mandalawangi - 26 oktober 2008~

.. .. dan kuberhenti berharap

senja itu matahari bersembunyi dibalik rapatnya kelabu awan.. aku merasa mengenali setapak di depanku. Jalan setapak yang di kanannya lumut dan dingding tanah, di kirinya pepohonan tak begitu tinggi dan sudah mulai jarang. Di depan pasti pertigaannya, aku berucap sendiri dalam hati sambil terus melangkah menghampiri belokan yang sudah tidak begitu jauh..
dalam hati aku tersenyum, senang akan segera tiba di taman impianku..
aku terus melangkah.. dan kecewa! aku salah (lagii..)
.. .. ..

Sudah hampir jam 00.00 saat kami (djoko, gethuk, seemud & aku) meninggalkan terminal Kampung Rambutan bersama gerombolan perempuan peserta pendakian "Women Series" ke Gunung Pangrango. Rasanya aneh, melihat segerombolan perempuan disini. Agaknya efek aku terlalu sering merambah ketinggian dengan kaum lelaki. Kami jadi seperti orang aneh malam ini, saat di bus pun semuanya rapii duduk rapat di bagian depan, sementara kami seperti biasa justru langsung merambah bagian belakang. Kebiasaan yang aneh sepertinya, dan siapa yang aneh ya disini?

Di pertigaan Cimacan masih kami sempatkan beli beberapa keperluan yang masih kurang, setelah itu langsung naik angkot menuju Cibodas. Hanya ada kami berempat yang tertinggal, seluruh team women series sudah berangkat duluan, jadi ngga heran kalo kemudian bapak supirnya ngetok harga sampai 25 ribu. Di Cibodas aku masih sempatkan nemenin Gethuk cari makan, sementara seemud ama djoko re-packing beberapa benda. Akhirnya, beberapa saat lewat dari jam 3 subuh, kami menyelesaikan urusan check surat ijin dan mulai berjalan, team women series sendiri masih packing di Montana, dari Tanti aku tau kalau mereka juga akan langsung berjalan, setelah packing selesai.

Dengan Gethuk & seemud aku sudah cukup sering berjalan bersama, tapi dengan djoko ini adalah yang pertama. Dari beberapa temen aku dikasih tau kalo djoko tipenya jalan pelan tapi ngga sering berhenti, bukan orang bawel, dan di dalam ranselnya segala macem ada. Tapi dalam 1 jam perjalanan ke Panyangcangan subuh itu aku ngga nemuin djoko yang begitu, memang djoko berjalan paling belakang dan ngga suka kalo ditungguin, tapi belakangnya juga ngga dalam jarak yang jauh. Sampai di Panyangcangan kami putuskan untuk tidur sebentar beralaskan flysheet dan setelah menikmati milo hangat, seperti 4 ikan peda yang berbaris rapi kami terbang ke alam mimpi.

Mataku masih berat banget saat suara-suara berisik membangunkan aku, seemud malah udah bangun duluan walau masih tetep di dalam sleeping bag nya. Ada Dhaniez, Bang nanda, dan team woman series. Jelas kalo tim rusuh ini sudah hadir, kedamaian tidur sudah menguap menuju langit, tinggal mimpi ha ha ha .. Aku lalu melawan nggan bergerak-ku dan memasak air, menghidangkan kopi dan coklat hangat, menyambut pagi. Sambil kami menikmati sarapan, satu persatu tim women series meninggalkan panyangcangan, sementara kami masih asik dengan kenikmatan dalam memulai hari. Dhaniesz cs lalu nyusul meninggalkan kami dan .. masiy kami masih saja meneruskan menikmati sarapan pagi kami. O iya, disini djoko baru tau kalo sepatunya ternyata jebol. Alasnya sebelas kiri terbuka. Sempat aku sarankan diikat, tapi kemudian dia memilih berjalan dengan sendal gunung saja. Setelah perut tenang kami mulai packing, lalu mulai menapaki jalan setapak mendaki.

Formasi jalan subuh tadi agaknya memang sudah begitu adanya, seemud, aku, gethuk dan djoko, formasi ini berlaku hingga turun. Seemud malah begerak sangat cepat kali ini, seringkali aku kehilangan sosok berwarna biru itu. Belum terlalu jauh berjalan kami mulai bertemu dengan anggota team women series, karena seemud terus berjalan aku juga mengikuti melewati mereka. Ngga lama juga kita ketemu dengan gerombolannya dhaniesz ha ha kalo ama yang ini siy cuma ada 1 pilihan yaitu ikutan berhenti, melonggarkan punggung dan mari kita tertawa bersama ..

Pagi ini cuaca sangat bersahabat, mentari tidak terik, awannya ada sekedar mendinginkan mentari. Mungkin juga karena sempat tidur dengan sangat nyenyak walo sebentar banget tadi, tapi badan rasanya enak banget pagi ini. Seemud juga sempat ngomong hal yang sama walo kalo versi seemud agak-agak spooky "ransel gwa kae ada yang bawain Jo" hiii .. aku cuma bisa bilang " udah, ga usah dipikirin, dinikmati aja mud" abis mo jawab apa lagi.. Setelah istirahat ramean ini target kita selanjutnya adalah air panas, kita mo ngopi-ngopi lagi disana. Sepanjang jalur ini agag-agak kerja keras dikit karena bantuin nita, yang tadi udah ngga bisa tersenyum lagi karena mangkel ama bawaan yang dia harus bawa, sementara beberapa anggota tim nya berjalan melewati bahkan tanpa menyapa.. Hemh..

Waktu tempuh menuju air panas jadi lebih lama dari biasa, sungguh sangat tidak nyaman berjalan dengan daypack di depan dada. Bikin gerah, bikin jalur jadi ngga keliatan (apalagi waktu lewat air panas), tapi disini aku cuma bisa senyum aja, mencoba mengingat kapan terakhir kali jalan dengan bawaan begini, dan aku lupa.. kapan.

Dan kami menepati janji, selepas air panas trangia dikeluarkan dan kami menikmati saat-saat minum teh bersama. sudah hampir jam 11 siang, tapi masih terlalu dini untuk makan siang. Bagusnya cuaca membuat aku masih rajin motret, mengabadikan wajah-wajah ceria teman seperjalan kali ini. Ngga lama perjalanan dilanjutkan dan dalam 1 jam lebih dikit kami memasuki kandang badak. Seemud seperti sejak awal udah ngilang di depan, aku seperti biasa berjalan sendiri. Namun mendekati kandang badak di depan aku melihat Putri, jalannya sudah agak sempoyongan, ini membuat aku bergegas. Putri yang bennernya udah putih keliatan pucat banget siang itu, dia lalu menepi untuk memberi aku jalan, tapi aku lalu memaksa untuk berjalan bersama, pelan-palan, dia setuju asal aku berjalan di depan. Aku tau kalo Kandang Badak sudah sangat dekat, coba memberi semangat dengan realita itu. Saat aku tanya ternyata semalam mereka benar-benar ngga tidur, lalu ngga sarapan pagi pula! GILA. Pantes aja mereka bisa naik gunung hanya dengan daypack agak besar, logistik yang mereka kurangi. Hah hobby menyenangkan ini memang tidak mudah, tapi juga bukan hal yang sulit agaknya.

Di Kandang Badak untungnya sudah ada 1 tenda tim advance berdiri, bagaimanapun ternyata tim putri ini tidak dilepas bebas seperti burung di angkasa. Untungnya seperti itu, kalo ngga agaknya tim ku tidak akan melanjutnya perjalanan siang ini, untuk memastikan kondisi mereka semua baik. Kami mencari tempat agak menyepi, agar dapat segera mengolah makan siang karena akan melanjutkan perjalanan ke puncak Pangrango.

"mud, jam berapa sekarang?" aku bertanya saat semua ransel sudah naik kebahu kami kembali. "setengah tiga Jo" djoko yang nyahut.. hemh, semoga 3 jam dapat kami tempuh ke puncak Pangrango. Aku bukan orang yang suka berjalan dalam gelap, apalagi ditemani air hujan, hah.. dan seingatku seringkali hujan akan turun saat menuju Pangrango, semoga kali ini tidak!

Aku memutuskan tetap memakai flight series ijo ku untuk berjalan, nanti pasti akan gerak memang tapi mengingat saat makan tadi aku sampai menggigil lebih baik sekarang menjaga suhu dulu, begitu mulai hangat nanti aku buka. Kami sempatkan mampir ke tenda tim women series, lalu ketemu dhaniesz dan om Nanda juga, ledek-ledekan sejenak dan langsung melanjutkan perjalanan.

Jalur Pangrango masih seperti terakhir kali aku datangi, diawali dengan jajaran beberapa pohon tumbang. Untungnya seemud dan aku tingginya nyaris sama, jadi kalo seemud lewat atas aku lewat atas, dia merayap ya ikut merayap juga. Selain kami ada 1 tim lagi ternyata, aku lupa namanya siapa aja, mereka bertiga dan niatnya hanya tek-tok dari Kandang badak - Pangrango - Kandang Badak lagi. Kita sempat ngobrol-ngobrol sebentar, sambil istirahat ditengah jalur. Setelah itu mereka bergerak duluan, kita masih menikmati sore dengan tawa. Setelah jalur ini hanya 1x lagi kita istirahat bersama, setelah itu seemud melesat jauh, aku seperti biasa sendirian ditengah dan ada Gethuk bareng djoko dibelakang. Entah kenapa aku sangat menikmati berjalan sendiri, seringkali tidak disengaja tapi karena kecepatanku memang beda dengan orang lain.

Beberapa kali duduk sendiri, tersenyum menatap kabut, menatap kearah Gunung Gede walau sore ini ngga keliatan apa-apa. Menyenangkan karena letih ngga begitu mendera dalam perjalanan ini, keril baruku yang berjalan kedua kalinya dengan aku juga baik. Sore ini aku ngga pernah berhenti lama, hanya 2 ato 3 menit, selain karena keinginan untuk segera tiba di Mandalawangi juga karena awan gelap yang melingkupi gunung ini.

Dan seperti itulah, tadinya aku pikir betapa perjalanan yang menyenangkan. Belakangan saat terang sudah agak meredup aku makin bergegas. Yang di depan sudah ngga keliatan, yang di belakang benar-benar tak bersuara. Beberapa kali aku berfikir "Nah itu dia belokannya" saat merasa mengenali jalan setapak di depanku, namun ntah berapa kali juga aku cuma bisa menarik nafas dan kecewa he he he .. Disamping rasa yang hadir ini, egoku juga bicara lain. Aku senang dengan kondisi Pangrango yang begini, yang banyak dikeluhkan orang lain, untuk aku biarlah begitu, biarlah tetep seperti itu. Kalo bertambah pohon tumbangnya juga tak apa. Aku suka Mandalawangi yang bersih, yang sepi, yang dinginn .. Egois ya, untuk Mandalawangi aku memang egois ha ha ha ..

