Wednesday, August 29, 2007

I will do it both way ..

Kenapa sih aku suka naik gunung?
Tentu ada banyak banget alasan untuk menjawab itu.. banyak alasannya cukup masuk akal, banyak juga alasannya yang rada nyeleneh dan mungkin beberapa ngga akan dapat begitu aja dapat diterima oleh orang-orang.. tapi terlepas dari semua alasan itu.. ayolah, gunung itu memang teramat pantas untuk dicintai bukan??

Tahun lalu, waktu bergabung dengan Tim Everest Indonesia setiap kita latihan di sekitaran Gunung Gede & Pangrango, pasti ngga boleh nginap di atas.. Mau itu cuma naik ke Gede doang ato ke Pangrango doang ato naik dua-duanya dalam satu hari, pasti perjalanannya naik lalu langsung turun lagi.. Dengan latihan fisik yang kita jalani selama setahun kemaren perjalanan begitu ngga begitu jadi masalah, apalagi dilakuinnya dengan cewe-cewe gila itu, semuanya terasa menyenangkan..

Tahun ini, setelah tim itu resmi dibubarkan, kebiasaan ini sempat nongol lagi. Awalnya sih karena obrolan degnan toffan, soal apa aja porsi latihan yang aku jalani dalam setahun kemaren, ternyata itu membuat dia jadi pengen banget nyobaik tek-tok.. ya begitulah kami menyebut acara naik & langsung turun gunung lagi itu..
Belum banyak gunung sih yang sempat kita cobain untuk tektok, untuk tahun ini baru 3 gunung yang kita jalani bareng, ke Gede, Pangrango & Cikuray.. dan semuanya sangat menyenangkan..

Lalu ada tim lain, yang membuat naik gunung memberi warna lebih indah, aku mulai jalan dengan tim ini Mei kemaren, baru sekali itu nemu jadwal yang beneran bisa match, tapi sekali itu udah sangat membuat aku jatuh cinta dengan jalur-jalur yang kemudian mereka pilih..
Kita menyebutnya "Illegal Login" atau naik gunung tapi bukan lewat jalur yang resmi..
Waktu aku jalan dengan mereka pertama kali, kita ke Pangrango lewat jalur Pasir Datar lalu masuk Masigit lalu nembus di alun-alun Mandalawangi.. Medannya lumayan gila "baca : jalurnya banyak yang tertutup, hingga perlu ditebas lalu untuk mencari air perlu turun 1 jam ke lembah, dan tanjakannya juga lumayan", pendakian ilegal pertamaku ini makan waktu 3 hari, namun semuanya dalam pendakian ini sangat menyenangkan..
Yang menarik dari illegal ini juga adalah perencanaannya yang detil, biasanya kalo lewat jalur normal kita sering ngga begitu peduli untuk bawa kompas & peta, tapi disini semuanya dipersiapkan dengan sangat baik.. dan itu menyenangkan.. menyenangkan..

Kalo yang aku liat sih ampe sekarang, temen-temenku yang ilegal ngga suka tektok, lalu yang tektok juga sangat menolak ilegal.. tapiiii indahnya hidup jadi manusia merdeka adalah kita boleh memilih bukan?? Dan untuk aku, kedua hal ini memberi warna yang beda dalam naik gunungku..
Bukan berarti ngga suka naik lewat jalur resmi ya, masiy tetep.. namanya naik gunung lewat jalur manapun akan menyenangkan.. Tapi, sekali-kali mencari yang sedikit beda lucu juga kan..
:)

Monday, August 27, 2007

Cikuray - Dancing with the moon

.. 06.30 sore dan aku bertemu denganmu lagi...
leganya setelah berpacu dengan macetnya Jakarta.. berpacu dengan arus kendaraan yang berlomba menuju Bandung.. berpacu dengan argo taksi bandung yang gila-gilaan.. melihatmu dengan ransel biru dan senyuman diwajahmu, itu menyenangkan..

Mata-mata kelaparan seakan menatap mangsa mengikuti sepanjang terminal Leuwi Panjang, tapi sepertinya wajah sangarmu masih mampu mencegah mereka untuk melangkah terlalu dekat. Akhirnya justru di luar terminal Elf menuju Garut itu kita temukan,dan kendaraan yang seharusnya berkapasitas 15 orang itu diisi hingga 30 orang. Duduk begitu dekat denganmu, boleh menyandarkan letihku padamu, boleh menikmati senyum dibibirmu, diantara gerah dan asap rokok dari tempat duduk dibelakangku, semua tak apa - jika denganmu. Perjalanan 2 jam menuju Garut itu tidak begitu berasa, walau kondisi seperti itu sudah lama sekali sejak terakhir, berhimpit-himpitan. 2 jam dan lututku yang mentok kemana-mana di bus yang sangat ukuran Indonesia ini bisa bernafas lega kembali. Darah dapat menari, melompat, tertawa dan berjalan sesuai rambunya, lalu sekarang perut yang harus diisi, jeritannya mulai membuat aku tidak nyaman..