Lalu hadiah rajinnya aku melangkah tiba juga, tiba-tiba saat aku hanya menatap lumut dan dedaunan kecil-kecil di permukaan tanah, aku menoleh dan langsung melihat pertigaan yang sangat kukenal di depanku. ah.. puji Tuhan. Aku bergegas melangkah lebih cepat kemudian, ada suara seemud yang memanggil-manggil aku, sepertinya sudah beberapa saat dia tiba di puncak, dingin pasti menunggu aku. "Jo, kita langsung ke Mandalawangi aja ya" seemud sudah pake jaket birunya, dingin memang. "iya, yok.." singkat sudah jawabanku. Sebelum melangkah ke jalur menuju Lembah Mandalawangi, seperti selalu, kupeluk triangulasi hijau pupus itu dan memberi salam dengan ciuman. Kangen!

Sebelum gelap bennaran tiba kami dirikan tenda, Gethuk ama Djoko belon ada tanda-tandanya juga. Aku buka trangia dan nyiapin minuman, kalau nanti mereka datang setidaknya bisa langsung mnghangatkan badan dengan minuman. Minuman sudah tersaji saat mereka tiba, lalu langsung mendirikan tenda satu lagi, berhadap-hadapan 2 tenda. Dipasang flysheet diantara 2 tenda itu, malam ini kami bisa memasak dengan damai.

Bergantian aku, gethuk & djoko memasak, seemud agaknya kelelahan ato emang kurang tidur banget ya. Sebelum jam 8 dia sudah menghangatkan sleeping bag-nya dengan damaii.. Saat semua masakan kelar, agag sulit membangunkan seemud untuk makan malam. Lalu tanpa suara sama sekali juga dia menikmati makan malamnya .. kalo ditanya cuma mmhh.. mmhh.. kaenya makannya aja sambil setengah bermimpi deh :) ..

O iya, jam 8-an tadi ada orang yang datang dan membangun tenda di belakang tenda kami, aku tidak sempat mengintip ke arah mereka, konsentrasi dengan masakanku. Dari suaranya aku menghitung minimal ada 4 orang di tenda itu, dan ada 2 perempuan disana.. Besok pagi sajalan berkicau bersama mereka, dinginnya malam membuat aku sangat enggan beranjak dari tempat duduk ku..

Abis makan langsung beberes lalu hanya ngobrol bentar aja.. dinginnya malam ini benneran yang dingin banget.. semua bahan makanan dan peralatan masak aku susun rapi di terasnya tenda djoko, abis itu langsung meluruskan punggung & terbang ke alam mimpi..

.. malam yang dingin..

Paginya, lagi-lagi aku dibangunkan oleh suara perempuan-perempuan.. ternyata team women series yang summit dari subuh tadi sudah pada nyampe & sedang nodong minuman hangat :) seemud jadi bintang pagi ini he he he ..

Pagi di Mandalawangi.. aku curi waktu berjalan-jalan sendiri sesaat, disini. sebelum makin banyak manusia tiba.. sebelum jadi makin berisik, sebelum kabut beranjak ke langit..
Cuci muka di sungai kecil yang membelah mandalawangi, seperti selalu.. airnya selalu ada, walau sedikit sekali tapi cukup sekedar menyegarkan kulitku..

Setelah itu langsung deh melakukan satu hal yang aku sudah siapkan , foto-foto di mandalawangi. Aku benar2 ngga tau walau sedikit menduga juga sih.. ngga mungkin perempuan-perempuan ini jalan bareng tapi ngga foto dengan busana perempuan. Aku pake rok pinky & atasan turtle neck ku.. masih sopan lah, untuk Mandalawangi. Senang banget rasanya, akhirnya bisa punya foto dengan kostum yang aku suka, berlatarkan edelweis.. edelweis di Mandalawangi!

Jam 9 kira-kira, saat team women series meninggalkan Mandalawangi, kemudian sepi kembali hadir.. mentari juga bersinar dengan sangat cerahnya pagi ini. Tuhan, sungguh Engkau teramat baik..

Ada Nita & Jeannie yang masih tinggal bersama kami, setelah yang rame-rame berlalu kami mulai memasak lagi.. nasi goreng, puding, minuman.. macem2 deh.. Ngobrol-ngobrol dengan sangat nyantai kami ber-enam diketinggian ini. Djoko malah sempat bilang, andai ngga harus pulang sekarang akan indah sekali, andai besok ngga harus ngantor! Damn, aku sangat setujuuuu.

Tapi jam 11 siang akhirnya kami meninggalkan keindahan Lembah itu, ber6 sekarang berjalan bersama.. Sempat foto-foto sesaat juga di Puncak, bersama triangulasi yang tegak kokoh berdiri bersama kerasnya cuaca yang menghantamnya setiap hari.

Begitu jalan turun kami brgerak lebih cepat, apalagi ditunjang dengan istirahat cukup dan makan yang banyak tadi :) formasinya masih sama, seemud & Joan lalu Nita & Jeannie lalu gethuk & djoko sebagai sweeper.

12.30 kami sudah tiba di Kandang badak, team women series sudah turun semua tapi kami lalu bertemu dengan team Highcamp yang naik lewat Gunung Putri ke Gunung Gede, mereka lagi makan siang juga. Ketemu Kang Maman disini, ah senangnya. Kangen banget dengan si akang baik hati satu ini.. Ngobrol-ngobrol bentar lalu mereka turun duluan, kami masih menunggu Nita & Jeannie packing sambil masak minuman hangat & makan puding :) pudingnya enak gillaaaa.. he he he ..

Cukup santai perjalanan turunnya, selepas air panas kami mulai ketemu dengan pecahan dari team women series, lalu team highcamp juga. seneng jadinya bisa ngobrol-ngobrol sambil istirahat. O iya, kakinya djoko tremor jadi dia berjalan paling belakang. Sempat aku kasih counterpain di kandang badak, setelah itu ada minyak gosok lain yang kaenya lebih berpengaruh dari Nita. Pelan-pelan sekali, tapi djoko tetep jalan, salute banget ama dia :)

Jam 16-an, Panyangcangan rameee banget. Entah ada berapa kelompok orang disini. Team Highcamp, Women series, kami, lalu ada anak kampus mana juga gitu.. sambil nunggu djoko aku lalu masak schootel indomie, buat ngeganjel perut siy niatnya. Tapi dasar amateur ya, bumbunya lupa dimasukin, jadinya hambar.. tapii teteub abis juga lo.. ha ha ha

Waktu djoko nyampe Panyangcangan semua orang idah turun, tinggal kami ber6, lagi-lagi.. Istirahat sebentar, lalu langsung jalan lagi.. Jam 6 lewat sudah, gelap sudah mulai turun juga waktu aku & seemud masuk ke pos perijinan di Cibodas..

Perjalanan ini sangat menyenangkan. Karena jalannya juga dengan orang-orang yang memang sangat asik ya.. lalu ritme jalan yang nyantai, ngga dikejar-kejar itu juga sangat menyenangkan. Banyak makan, menu sehat, berhenti untuk beristirahat sesuka hati, banyak tawa dan banyak canda disini.. menyenangkan. Ini perjalanan kami pertama bersama lewat jalur legal, agak asing, namun menyenangkan.

Bapa di sorga,
terima kasih untuk cuaca cerah-malam penuh bintang-pagi bermandikan sinar mentari dan teman seperjalanan yang luar biasa.. ..
Seemud, Djoko, Gethuk makasih banyak..
Nita, Jeannie teman-teman yang menyenangkan karena makannya pada banyak!!
Team Women series, Highcamp, .. it's been fun, huh?!

Mandalawangi, aku akan kembali ..


foto-foto lebih lengkap bisa dilihat di Balease

Thursday, October 09, 2008

~ Gekbrong - Gemuruh - Galudra ~ Pendakian Anak Durhaka 2

"ugh.." mati gaya sudah. Kakiku mentok, di kanan ada jendela, di kiri ada semud dan tanpa bisa menatap apa-apa karena tumpukan ransel-ransel membubung tinggi hingga langit-langit mobil carteran ke Sukabumi itu. O iya, supirnya benneran pembalap sejati, 1 jam - 1 jam saudara-saudara waktu yang ditempuh dari Bogor ke Sukabumi di malam kedua lebaran ini.

Di Sukabumi, teriakan gembel-gembel diperut kami redam dengan sate ayam berkuah soto, ayam lagi - ayam lagii! Buatku ini seperti menu putus asa - asal perut keisi dan lupakan saja soal rasa! Disini 5 orang gerombolannya Om Bob juga bergabung lagi, karena tadinya mereka ngangkot dari Bogor, carteran kita gag muwat. Saat kelar makan, beberapa saat sudah lewat dari jam 00.00 dan 2 angkot sudah siap membawa kita menuju Gekbrong.

Perjalanan menuju Gekbrong ngga begitu lama, namun jalurnya ampun-ampunan benner, ban-ban mobilnya ampe berasap karena kepanasan dan diangkot yang 1 lagi malah penumpangnya harus turun dari angkot karena angkotnya kehilangan daya :( Dari titik kita turun dan mulai berjalan, hanya kira-kira 15-20 menit berjalan melewati pepohonan tinggi dan rimbun bambu, dan kita tiba di Camp site - tempat kita habiskan malam ini, eh subuh ini ding!
Berdiri 5 tenda malam ini, rasanya semua orang benar-benar ingin tidur dengan nyaman. Menjelang jam 4 subuh saat satu-persatu mulai masuk tenda, setelah berbagi tawa, berbagi canda, berbagi ledekan, berbagi kopi dan berbagi tubrukan teh .. ..

Hari pertama ..
Hari pertama? Hemh.. Hari ini bangun siang, jam 9an kali. Matahari sudah tinggi saat aku nikmati sarapan dengan segelas kopi dan setangkup roti berisi daging (daging lagi ha ha), lalu ada sesi pemotretan dan sesi packing. nyantai? yup! Karena kita sambil nunggu gerombolan yang nyusul dari Jakarta pagi tadi. Jam 11 lewat sudah saat semuanya siap dan kita mulai bergerak, rencananya kita akan nunggu anak-anak di "dam air". Tadinya aku pikir ini agak jauh ke atas, ternyata belum juga keringatan, baru sekitar 15 menit berjalan, kita sudah sampai. Rasanya aneh bangun siang, leha-leha, jalan bentar eh udah istirahat lagii.. ha ha ha hari yang indah niyy..
Kira-kira jam 12 siang lebih dikit akhirnya Sunu, Joitem, Om cupy, Jack D & 4 orang temennya tiba, gerombolan ramee kita jadi makin rame aja. Jam 13 an, kelar makan, beres-beres, packing lagi dan kita mulai jalan.
Target kita hari ini di 1800 mdpl, Om Bob seperti biasa selalu di depan, kali ini dibelakangnya disusul oleh gerombolan ntah mana aja, tapii selalu ditutup oleh team sweeper ceria ha ha.. Aku? nyempill aja ntah dimana aja, semau kaki, semau hatii.. ngga bakat jadi sweeper sowalnya ha ha ..

Hari ini hutannya indah, jalan setapaknya jelas walau kadang ada 1-2 persimpangan. Pepohonan tinggi berjajar tak beraturan, ada lumayan banyak pacet kelaperan di jalur ini tapi ya sutralah ya mo diapain juga. Sepanjang jalur hari ini emang nanjang, tapi menyenangkan karena ngga ada nanjak yang ampe bikin "ngap". Penambahan ketinggiannya beradab banget, asoy..
Jam 17.00 lewat dikit kita sampai di 1800-an, tapi punggungannya tipis banget, Ngga ada lahan cukup luas disekitar sini, jadilah camp site malam ini memanjang sepanjang punggungan, ada 5 tenda berdiri menampung 16 manusia dan 2 flysheet dikibarkan malam ini menampung 7 begundal :)
Malam yang lagi-lagi penuh tawa, ada om Bob yang jumpalitan ngadepin otak-otak dipenggorengan, ada tragedi ikan peda di flysheet om cupy, ada hujan bersahabat yang turun sesaat, ada yang tidur sendirian, ada shooting di balik tenda..

Hari Kedua..
"Dhuaarrrr..." tidur nyenyakku terbang bersama gelegar suara dari benda kecil titipan seorang bocah tua nakal yang ngga ikut dipendakian kali ini..
~ selamat pagi dunia ~
Pagi ini segelas kopi, segelas teh, mie instant pake telor! cukup dan kita siap berjalan, sore nanti rencananya kita nge-camp di suryakencana. Dilihat dari kecepatan kita kemaren, hari ini butuh bergerak lebih pagi..

Seperti kemaren, ada beberapa pohon tumbang disepanjang jalur. Jalur yang menanjak perlahan tapi jelas. Setiap kali kita istirahat selalu ada perubahan ketinggian yang jelas, ini menurut info dari om cupy..
Pagi ini matahari bersinar dengan ceria, membuat keringat juga mengalir dengan kecepatan penuh. Beberapa kali berhenti - istirahat - menunggu team di belakang menyusul - dan menghitung ketinggian. Kira-kira jam 12.00 Om Bob ngajakin makan siang, kebetulan kita lagi ketemu tempat lumayan datar. Langsung deh peralatan tempur dikeluarkan, dan masak-memasak dimulai. Menu siang ini ikan goreng & soup cream jagung.. yummy.. yummy ha ha ..

Siang ini, seakan ngga mau kalah, rintik hujan juga mulai turun.. ingin ikut melengkapi warna-warni perjalanan kita, untungnya flysheet udah terpasang dan semua tetep bisa makan dengan santainya. Saat ini ketinggian kita udah disekitaran 2600an, jadi menuju puncak Gemuruh tinggal kira-kira 330 meter lagi :)
Kalo ngeliat jalur yang udah dijalani dari pagi tadi, kaenya belum akan terlalu sore kita ampe disana, nanti.

Hujan benneran iseng siang ini, menyirami bumi dengan cerianya. Raincoat mau gag mau harus dipake, yang paling males adalah saat harus keluar dari bawah teduhnya flysheet dan melanjutkan perjalanan. Akhirnya, Gerombolan anak-anak condet :) memulai, mereka berjalan di depan, lalu gak lama aku nyusul, kayanya dibelakangku gerombolan Jack D lalu para sweeper. Udah jam 1 lewat siang itu, saat kita lanjutkan perjalanan, karena hujan ngga berhenti juga, kita ikutan berjalan tanpa henti juga.. Vegetasinya sudah berbeda sejak kita makan siang tadi, pohonannya mulai lebih pendek dan cantigi mulai rame, selalu menyenangkan berjalan diantara cantigi. Memberi nafas ketinggian diudara..

Aku ngga tau jam berapa tepatnya, sekitar jam 4 an mungkin, saat tiba-tiba aku melihat Opiek ama Beng-beng berdiri di satu pelataran. "Ini Gemuruh?" aku nanya, "Iya Jo Gemuruh. itu makamnya" mereka nunjuk gundukan tanah berpagar ranting..
Ampun, nyaliku langsung ciut dan melipiri dataran itu ke sisi lain yang menjauhi gundukan tanah itu. Tidak pernah menyenangkan ada didekat makam, untuk aku.

Ngga lama satu-persatu menyusul. Hujan belum juga reda, kabut makin tebal dan angin makin kencang. Indahnya ada disini, pada saat ini.
Lalu ada foto-foto session, ada saat menambah kabut di udara dan ada juga saat begong saja, berdiri menggigil seperti batang pohon. Kira-kira 30 menit berada disana, ransel kembali dipanggul, perjalanan harus dilanjutkan. Suryakencana, kami datang!

Namun :) ternyata perjalan pendek menuju Suryakencana juga adalah kisah menarik tersendiri, saat aku & bunda yang tadinya berjalan di depan berhenti ketika bertemu persimpangan. Om Bob ama Opiek lalu nyari jalur (jalur cepat) dan jadilah kita melewati jalur denagn kemiringan semiring-miringnya!!! Ngga kebayang mpo' Ipeh dengan sepatu cantiknya dijalur ini, pasti kacau-balau rasa dikakinya. Perjalanan jadi lambat sekali, terhenti seperti macetnya Jakarta. Team sweeper sudah kehabisan stock sabar, akhirnya satu persatu disalib dan tinggal beberapa kita dibelakang.

Dibawah, di Suryakencana beberapa jajaran tenda sudah terlihat, agagnya kami bukan satu-satunya gerombolan anak durhaka musim ini. Walau pastinya kami satu-satunya gerombolan anak durhaka yang membalak di jalur ilegal :) he he itu yang membuat ini menarik!

Di Suryakencana, kita nongol di alun-alun Barat, disini isi lagi semua botol kosong denagnstock air bersih. Bertahap bergerak menuju alun-alun timur, karena kabut udah makin tebal dan hujan dan angin berasa makin ceria.
Senja yang dingin. .
Senja yang putih. .
Senja di Suryakencana. .

Malam ini, hujan ngga juga reda. Api malam ini gagal. Tapi makan malam tetap berlangsung dengan sukses. Yang kasihan Joitem, mungkin kaerna dia masuk angin, ngga ada makanan yang dapat menggugah nafsu makannya. Kita sudah pancing dengan sambal bajak - gagal. Kita masakin Indomie goreng (mintanya 2 lagi) tapi tetep gagal. Akhirnya dia memilih menepi & menyepi di tendanya, dan kami (om bob-anton-sunu-semud-om cupy-joan) teteub melanjutkan menemani malam dengan berbagi tawa dan segelas kopi hangat.
Ah, sungguh malam yang indah.

Ngga lama, saat malam mulai belajar larut, akhirnya kita menghangatkan sleepeng bag & tenda kita. Ha ha ha .. rapat-merapat banget malam ini, nyaris ngga bisa berkutik karena tenda anton ditambah dengan om cupy yang sama sekali ngga imud dan sunu! :)

Saat semua sudah damai, saat aku ada diantara bumi dan langit, tiba-tiba ada check sounda dari tenda kiri dan kanan. Ada teriakan - teriakan yang rasanya seperti Dejavu, seperti tahun lalu, disisi lain Alun-alun ini. Joitem & Om Bob bener-bener adu kenceng suranya menghadapi tawa-tawa dari tenda tetangga. Saat semuanya reda, yang tersisa hanya dinginnya malam, suara rintik hujan yang jaruh di flysheet, hangatnya tenda, dan bisikan angin.
Yang tersisa hanya damai..

Hari Ketiga ..
"Nasi uduk.. nasi uduk mas"...
What?? PDA - ini di Gunung!
Tapi kenyataannya memang begitu, pagiku dibuyarkan oleh suara para penjual nasi uduk. Hidup memang keras!

06.30, Suryakencana masih berliput kabut. Masih dingin. Aku coba abadikan kuntum-kuntum edelweis, namun aku kalah oleh dingin, semuanya ngga fokus. Aku menyerah dan memilih menikmati segelas kopi hangat saja, pagi ini.
Menu pagi ini bubur kacang Ijo :) enak. Segelas saja, cukup rasanya. Lalu berleha-leha sebentar, lalu satu persatu mulai packing. Dinginnya Suryakencana memang menggigit pagi ini, tapi ngga mungkin juga jalan dengan jaket, raincoatnya juga udah lepek efek hujan kemaren. Sudah saja, bersatu & menikmati dingin saja. Itu sudah.

Seperti tahun lalu, edisi foto-foto anak durhaka ada lagi, kali ini dengan busana batik. lucu, karena lagi-lagi seakan-akan alun-alun ini hanya punya kita, 23 manusia narsiss. Lalu, untuk melengkapi lebaran tahun ini, 1 ledakan "Dhuaarrr" menutup sesi foto-foto dan membawa kita kembali ke bumi, kembali ke kesadaran besok harus masu kantor lagi :)

Jalur turun kali ini adalah Desa Galudra, namanya keren ya. Jalurnya langsung dari alun-alun timur, berlawanan dengan arah turun ke Gunung Putri. Disini lagi-lagi kita bergerak lambat, lambat sekali malah. Kalo dilihat dari jalurnya sepertinya 3 atau 4 jam sudah sangat dukup untuk tiba di Galudra dengan berjalan santai, tapi adanya pak guru yang cedera lurut benar-benar menahan langkah kita.

Di jalur turun yang jadi sweeper benaran lengkap. Mulai dari Bunda, om Bob, Anton, Sunu, Semud, Joitem, Joan, Opiek & Om cupy, berjalan santai dan menikmati pemandangan manusia berjalan di atas awan :)

Banyak kekonyolan beneran terjadi disini, ntah itu saat jalan, ntah itu saat istirahat panjang kita. Seru, dan tiba-tiba kita sudah di galudra. Perjalanan panjang menuju desanya yang paling menyiksa jari-jemari. Ada perih-perih kecil dan cenat-cenut tanpa henti di ujung jemari..

Warung di Galudra jadi titik akhir perjalanan ini..
Menjadi titik akhir ditutupnya pembalakan ilegal untuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango..
Menjadi titik awal rencana-rencana ilegal gunung-gunung lainnya..

Bapa di sorga, terimakasih..
Mentemen terimakasih, sungguh perjalanan yang indah!!

Tuesday, September 16, 2008

~ Nite Ride - Under the Moonlight ~

ini adalah off road pertamaku ..
ini adalah nite ride pertamaku ..
kae "National Geographic" bilang .. never stop exploring..

sabtu malam jam 19.50 nyampe di Taman Dago, masih sepii.. belon ada tanda kehidupan sepeda-sepeda yang konon katanya mo ber"nite ride under the moonlight" belum keliatan satu helai pun.. akhirnya kita nongkrong di madtari dulu, menenangkan jiwa dengan suntikan keju parut diatas susu kenthel & taburan coklat. kalo lebih kenyang, mungkin akan mampu ngegowez lebih kenceng he he he ..

begitu balik udah ada beberapa orang dengan sepeda nongkrong disana hemh senengnya.. ngeliat langit malam ini juga sangat bersabat. Bulan bulat dengan Hallow cantik menglilingi dia, di bandung masih mungkin bertemu hallow, ngga seperti jakarta yang siang malam langitnya kelabu.. .. awan kelabu yang sore tadi menggantung dilangit bandung hilang sudah, yang ada sekarang skylamp segede gaban ha ha .. ..

malam itu, pun saat langit ceria aku masih koatir.. semua yang ada di taman itu cowo. "Aku takut ntar aku bakal ngerepotin deh, kalo aku ketinggalan ntar gimana?" aku sempat bisikin temeku begitu.. udah, tenang aja.. banyakan turunan kok katanya jalurnya.
si temenku itu kaenya yang nyantai & percaya banget aja gitu kalo aku ga bakal ngrepotin, padahal ini juga sepedaan pertama kami barengan .. hmmhh..

Sekitar jam 21.00 obat penenang jiwaku nongol, ada 1 mahluk berkerudung datang.. ELLA namanya ah, akhirnya ada cewe lain disini.. ampe akhirnya berangkat emang cuma ada kita bedua diantara cowo-cowo yang kaenya udah gemmes banget buruan berangkat & ber nite ride under the moonlight ..
Ada 3 pick up yang memuat sepeda & manusianya sekalian, awalnya masih lumayan lega tapi dijalan ada beberapa pick up point lain dan jadilah belakangan sebagian besar harus berdiri berpegangan pada sepeda.

Perjalanan ke titik start itu cerita tersendiri, ditemani cahaya bulan dan city light yang indah banget dibelakang kita. Waktu mulai memasuki jajaran punggungan berpinus juga luar biasa cantik, siluet pohon-pohon yang tegak, diam berdiri dipeluk dinginnya malam.. Indah!!

Dari titik start yang kita capai lebih dari 30 menit yang diberikaan langsung tanjakan. Hanya mampu ngegowes bentar selanjutnya ya tuntun bike! Batuannya lepas dan gede-gede juga, halah! Aku & Ella yang sengaja ditaro paling depan langsung disusul ama mahluk-mahluk yang kaenya udah ngga sabaran itu, saat sebagian besar orang ber-tuntun bike, teteub loe ada manusia-manusia yang sukses ampe atas tanpa turun dari sepedanya.. Jempol deh buat mereka. Belakangan, begitu aku amati manusia-manusia itu memang agak-agak maniak bermain dengan adrenalin!!! Di tanjakan mereka kuat ngegowes terus, dijalanan menurun.. mereka terbang!!!

Malam ini, aku ngerasa nemuin sesuatu. Diantara jalur-jalur dengan turunan panjang yang kadang mulus beraspal dan kadang kasar dengan jalan bebatuan, atopun jalan tanah setapak yang hanya bisa dilewati 1 sepeda, aku nemuin kesenangan yang "beda". Saat pikiran hanya berpusat ke satu titik - jalanan, saat tanganku kaenya punya kekuatan lain untukmenahan sepedaku tetap ada dijalur, ngga terlempar ke antah-berantah, saat badan kaenya nyatu dengan sepeda.. tersenyum membelah malam!
Di Tebing, dulu kalo aku lagi manjat.. saat yang ada hanya aku & Tebing adrenalinnya juga sinting rasanya, ini juga sinting, tapii beda. Itu yang menarik.

Gimana ngomongnya ya.. beda-nya tuh bikin nagih!!! ampe balik ke Jakarta, masih saja aku senyum-senyum sendiri inget malam itu. Bermain dengan adrenalin itu memang selalu menyenangkan, berasa deg-deg'an tapi ngga mau berhenti. Malam ini yang aku rasa begitu juga, sepeda putihku kaenya ngga sabar untuk tau ada apa lagi di depannya dan kadang aku biarkan dia melesat begitu saja, berlari secepat dia mauu.. secepat dia bisa, dan aku temani dia dengan senyuman.

Kemaren ada 4 kaenya yang ban nya kempes, ada yang jatuh dan berdarah, lalu ada tabrakan beruntun 3 sepeda di jalan aspal.. huaaaaaa untungnya dengan kecepatan penuh meluncur turun, aku masih sempat berkelit ke pinggir jalan, kalo ngga 4 tuh yang timpa-timpaan.. tapii tetep loh, semua senang, semua bisa tetep senyum dan semuanya teteub bisa lanjutin sepedaannya..

Jalurnya sendiri (nyontek mas ugie niy) dimulai dari Palintang Gunung Manglayang - Bukit Tunggul - Daerah Gunung Kasur - Cibodas - Maribaya - Goa Pakar - Dago!!
Udah hampir jam 4 subuh waktu akhirnya kita nyampe depan Alfamart Dago, berkelompok sesuai jalur rumah masing-masing mulai bubar, terakhir kita tinggal beberapa orang dan misah di perempatan Dago. Ada yang ke Mc.D dulu sementara aku ama partner in crime malam ini masih ngegowez ke Unpar, ke Ciumbuleuit dengan tanjakan cantiknya.. ..

Cape? malam itu siy ngga berasa sama sekali, yang ada cuma bawaannya senyum senneng terus.. yang kepikiran cuma, MAU LAGIII!!

Senneng, di detik terakhir aku putuskan untuk ke Bandung!!

Wednesday, July 16, 2008

~ Summer Camp : satu perjalanan kembali ke Kampung Mandalawangi ~

4 bulan telah berlalu dan musim panas telah tiba, kini ..
Pesan terakhir yang aku terima lewat ym Jumat kemaren adalah ”kampung rambutan yah... jam 9 waktu iraha bae ..” cukup begitu dan aku akan datang!!

Perjalanan ini untuk mengentaskan rasa penasaran akan musim panas di Kampung Mandalawangi, ingin menikmati pemandangan Gede – Pangrango bersanding berlatar langit biru, pemandangan Hijau hutan tidak terhalang gerimis, lewati senja bersama dingin yang menggigit tapi tanpa riuh suara hujan, melewatkan malam berbagi tawa dengan hangatnya api unggun, menyambut pagi dan esok dalam tatapan Mandalawangi!
Ingin bermain dengan mentari saja, setelah February yang basah di Kampung Mandalawangi ..
Lagipula, kami terlanjur mengucap janji.. akan kembali saat musim panas telah tiba!

Hampir jam 11 malam, saat akhirnya bus jurusan Cianjur itu nongol dan 4 keril besar di loading ke bagasi. Lengkap sudah ber8 dengan 4 daypack dan 4 Keril besar memuat semua kesenangan dunia, kami bawa dalam perjalanan ini. Perjalanan menuju Puncak cukup lancar, dalam 2 jam kami sudah menikmati teh hangat disalah satu warung di kawasan Puncak Pass.. Warung yang sama dengan Bapak yang sama dengan February lalu, hemh.. hanya kurang SUNU disini, yang nambah malah banyak, ada Nita, Laura, Ai dan Andi yang bergabung sekarang. Ada yang well prepare ada yang ”mau ke mall” he he he ..
Segelas teh hangat berlalu dan perjalanan dimulai, malam ini target perjalanannya adalah ”sedikit lebih jauh aja dari tempat kita nge-camp february kemaren dan kita buka tenda” .. lalu ntah karena efek langit cerah dengan bulan ¾ atau efek teman perjalanan yang “super duper” rame, berasa dekat aja semuanya.. 12 July, jam 3 subuh dan kita bangun 3 tenda dibawah sinar rembulan .. ..

“12 July telah tiba dan aku harus ada di ketinggian, hari ini!”

Pagi telah tiba.. Aku melirik jam tanganku, tertera 7.55 disana. Semua masih sepi, semua masih terlelap dalam dekapan sinar dan hangatnya mentari, masih ada sedikit dingin sisa semalam, sedikit. Rinduku akan tempat itu membangunkan aku, ingin segera ada disana.. di kampung mandalawangi yang bertabur sinar mentari musin panas ini..

Menikmati sepii sendiri diantara hijaunya pepohonan memang selalu menyenangkan! Ngga lama andi & irene bergabung, udah ga bisa tidur juga mereka. Segelas kopi & roti coklat menemani pagi, indah!! Cukup lama juga menunggu hingga ada suara-suara kehidupan dari tenda tetangga, dan begitu bangun semua ngeriung di tenda kita, berbagi kehangatan lewat gelas yang berpindah dari satu tangan ke tangan selanjutnya.

Matahari terus beranjak naik perlahan, selesai sarapan dan sedikit bermalas-malasan semua lalu mulai packing. Perjalanan harus dilanjutkan segera, agar dapat segera bermalas-malasan lagi di tempat lebih indah dan sepii.. dan jam 10 kira-kira perjalanan dilanjutkan lagi. Menyenangkan sekali rasanya berjalan dalam cuaca cerah, walaupun keringat jadi mengalir dengan riangnya ..
Aku sedikit lupa dengan jalur perjalanan ini, he he kebiasaan jelek ya ini, kurang memperhatikan jalur saat berjalan di belakang, alhasil di 2 persimpangan aku harus menunggu semud untuk memastikan arah. Perjalanan ini ditemani dengan banyak sekali jaring laba-laba yang menerjang wajahku, tiap beberapa langkah aku mengusap wajah, membersihkan jaring-jaring halus yang tidak kasat itu.

Jam 1 siang kira-kira dan aku sudah ada di lapangan kecil itu, lapangan rumput dipagari semak, berlatarkan Gede – Pangrango dan dinaungi 2 batang pohon yang rindang. Ada senyap menyeruak saat aku tiba disana, sendiri saja.. Aku lepas ransel di pundak pada batang pohon tumbang yang setia disana, indahnya musim panas di lembah ini. Kangenku, penasaranku terpuaskan sudah .. lega di hati.

Saat semua sudah berkumpul Vera bilang ”Jo, semud belon ada.. ..” hemh ada koatir disuaranya. Aku lalu membawa satu botol air mineral kosong dan berjalan kembali, nyusulin semud .. .. aneh juga, ga ada tanda-tandaya sama sekali, ngga ada warna lain di lembah itu, selain hijau, hanya ada aku – merah sendiri – menclok di dasar lembah. Sekitar 10 menit muter-muter, berteriak tapi ngga ada sahutan juga. Aku putuskan kembali ke Camp Site, siapa tau dia udah ada dan .. belon ada juga. Hemh, semudh yang nakal.

Balik lagi, berjalan hingga batas hutan dan berteriak-teriak sendiri dan.. .. aku lalu mendengar suara semudh di kejauhan.. hemh.. 8 menit kemudian kira-kira baru ketemu, ternyata ya.. mahluk semud satu ini memang iseng!!!

Bermalas-malasan .. .. itu adalah yang paling menyenangkan untuk dilakukan kalau lagi liburan musim panas begini. Setelah berkeliling sejenak mencari air, kita lalu ngeriung di bawah sinar mentari yang hangat, memasak makan siang tapii sebelumnya segelas kopi dulu untuk menenangkan jiwa.

Siang ini berlalu dengan cepat, kopi-kopi mengalir, membuat api unggun, masak puding, ambil air lagi, cuci-cuci muka, sikat gigi, bermalas-malasan dan.. .. saat gelap mulai datang ada teriakan sepoi-sepoi dari atas punggungan, ”Ah.. om Azduth telah tibaaa ..” Dan benar saja, ada om azdut, pujoo dan labir yang nyusul kita dan mereka bawa ayam dan bumbu untuk bikin ayam bakarr...... seperti sudah dijanjikan, senang sekalii ..

Irene langsung ambil bagian untuk merabu bumbu ayam, Om Azduth nyiapin nasi liwet di Tong-jin nya, Labirr menata api, ada yang ngeracik bumbu, ada yang moto-moto, ada yang nyicip-nyicip .. semua senang.. semua heboh .. menikmati satu malam dimusim panas di kampung mandalawangii .. ..
Ada 2 ekor ayam bakar, yang dibakar dalam alumunium foil dengan kungfu tingkat tinggii, ada sekantung besar buah pear yang melegakan tenggorokan, ada segelas kopii, ada sate-sate sosis, ada banyak makanan malam ini, ada banyak senang disini ..

Bertukar cerita, merencanakan rencana perjalanan selanjutnya sambil duduk berkeliling disekitar api unggun, menikmati dingin yang menggigit, menikmati sinar rembulan yang menghangatkan bumi.. menghangatkan lembah ini..
Lewat tengah malam sudah saat aku masuk tenda dan meluruskan badan.. lega saat ini ada disini bukan di Jakarta .. ”Tuhan, terima kasih”

Lagi-lagi mentari bergerak duluan dari aku, ada suara-suara diluar tenda yang membangunkan aku.. sekejab-dua kejab – tiga kejab dan semua nyawa sudah berkumpull lagi.. Begitu buka tenda disambut dengan segelas kopi hangat.. uuuuuuhhh senengnya, thank you bro.

Dan haripun berjalan cepat, matahari beranjak naik dengan tergesa.. Tapii masih, masih kita makan enak hari ini dengan Irene yang rajin banget masak dan kita yang siap sedia ngabisin masakannya.. Foto-foto narsis pun berlangsung, tiba-tiba semua ingin jadi model, tiba – tiba semua jadi centill he he he ..

Keanggunan dan kegagahan dua gunung itu bersanding, Gede di kiri dengan jajaran cadas kawahnya yang tampak cantik berwarna dan Pangrango dengan kemegahannya, diam, sepii, menjulang menangkap awan. Aahh.. aku ingat akan Mandalawangi yang diketinggian itu, 3 bulan tidak bersua, apa kabarmu cantik? Ah, rindu mandalawangi!

Dan siang di kampung mandalawangi kita tutup dengan sebotol Juice anggur, huaaa segar sekaliii. Memberi semangat baru untuk menapaki tanjakan dengan tetap tersenyum.. ha ha senang sekali liburan 2 hari ini. Ntah karena euforia sisa semalam atau memang suasananya ato emang benar begini.. tapi rasanya perjalakan pulang ini cepat sekali. Tiba-tiba udah nyampe di pertigaan, tiba-tiba udah ngopii-ngopii lagi sambil menikmati lapis legit, tiba-tiba udah harus berpisah dengan 3 stooges, dan tiba-tiba udah di jalan raya lagi. Kembali ke bising yang selalu ini.. ..

Perjalanan ini adalah perjalanan yang kurindukan, sayang ngga ada om cupix dan sapii gila disini untuk membuat semuanya sempurna..
Perjalanan ini, hadiah dari sorga untuk hatiku!


11.12.13 july
dan aku melepas kau dari hidupku

Tuesday, May 27, 2008

~ waktu ~





.. ..
untuk segala sesuatu ada masanya,
untuk apa pun di bawah langit ada waktunya .. ..





Jika Tuhan berkenan.


jakarta, 27 Mei 2008

Tuesday, May 06, 2008

~ Crossing The Khumbu Icefall ~

once you dream about it, there's no turning back!!
begitu ngga sih?

satu minggu ini berjalan, dan kepalaku ngga bisa berhenti memikirkan mereka, mereka lagi apa - lagi ada dimana - ada yang sakit ato semuanya sehat - kondisi everestnya gimana?? .. .. begitu.. udah beberapa hari begitu.. dan semalam aku mimpi, mimpi menapaki gigir tipis itu lagi - mimpi yang udah setahun lebih ngga pernah hadir! Dinginnya menyedot semua keinginan untuk hidup dan terus melangkah, tapi seperti selalu.. aku melihat aku melangkah, sendiri. Lalu yang aku bisa lakukan saat terbangun kemudian adalah.. menangis dan memanjatkan sebait doa untuk mereka. Untuk Tim Everest Putrinya Singapore ..

Hari ini, kerjaan di kantor lagi banyak.. banyak banget yang nunggu email quotation dari aku, dan berusaha bisa konsentrasi bekerja hari ini ngga mudah, walo saat sore tiba kerjaanku emang bisa beres semua.. senengnya! Sore ini - malam mungkin ya, sudah jam 7 soalnya, akhirnya aku cari tau soal mereka.. di Everest news. Menurut Beritanya, tanggal 3 Mei kemaren Tim dari Singapore "Crossing The Khumbu Icefall" .. huaaaaaaa... cool!
Semoga ngga ada tim lain, semoga itu memang mereka .. ..

Kenapa sih aku akan senneng sekali kalo mereka berhasil? Mungkin karena aku punya mimpi yang sama kali yah, bahkan dulu (he he he .. ..) pernah ngerasa seperti berlatih bersama mereka, walau tempatnya beda. Mereka pernah jadi satu pemberi semangat dulu, semangat untuk terus berlari, terus mendaki, terus berjalan (siapa tau dana tim-ku dapat dan aku bisa ketemu tim mereka entah kapan ato entah dimana) .. Mimpi yang sama, saat ini dan semoga satu saat nanti aku boleh ada disana, di atap dunia, dan merasakan semua yang saat ini hanya dapat aku mimpikan, satu hal yang saat ini mereka perjuangkan!!

You Go Galzz!!

.. hah, gila ..
~ may God be with you ~

Wednesday, April 16, 2008

~ kembali ke 3019 ~

lagi.. yup, lagi. yang kedua di 2008 ..

12 april 2008,
aku dan 16 orang teman lainnya dengan rencana Ultralight Hiking ke Pangrango memulai perjalanan kami sekitar jam 6.45 pagi. Untuk beberapa orang termasuk aku, tetap ultralight hiking ini ngga bisa dibuat "light" juga, untuk aku masalahnya ada di logistik. Makananku masih benar-benar sangat nyaman dan ngga light sama sekali, walhasil ranselku jadi salah satu yang paling gede dan paling berat dalam perjalanan ini..

Ransel udah pas, sleeping bag udah ok, pakaian udah pas (lebih ding 2, karena takut keujanan 2 hari), jaket udah ok .. nah yang nda ok adalah trangia (harusnya bawa yang kecilan, bukan yang type 27, logistik-ku, walaupun terbukti berguna semua yang aku bawa.. beras habis, lauk nyisa telor 1 butir, gula nyisa, coklat dan kopi juga nyisa dikit, tapi jujur.. aku selalu lebih tenang kalo semua yang aku butuhkan ada, walo ini jadi evaluasi pribadi untuk perjalanan Ultralight Hiking selanjutnya. Hal lain yang membuat logistik-ku ngga UH adalah karena ini adalah perjalanan pertama-ku dengan temen-temen dari Highcamp, belon tau kebiasaannya gimana, persiapan masing-masing orangnya gimana, jadilah aku agak-agak prepare benar-benar untuk beberapa hal seperti P3K dan makanan.

Hingga makan siang, kita masih masuk dalam perkiraan waktu, karena kita memang berencana untuk makan siang di Kandang Badak. Hujan mengguyur kita mulai dari jam 10-an, dan ternyata ada anggota tim yang ngga bawa raincoat. Hemh .. ini sangat mempengaruhi pergerakan selanjutnya, hingga perjalanan pulang besok. Saat makan siang, jadinya seadanya banget karena kita hanya makan dengan nasi bungkus dari warung Mang Ibi. Nda ada yang hangat-hangat siang ini, aku sempat berpikir untuk ngeluarin trangia tapi begitu mengingat letak trangiaku aku membatalkan keinginan menikmati segelah air hangat di ketinggian ini.

13 an lewat dikit dan saat itu hujan juga sedang sedikit bersahabat, kita lalu melanjutkan perjalanan. rencananya kita akan selalu bergerak bersama, saling menunggu karena kita cukup banyak, ber17, lalu mulai banyak jalan bercabang disini dan ada beberapa anggota team yang baru pertama kali bertandang ke Pangrango. Diawal perjalanan hingga sekitar jam 3 ini berjalan dengan cukup baik, dalam jarak waktu tertentu yang paling depan akan berhenti, menunggu hingga sweeper bergabung, namun belakangan karena jarak yang ada makin jauh tim yang di depan memutuskan untuk melanjutkan saja perjalanannya. Kebetulan aku ada ditengah, jadi masih bisa mendengar call sign tim di depan & belakang, tapi begitu jam 3an yang di depan makin ga terdengar & dibelakang makin lama ditunggu baru kedengaran suaranya.

Untungnya hujan sedikit mereda, walau sesekali rintiknya masih ruah mengejutkan kami.. 90 menit menjelang puncak kira-kira, aku bergabung dengan Budi, saat bertemu Budi sedang "berdoa", lagi sholat sambil duduk. Yang paling jelas aku liat adalah bibirnya pucat, pucat sekali, dan benar memang, ngga lama Budi memanggil dan bilang kalo dia sakit, masuk angin. Kondisi basah ini, lalu menu makan siang kami ditambah dengan tidur yang ngga begitu lelap semalam mungkin penyebab-nya. Aku coba tawarin makan sesuatu, minum sesuatu dan semuanya ditolak, katanya udah makan biskuat.. :-( koatir dweh!

Budi aku minta jalan di depan, dan benar-benar ngga usah maksa.. kamo emang mau istirahat duduk aja, aku takut kalo ampe dia pingsan karena mukanya makin pucat aja. Gunung Gede keliatan jelas dari tempat kami karena kabut sempat tersibak beberapa saat.. Udah ngga begitu jauh dari puncak Budi muntah-muntah, aku justru agak lega karena biasanya ini akan sangat mengurangi pusing & rasa mual. Aku cuma bisa bantu olesin minyak telon dibelakang lehernya Budi, abis itu kita istirahat bentar & aku coba memberi semangat dengan "Bentar lagi, paling 3 belokan lagi dan kita akan ketemu belokan ke puncaknya, abis itu jalannya udah datar kok.."
he he he .. seneng banget rasanya ada di ketinggian yang kukenal ini, sedikit sebelum puncak!

Puncak! Jam 5 sore.. aku & Budi skip acara foto-foto dan langsung menuju Mandalawangi. Lalu begitu mulai mendengar suara anak-anak yang kaenya lagi bangun tenda Budi ngomong begini.. "Jo, kaenya tempatnya bagus banget ya, kaenya emang layak kalo jalurnya kaya tadi itu.." aduh leganyaaaaa .. Begitu kita sampai tenda-tenda udah berdiri, berdekatan. Budi langsung menghilang, masuk ke salah satu tenda & beristirahat. Masih ada beberapa teman dibelakang kami, aku agak cemas, tapi sangat berusaha menyembunyikan kecemasanku. Koatir kalo ada yang seperti Budi juga, dan gelap sudah mulai turun.. ke Mandalawangi.
Jam 6 dan semua anggota tim masuk Mandalawangi!

Malam ini ngga berjalan panjang, agaknya banyak yang kelelahan, karena beberapa memilih untuk tidur dulu sebelm memasak makan malam. Aku ngga bisa menunggu lebih lama, gombal-gembel di perutku sudah menunggu kehangatan makanan. Jadilah segelas kopi & 1 chocolate chuncky mengganjal sebelum nasi + tumis brokoli + tuna saos teriyaki-ku jadi .. Udah itu mengundang nancy (karena tau dia nda bawa makanan lain selain roti) untuk makan malam bersama.. Ricky, orang yang sudah sangat berbaik hati menyediakan tenda barunya untuk aku malam ini kaenya lebih memilih makanan cepat saji yang dia bawa sendiri, ampe snack-nya juga lo dia punya.. AJAIB! Lalu ada yang hampir lupa.. Budi, ternyata benner dia belon makan malam. Jadilah tenda kecilnya ricky untuk sesaat disinggahi budi untuk makan malam. Untuk lebih membuat badannya lebih nyaman aku kasih jamu tolak angin cair yang judulnya manjur abes, lalu ditambah dengan vicks juga..

Sesaat baru lewat dari jam 20.00, dan udah pada seppi.. aku juga akhirnya memutuskan untuk tidur saja, walau rasanya "aneh sekali" tidur jam segini, di gunung.. tapi dinikmati saja. Apalagi untuk aku yang selalu kena insomnia kalo di Jakarta, hanya gunung yang mampu meninabobokan aku sebelum jam 2 pagi! Hanya gunung.
Bang Hendry sempat nanya2, kaenya doi juga aneh tidur jam segini.. ha ha ha, sutralah mari kita tidur saja..
.. .. .. .. ..

sepi.. masih teramat sepi pagi itu dan mataku sudah tak dapat terpejam. 05.37 dan aku putuskan keluar dari tenda, membawa kamera.

dan.. indah itu memang seindah yang selama ini telah aku bayangkan.. pagi yang sempurna di Mandalawangi, dengan kabut putih yang belum lagi naik ke angkasa, dengan dingin yang menggigit, dengan aroma keabadian, dengan aku didalamnya..
Mandalawangi indah, seindah-indahnya!!!!

Tuhan, terima kasih!

Jam 10 kira-kira kita mulai berjalan turun, sempat foto-foto sejenak menyalurkan semangat kenarsissan kita semua. Matahari bersinar pagi ini, indah.. menemani awal perjalanan kita.

Perjalanan pulang kita juga ngga terlalu lancar juga, beberapa teman kena masalah di lutut dan kakinya. Malah belum jauh dari puncak Anno (kalo nda salah) lututnya udah mulai sakit. Waktu makan siang di Air panas ampe 1 jam menunggu belum ngumpul semua juga. Akhirnya Ryco, Andi dan beberapa teman lainnya mutusin untuk nunggu dan anggota tim yang lain melanjutkan perjalanan. Jam 5 kalo aku nda salah kita udah ada di pos jaga. Lalu langsung turun dan nunggu di waring mang Ibi aja..

Jam 6 lewat dan Riza *last man* landing di Mang Ibi .. lega-selega-leganya rasanya ..

Terima kasih Bapa di sorga .. ..
to : bang Hendry, om maman yang baik, budi yang anaknya ultah, ricky yang ultah, nancy, ella, irfan, dipa, dina(benner ga'ya?), anno & wife, dan team sweeper.. andy, rycko, om asep, riza, dan ada 1 gwa lupa namanya .. Semua, makasih untuk perjalanan ini ya ..

Tuesday, March 25, 2008

my first partner in crime .. Re-post

Semalam aku ngobrol dengan seorang teman tentang satu rencana pendakian besar, untuk menutup tahun ini atau untuk mengawali tahun depan.. Rencananya adalah Raung, gunung dengan ketinggian 3332 mdpl, yang terletak di Jawa timur.
Dari beberapa literatur yang aku baca, Raung itu ternyata sangat menarik. Belum banyak orang yang pernah sampai ke Puncak sejatinya, lalu pemandangannya sepertinya akan sangat luar biasa karena kawahnya saja diameternya sampai 2 km, dan di salah satu literatur disebutkan sebagai "The Hardest in Java.." wow.. membuat jantung berdetak lebih kencang kalimat terakhir itu.

Pagi ini, setelah menyelesaikan beberapa kerjaan yang urgent aku sempatin search di google tentang Raung, dapat beberapa yang seru juga tentang pendakian Raung, belum dibaca, langsung aku bundel di word & save. Namun.. begitu aku masuk ke 1 halaman yang pendakiannya dilaksanakan tahun 1996, mataku langsung tertuju pada satu nama.. Nama yang aku kenal -pernah teramat aku kenal-, si bulle, begitu aku menyebut dia..

Semua tulisan tentang garis besar perjalanan itu aku baca, dan dibawah ada namanya lagi, dia yang menulis ternyata. Sejenak & dua jenak aku biarkan waktu berlalu begitu saja.. aku hanya menatap monitorku, kemudian beralih ke Hpku.
Aku mencoba mencari namanya di phonebook hpku, masih ada ngga ya, sekarang dia sudah berjarak ribuan kilometer dari Jakarta, mungkin nomernya juga udah ganti, namun.. aku temukan nama itu! Hemh, ntah karena Raung, ntah karena apa, aku langsung dial nomernya dan menunggu.. belum terdengar nada tunggunya, tiba-tiba sudah..
* :"Hallo.." hah, aku kaget setengah idup..
J : "Hei, Allo.." sesaat semuanya sepii..
* : "Hallooo..." suaranya mengambang, raguuu ..
J: "Iya, ini gwa.. bedjow.." tiba2 aku mendengar suara sesuatu jatuh, dia menjatuhkan sesuatu..
* : "hah.. bedjow?? iya gwa tau.. loe dimana?? apa kabar??" suaranya panik & aku hanya tersenyum..
J: "Gw dikantor, dimana lagi.. kok loe yang nanya siy, gwa yang nelpon kan, gwa yang nanya ya.. apa kabar??"

Aku lalu cerita soal rencana pendakian ke puncak sejati Raung, lalu dia -seperti biasa- yang serba tau segalanya itu langsung memberikan rekomendasi kemana aja aku bisa cari info.. Katanya dia punya copi-nya video dokumentasinya anak-anak PATAGA (tim pertama yang nyampe ke puncak sejati), hemh senengnya..
"Joe, kalo loe mau, nanti tanggal 8 cd-nya udah nyampe Jakarta deh, tapi loe harus ambil ke ... ya, lalu nanti gwa kasih juga contact person yang loe bisa hubungi dari anak2 PATAGA itu untuk loe tanya2 ya, pokonya kalo ada apa-apa loe hubungi gwa aja ya, gwa akan selalu bantu Joe.."
Dia selalu begitu, ada untuk mendukung mimpi-mimpi gilaku..

Lalu.. siapa sih dia?
Dia itu seorang teman dari tahun 1996, lalu tahun lalu kami menjadi dekat lagi, karena memang kalo ngomongin soal "ketinggian" atau sagarmatha, dengan dia ngga akan pernah cape deh, karena itu aku menyebutnya My first partner in crime.. Hanya sesaat dia jadi partner in crime, karena kemudian dia pindah ke Negeri antah berantah & kami belum pernah ketemu lagi sejak saat itu ..

hh hh hh .. apa kabarmu?
.. foto na dapat dari search mr.google ..

Lalu sekarang, impian soal Raung-nya gimana? Hemh..
Perjalanan yang direncanakan ini Gatot sih, alias Gagal total, akunya kemana & temanku itu juga sibuk ngapain, masing - masing dengan urusannya sendiri. Keinginannya masih ada? masih. Masih banget malah.. Coba lihat deh foto di atas, gimana hati ngga pengen bisa menjejak disana, merasakan nikmat tak terkira saat ada di ketinggian itu.

Saat ini masih satu impian, namun.. mimpi yang membuat kita tetap hidup bukan!
Besok pagi .. bangun dan mari berusaha mewujudkan deretan impian!

Monday, March 24, 2008

~ Menari bersama Senja ~

Menyambut mentari pagi bersama segelas kopi ..

Itulah adalah salah satu hal yang paling aku suka, saat berada diketinggian, berada diantara hijaunya dedaunan, terkadang sambil membaui aroma hujan sisa semalam.. ditemani embun pagi yang mulai menguap naik dan bara api yang nggan mengalah pada titik embun. indah!

namun tentu saja ngga selalu jalan itu berarti ke ketinggian, kadang mencari tempat terpencil, tempat yang nyempil entah dimana, tempat yang ngga perlu keluar keringat untuk mencapainya, juga menarik. tempat yang saat senja tiba .. .. .. membuat nafas menjadi sesak menikmati - mensyukuri - mengagumi .. rangkaian awan, mentari, lautan .. yang seringkali menyesakkan jiwa.

Pantai selalu menjadi tempat, dimana aku mampu menikmati "tenggelam" dalam tarian bersama sang senja .. sejenak menjauh dari segalanya. Melontarkan diri jauuuhhh dari bumi, jauh dalam sendiri-ku! Pun dalam perjalanan kemaren.. ada yang tak mampu terlukiskan saat membiarkan karang menyakiti telapak kakiku, membiarkan air membasahi kakiku, menikmati saja .. menari bersama semburat sang senja.

Kenapa bukan menari bersama sang fajar? hemh .. aku mencintai malam di pantai, jadi seringkali subuh aku baru memejamkan mata, sulit bangun pagi kalau sudah begini.. maka saat matahari terbit - terbitlah saja.

Tuesday, February 26, 2008

~ 12 jam menuju Mandalawangi ~

27 november 2007.
~ INTRO ~
Tadinya aku berpikir semuanya akan berjalan biasa saja hari ini, tapi ternyata cerahnya mentari tidak turut menyinari pagiku. Setelah membaca 1 email, berita dukacita – ijinkan aku menyebutnya begitu – dan air mata lalu jatuh. Hah, hari ini akan berat, besok juga akan berat sepertinya..

~ The Article ~
”Io, mau naik gunung ga? ”
”Waaahh mau – mau, lagi rame niy anak-anak di rumah gwa, kapan Joe?”
”Hari ini, sekarang gwa masih di kantor, ada beberapa kerjaan yang harus dikerjain tapi kaenya makan siang ini kelar deh..”
”Hah, gila loe.. kemana?
”Mandalawangi..”
lalu ada obrolan sepihak diseberang sana.. lalu ”OK jo”

Jam 16.30 sore harinya aku sudah tiba di YSI Cibodas, menemukan segerombolan cowo-cowo yang sedang terlelap, bersahabat dengan dinginnya hawa kaki gunung. Hujan sempat turun sebentar, namun setelah itu cerah, bahkan kabut yang menutupi ketinggianpun tersingkap.. ”Wah kalo nanti malam jalan pasti bagus sekali karena ditemani cahaya bulan..” omongan Kang Heri itu benar-benar menghangatkan hati, disore yang dingin ini..

Selepas magrib dari Camp Montana kami memulai perjalanan sore ini. Selepas sebaris doa dipanjatkan bersama, headlamp yang sudah terpasang dari awal mulai bersinar menemani langkah-langkah yang rindu ketinggian itu..
Dari awal. Perjalanan ini memang untuk melepaskan penat, ngga ada yang diburu disini, menikmati tiap detik yang berlalu bersama teman seperjalanan..

Tiba di Panyangcangan semuanya sepakat menenangkan gombal-gembel yang bernyanyi di perut kami, cumi goreng tepung, chicken nouget dan soup krim menemani nasi putih, benar-benar menu buru-buru ya. Setelah itu ngobrol sejenak sambil menikmati mangga yang tadi asku sempat beli dan kemudian melanjutkan perjalanan. Berenam dan selalu berjalan bersama, menyenangkan sekali..
Kadang kita berhenti untuk menunggu seseorang menghangatkan badan dengan sebatang rokok, lalu disambung dengan seorang lagi.. akhirnya seringkali 30 menit ngga berasa..

12 malam, ato jam nol-nol ya, kita baru tiba di air panas. Berhenti lagi, katanya dalam perpindahan waktu seperti ini kita harus berhenti, ini aku baru tahu malam ini. Aku melihat seorang teman menunduk.. dia berdoa. Bibirnya komat kamit memanjatkan alunan kata yang hanya dia yang tau apa, tidak habis mereka mencengangkan aku hingga saat ini..

Tidak bertemu satu manusiapun dalam perjalanan ini, saat jam 2 subuh kami tiba di Kandang Badak pun lagi lagi kami putuskan untuk berhenti lagi. Perjalanan sesantai ini akan sulit ditemukan dalam perjalanan perjalananku menapaki ketinggian. Kita lalu duduk melingkar, satu ransel ditaro ditengah sebagai pengganti meja dan kartu pun dikeluarkan. Aku sudah sangat malas bergerak, hanga tersenyum melihat 2 lelaki yang giat menyusun trangia dan bersiap memasak mie instant. Aku dibagi minuman panas, ada juga juice buah, namun yang paling menyenangkan adalah mendengarkan perdebatan dan lelucon lelucon yang menari di udara, malam ini..

Aku taruh kepalaku di satu bahu, bahu yang kokoh, dan aku membiarkan mereka berkicau mengantarkan anganku terbang menjelajah angkasa. Masih –email – itu membuat mataku berkaca kaca, aku tidak mampu menhilangkan rangkaian kata-kata itu dari kepalaku. Diantara rumpun pepohonan diatasku, aku mencuri panddang pada rembulan yang setia tersenyum sepanjang jejak kaki melangkah.

Akhirnya pagi itu .. ..
Bersama cahaya mentari ..
Bersama embum yang beranjank pergi ..
Bersama 5 orang teman ..
Aku menapaki ketinggian itu lagi.

Selalu menyenangkan berada disini, di Mandalawangi, berbagi senyuman dan peluh dengan teman seperjalanan.
Saat ini, perjalanan kali ini adalah yang paling santai yang pernah terjadi, memakan waktu paling lama untuk akhirnya tiba di Mandalawangi, melewati saat menikmati dinginnya daging mangga lewat tenggorokan, menikmati hangatnya Mie instant di tengah malam, menikmati saat memberi semangat kepada teman untuk terus melangkah..
Menikmati hidup!
***

Thursday, February 14, 2008

.. Kampung Mandalawangi .. 106*58'52"T 06*44'12"S

08 February 2008



Langit makin gelap dan gerimis juga sudah mulai saat aku tiba di Terminal Kampung Rambutan. Aku telat, telat banget! Hah.. kenapa juga bisa pake acara kartu atm ketelan segala, jadilah di dompetku hanya tersisa uang 73 rebu, hingga kembali ke Jakarta nanti.
Sekarang udah jam 10 malam, dari tadi sunu udah telpon & sms, jadi begitu bus trans jakarta itu brenti aku bergegas mencari gerombolan yang pastinya udah ga sabar menunggu..

Begitu ketemu senneng banget rasanya, ada semud & sunu. Temennya semud yang 2 orang lagi makan katanya, begitu kelar kenal kenalan dengan Vera & Irene lalu langsung naik bus menuju ke Cianjur, karena kita akan berhenti di Puncak Pas..

Jam 00.15 kira-kira, kita sampe di Puncak Pass. Tadi sepanjang jalan begitu masuk kawasan puncak aku melihat kabut tebal banget, dari balik kaca bus.. Begitu bus berhenti dan kita melompat turun, tiba-tiba seperti ditumpahkan dari langit .. hujan turun. Rintiknya saling berpacu menyentuh bumi, membasahi kami. Tidak ada kesempatan untuk santai, aku mengangkat ranselku lalu langsung berlari menyeberang jalan menuju warung yang masih terlihat terang. Hah, sekejab.. namun kami kuyup!!

Mungkin ini namanya Badai!!

Hujan turun sangat deras, suara angin menderu-deru hingga membuat papan penunjuk jalan bergoyang tak tentu arah dengan liarnya, kabut berlari-lari bersama angin. Inikahah Badai.. hah, akhirnya kita bertemu!!

Kami memilih untuk menunggu, menunggu cuaca sedikit bersahabat. satu jam.. dua jam.. dan akhirnya jam 3 dia sedikit mereda. Gempuran anginnya tidak begitu gila lagi, dan kami putuskan mulai berjalan. O ya, anggota jalan tambah 1 orang, kebetulan tujuannya sama, dia mau menyusul temennya di Kampung Mandalawangi.

Jalan awalnya adalah aspal yang menanjak, dan belum lama berjalan hujan kembali membombardir. Untuk dapat berjalan lurus saja sulit rasanya, angin ini seperti ingin membawa kami terbang ke angkasa. Terkadang aku memilih berhenti dan berpegangan pada rumpun hijau di kiri-kananku, bahkan dengan beban ransel ini aku gamang menghadapi angin besar ini.. Tapi, ada saat aku lupa kalau itu sedang ada di tengah Badai, pertemuan pertama ini sangat menyenangkan hatiku, dinginnya tidak begitu terasa - tertutupi hangat yang ada dalam dada.
Ada masa aku tertegun, memandangi putihnya kabut dan tarian ilalang dihadapanku, dalam sejauh tikka plus ku dapat menjangkau!
Aaarrgghhh.. Tuhan, ini teramat indah!

Tidak lama berjalan kami bertemu shelter permanen, hanya muat untuk 1 tenda kapasitas 4 orang dan saat itu sudah ada tenda disana. Segera 1 orang temen seperjalanan yang tadi bertemu di warung menyapa dan akhirnya dia memutuskan tidak meneruskan perjalanan dan berteduh dulu. Mengingat kondisi perlengkapannya sepertinya berteduh memang yang terbaik untuknya saat ini, dan kami berlima kembali meneruskan perjalanan.

Berjalan kira-kita 20-30 menit kami menemukan tempat yang memungkinkan membangun tenda, semua bergerak cepat, dan sepertinya langitpun mengerti karena rintik hujan itu sedikit berkurang saat kami membangun tenda, dan kembali tumpah saat kami sudah di dalam. Malam ini, tidurku lelap sekali.. seperti selalu, saat aku keluar dari kungkungan tembok.

10 lewat aku baru terbangun.. dingin, malas bangun, namun bayangan tentang Kampung Mandalawangi selalu menari di kepalaku, aku putuskan keluar tenda dan mulai nyiapin sarapan pagi untuk semua orang. Membuka hari dengan kopi hangat & roti coklat, indah bukan. Lalu masak nasi, tumis buncis, telor dadar dan kering tempe.. nikmat benner.. O iya, saat nasi matang sekonyong-konyong sesosok mahluk cakep nongol di depan tenda ( seperti penampakan saja), Om cupi nongol.. nongol dengan menhirnya, ha ha dari tadi diomongin, akhirnya dia muncul juga.
jam 12-an, akhirnya semua udah beres, tenda sudah masuk dan perut sudah kenyang. We're ready to rock the world!!!

Satu yang tak berhenti menemani langkah kita adalah rintik hujan, setia sekali. Kira-kira 1 jam berjalan aku mulai dapat merasakan dingin yang merembes di pundakku, menandakan raincoat kuningku mulai kehilangan kemampuannya. ah, tapi mengingat semua perjalanan yang telah kita lalui bersama tidak akan secepat itu dia pensiun.
Jam 2an kita ketemu rombongan om Ijo, dessy dan agly yang sedang jalan turun, gillaaa.. kalo ditelaah dari kondisi wajah seakan-akan mereka baru aja melewati medan yang berrraaattt benjet!!! Hujan ini memang gila! Jadilah kita nge-riung sesaat & dua saat di jalan setapak, bertukar sedikir cerita, berbagi tawa, snack, rokok dan air.. lalu melanjutkan perjalanan.

Di ketinggian 1800an aku baru "ngeh" kalo ternyata sunu, semud & vera Januari kemaren udah kesini, tapi kampungnya ngga ketemu, di persimpangan jalan kita lalu buka peta lagi.. jelas sekali kalo mereka enggan memilih jalur belok yang kita pilih "itu sama aja, kemaren itu juga lewat situ" .. hemh.
Akhirnya peta dibuka.. aarrrgghhh konturnya ngga jelas sama sekali! Satu catatan penting ini, satu keteledoran yang parah banget, jalan dan petanya ngga jelas. Satu saat aku akan kembali ke tempat ini dan aku akan pastikan petanya benner!


"Ingat Joan, bersyukurlah kalo kali ini peta itu tidak begitu menentukan langkahmu.. jika kabutnya pekat dan jalan setapaknya tak jelas.. langkah selanjutnya mungkin tergantung Peta dan Kompas".



Dengan peta yang ada seadanya itu aku berusaha membaca kami ada dimana dan harus kemana. Akhirnya kami putuskan untuk ambil jalur yang sudah pernah dilewati sunu dkk, disatu titik kita akan misah dari jalur yang mereka lalui, dan titik itu tidak boleh salah. Aku lalu pindah jalan ke depan, di depanku hanya ada om cupi dan kita bergerak cepat di depan.. Akhirnya titik itu ketemu, jalan yang putus dan tidak mungkin dilewati karena ada pandan hutan besar menutup jalan. Om cupi coba ngecek ke kanan & ga mungkin, aku lalu memanjat tebing tanah di sebelah kiriku, diantara ranting pohon tumbang, bawa ransel gede pula, ngga mudah untuk naik. Begitu ada di atas jadi lebih baik, tidak ada jejak kaki bekas dilewati, tapi ternyata jalan sambungannya ada, hanya kira2 3 Meter yang terputus, tapi kalau tidak dilihat dengan baik memang akan memilih terus naik ke punggungan.
Sesuai dengan perkiraan, tidak lama kita ketemu dengan tim penjemput dari kp. mandalawangi, ada 3 orang cemcereme. ada yang sendal jepitan doanks, celana pendekan doang juga.. hah.. anak-anak muda ini.

Selanjutnya tinggal turun ke lembah, turun terus, namun tidak terlihat apa-apa, selain putih yang pekat itu. Konon, Kampung Mandalawangi ini berada di lembang yang dipagari gunung-gunung, jadi sudah sangat pantas kalo pemandangannya akan dahsyat sekali. Kalau tanpa kabut.
Begitu nyampe di lokasi Camp, penuh dengan orang-orang yang abis nge-camp dan siap untuk kembali ke peradaban, mereka kuyup. Ngga enak rasanya dipandangi begitu banyak mata.
Setelah mereka berangkat semua langsung bergerak.. diriin tenda dan masak air!

hujan memang beneran enggan berhenti, jam 6.30 semua udah beres makan. jam 7 semud, vera & Irene sudah menghangatkan sleeping bag. Aku, Sunu, Om Cupi, Om Asdath,dan 2 orang anak muda masih bertahan dibawah fly sheet.. ngobrol-ngobrol, berbagi tawa, berbagi kopi, berbagi ubi (enak gila!) dan menghitung rencana perjalanan selanjutnya.. jam 9 dan semuanya lalu bubar, hanya hujan yang tetap setia!

Tiba-tiba, hari ini sudah besok!
Jam 8 baru bangun dan hujan makin menggila diluar. Di dalam tenda, di balik sleeping bag tentu hangat. Nikmatnya tidur ditemani suara hujan ini, bayangkan 10 jam aku mampu tidur, disini.

Hari ini semua berjalan cepat. Bangun, masak, makan, nunggu hujan mengecil, beres-beres, packing dan berangkat!! Sebelum jalan pertanyaan dari kakek Pemburu adalah "Mau yang singkat tapi pake nanjak ato yang panjang tapi turun terus?" ha ha.. "yang turun terussss...".
Sungguh pilihan bijak, bijak sekali.
Semua bergerak cepat dan tiba-tiba kami sudah ada di kebon teh..

.. lagi, satu perjalanan menyenangkan, dengan temen-temen yang menyenangkan..

jika diawal, saat sebelum jalan aku tau aku akan bertemu dengan Badai - dengan Hujan tanpa henti itu - aku akan tetap pergi. Belum tentu akan ada kesempatan seperti malam itu lagi, boleh bernafas & berjalan bersama Badai!!


sunu, semud, vera, irene, om cupi, om azdath .. ..

terima kasih!

Wednesday, January 30, 2008

My First Illegal story ..

~ Pasir Datar - Masigit - Pangrango - Mandalawangi - Citeko ~

"First cut is the deepest".. kata orang sih begitu ya, dan sepertinya memang seringkali begitu. Kenangan untuk hal-hal yang baru pertama kali kita lakukan atau rasakan, akan membekas dengan dalam .. dalam. Begitulah aku mengingat perjalanan ini, perjalanan pertama dengan team Illegal Login, orang-orang yang ngga suka kalo naik gunung lewat jalur yang umum.. hemh ..

Pertama kali ide itu tercetus, di warkop pasfes, deg-degan loh.. deg-degan apa aku bakal bisa nyamain ritme jalannya mereka, lalu beberapa koatir yang lain juga muncul.. apalagi di perjalanan-perjalanan awalnya para pembalak ini sangat memilih orang yang boleh ikutan jalan.. he he ini pengalaman diri sendiri loh ditolak ama mereka..

Akhirnya tibalah hari H-nya, aku ketemuan ama Nikk di Gambir jam 6 sowreh, lalu meluncur ke Bogor dengan kereta express.. fyi, ini adalah perjalanan pertamaku naik kereta Jakarta - Bogor! Sepanjang jalan berdiri, tapi rasanya masih cukup nyaman karena ngga begitu banyak orang yang mondar-mandir..

Jam 20.00 nyampe di Hero, anak-anak udah rame dan ranselnya gede-gede benjeeettt he he. Belakangan aku tau isinya sebagian besar adalah makanan.. dan makanan.. lalu karena kita cukup rame ber-11, jadilah harus bawa beberapa tenda kecil karena di koatirkan ngga ada space cukup disepanjang jalan kalo bawa tenda agak gede ..

Jam 9 malam kita semua udah di Elf carteran dan bergerak menuju Sukabumi, angkotnya melaju seperti ngga punya rem.. wash wush.. seperti bawa kentang saja, bukan bawa manusia! dan tentunya, sekejab saja kami sudah tiba di sukabumi, lalu pasang-pasang tendalah di lokasi Camping sebelum pintu masuk.. Setenda bareng Nikk & BleEm dalam perjalanan ini, sepanjang jalan bersama.. bleEm bapaknya, aku & Nikk anaknya hi hi ..

Hari Pertama : kami membuka hari dengan segelas kopi dan makan pagi yang sehat, aku lupa lauknya apa, tapi yang pasti ada tumis Brokoli pagi ini .. Pagi yang indah, menikmati sarapan pagi bersama teman dan diiringi suara aliran sungai ..

Jam 9 lewat kami mulai berjalan.. Om Sugi yang paling depan, karena benar-benar harus orientasi agar tidak salah masuk punggungan, dibelakangnya ada rombongan penebas, rombongan turis, rombongan modispala, rombongan penyanyi, dan sweeper.. Malamnya kita berhenti di ketinggian 1600an, tempatnya tadinya ngga begitu rata, tapi akhirnya dibuat rata-lah oleh gerombolan kita.. jalur ini cukup manis loo, sepanjang jalan pacet-pacetnya ngga mikir 2x untuk nemplokin kita..

Hari kedua, dimulai lebih pagi.. perjalanan kita akan lebih panjang dari kemaren soalnya.. Yang aku paling inget dari hari ini adalah siang harinya, saat kita lagi berjalan di punggungan tipis & aku bertemu Edelweis pertama di jalur ini.. "12:20 dan aku bertemu dengan Edelweis.." aku hanya bisa berteriak begitu.. senang yang ada dihatiku membuncah dibawah terik mentari. hemh, aku & Nikk ngga habis - bahisnya bilang "wah bagusnya... wah indahnya.. wah.. wah.." pokonya sepanjang jalur ini sangat luar biasa. Sorenya kita kejatuhan air hujan, dingin! tapi lagi - laginya, yang hadir kemudian setelah hujan itu berlaluu.. adalah symphony langit yang luar biasa. Sehabis hujan itu Jingga dan Merah membalut angkasa. Semuanya terpana, bersama temaram yang mulai hadir kami hanya mampu berusaha membekukan saat-saat itu lewat lensa-lensa kamera.. namun, tentu tiada yang seindah moment itu yang mampu dibawa pulang, dalam benda bernama kamera.. .. ..

Malamnya, ada rapat keluarga di ketinggian 1700 mdpl. Dibawah atap tenda, duduk melingkar 3 mahluk.. bleEm adalah bapak & ibunya, aku & nikk adalah anaknya.. goship-goship mengalir dengan lancah he he he .. malam yang panjang.. saat kami memutuskan untuk tidur, semua sudah seppi, temaram sudah kekal memeluk jiwa-jiwa di ketinggian, jiwa - jiwa yang haus ketingian, merindukan hijau di ketinggian..

Paginya - PANASSS!!!
Seakan mentari ini menunjukkan kuasanya mengeringkan dedaunan dalam hitungan detik yang terus berdetak maju.. langit biru - biru sekali pagi ini. aku membereskan bagian depan tenda dan mulai memasak.. yang lainnya sibuk berburu, berburu lewat lensa-lensa kameranya.

Di ujung punggungan aku melihat Pangrango gagah berdiri, hijau & menyilaukan pandangan mataku..
ahhh Tuhan. Bumi ini teramat indah.

Jam 9 lewat, barulah langkah itu mulai diayunkan.. ntah kenapa, ada tidak sabar di dalam hati yang hadir. tidak sabar mengayunkan langkah sepanjang pungggungan itu, tidak sabar bertemu dia - bertemu mandalawangi..

Teman, jika kemaren jalurnya menanjak.. ternyata itu bukan apa-apa dibanding hari ini. sungguh tanjakan itu tiada henti.. tiada henti.. hingga jam 12.30 siang aku menapak di pertigaan ke puncak Pangrango. Sesaat, sendiri.. menemani sepi, mencampur aroma angin dengan sedikit aroma peluh, memberi warna senyuman untuk puncak pangrango..
Di puncak Pangrango, aku sempat barter logistik dengan beberapa pendaki, he he .. satu masalah terpecahkan siang itu.. lalu, senang karena hari ini aku memenuhi janjiku - setelah perjalanan pertama kami gagal, kali ini aku bersama nikk di puncak Pangrango. Ini adalah kunjungan pertama nikk ke tempat ini..

Mandalawangi - Lembah cintaku!!
Tidak ada kata yang mampu menggambarkan betapa aku selalu bahagia berada disini, betapa keinginan beranjak itu selalu hadir saat aku ada disini.. betapa aku .. ah, beberapa kata sebaiknya tak usah kuucap.
Makan siang di Mandalawangi - bikin foto keluarga, lalu langsung jalan turun yang curamm banget, ngga keitung deh berapa kali kepleset & bangun lagi.. kepleset dan bangun lagi.. kepleset.. he he jatuh mullu..

Jam 5 lewat kita nemuin tempat agak lega untuk bisa buka tenda, semuanya lalu langsung beraksi.. ada nyang ngeratain bumi, ada yang bikin awan buatan di atas bumi, segala gaya deh. Malamnya, saat gelap sudah datang - hujan ngga mau kalah & datang juga.. Memasak beramai- ramai dibawah suara guntur, bercampur tetesan-tetesan air hujan.. Malam ini kita masak telur corned dengan sukses.. menghangatkan malam!!

Lalu, tibalah hari terakhir..
Semua bergerak cepat hari ini.. tidak ada yang mau kemalaman dijalan.. berat hati meninggalkan ketinggian ini - tapi kenyataannya adalah kami adalah segerombolan orang yang hidup di dataran rendah - di jakarta - ke sanalah kami harus kembali, hingga saatnya boleh pulang kembali ke gunung.
Siang - menjelang sore, aku sudah lupa jam berapa.. kami tiba di perbatasan itu. Saat hijaunya pegunungan berganti menjadi hijaunya kebon teh.. jalanan kering, jalan koral - berbatu .. dan kembali tiba-tiba semua sudah ada di atas pick up menuju jalan raya..


Tuhan, terima kasih untuk 1 perjalanan teramat indah ini.
Satu perjalanan yang tidak biasa!