Hanya ada warteg disini, pada jam 9 malam diseberang terminal Garut! Si Ibu yang aku yakin usianya lebih dari 60 tahun hanya punya tempe goreng, mungkin juga sudah digoreng sejak kemaren untuk menemani nasi yang dingin. Ada sayur mentah untuk dilalab, memang tidak boleh berharap terlalu banyak saat ini. Diantara semua sajian yang dingin ini aku hanya menemukan kehangatan dalam segelas teh tawar dan dalam senyumanmu - dan itu cukup.

Lalu melihatmu beradu kata dengan para pilot Ojek, itu lucu untuk aku. Dan saat selanjutnya kita sudah membelah malam seperti batman dan robin, kau batman dan kau boleh jadi robin juga kok.. Satu jam rasanya hampir pasti ada saat pinggangku mulai menarik-narik karena pengaruh daypack dengan kapasitas tidak beradab di punggungku. Seperti pernah kutuliskan, bahkan ojekpun menyerah menghadapi kabut malam di kaki gunung ini. Sepertinya kita harus jalan bedjoe - katamu dan aku hanya menjawab dengan senyuman. Hampir jam 11 malam, ditengah-tengah perkebunan teh, diantara kabut, ditemani sinar bulan purnama, dan dingin. Namun aku bersamamu, dan aku suka itu, jagoanku.

Hari kembali ke jam 00.15 dan titik-titik lampu itu sekarang ada di depan mata, senangnya. Katamu kita istirahat 2 jam aja joe, ntar kita langsung naik aja. Untuk aku apapun jadi, ini perjalananmu, aku senang sudah diajak, aku senang hanya aku yang diajak! Namun, enggan kalo aku bilang PU - paktor usia, akhirnya kau berdapai dengan letihmu. Joe kita buka tenda aja deh, tapi maksimal 3 jam ya kita istirahat, untukku apapun jadi teman menjelajahku.

Dari daypack ajaibku tenda itu keluar, kapasitas untuk 3 orang, lega sekali untuk kita berdua. Lalu aku bilang : sleeping bagmu ntar dilebarin aja yah, aku ga bawa, ga muwat. Lalu - Joe, aku juga ngga bawa sleeping bag! Ha ha ha.. dan tawa kita pun pecah dikeheningan malam itu.. dua orang tanpa kandungan lemak lebih dibawah kulitnya dikaki gunung, diketinggian sekitar 1000mdpl tanpa sleeping bag, KONYOL. Akhirnya semua pertahanan dikeluarkan, jaket, raincoat, kaos double. Namun malam ini mataku nggan terpejam. Saat alarmku bernyanyi, aku memilih membiarkan saja kau tetap terlelap, besok pagipun gunung itu akan tetap ada disana. Malam ini, kau tidur lelap dan biarkan irama nafasmu temani aku dalam pengembaraan alam sadarku hingga pagi menjelang.

05.45 aura kehidupan kembali bersinar. Kau terbangun, cenga-cengo membuka tenda, mendongak menatap langit dan tiba-tiba melompat "Jesus Christ.." .. kau, selalu menyebut itu.. membuat aku kadang bingung apa agamamu. Halah, kehebohan duniamu kembali, baru 5 menit yang lalu kau tampak sangat damai di bumi ini. Kini, sedikit waktu untuk kenarsisanmu tidak cukup, kulewatkan pagi untuk mempersiapkan sarapanmu, seadanya. Coklat hangat yang kau sangat suka dan mie instant yang kita berdua tidak suka. Berada dikaki gunung ini mengingatkan aku pada seseorang di Papua, kangenku menggerakkan jari untuk mencari namanya dideretan nama di henponku. "Ra, gwa lagi di .. ama .. dan gwa ingat loe" Lalu satu salam disampaikan untukmu, lalu satu pertanyaan tentang Edelweis membuyarkan angan kita dari berendam saja di air panas..

Katamu orang-orang butuh 5 hingga 6 jam untuk sampai di puncak, seingatku tidak selama itu, tapi kita lihat saja nanti ya. Setelah menitipkan banyak benda, hanya daypack yang nangkring di pundakku yang harus dibawa. Jam 08.45 kita mulai melangkah naik, namun senangnya karena jam 2 siang kita udah ada dibawah lagi. Seperti selalu kau berjalan didepanku, sepertinya kau tidak begitu peduli pada tanaman yang menari di sepanjang jalan, pada kicau burung yang tidak akan kau temui di jakarta, pada perdu yang nakal meninggalkan garis dilenganmu. Untukmu hanya berjalan terus dan sesekali berteriak "..Beddddjjjoooowwwww...."

Ough, sabarlah. Aku berjalan bersama mahluk kecil bersayap hitam yang melompat-lompat sepanjang jalan dengan aku, seekor burung kecil sebesar genggan tangan.. Aku tau kau tidak pernah terlalu jauh dari aku, namun selalu lebih menyenangkan menatap sosokmu didepanku. Dan akhirnya puncak. Kita rayakan dengan sehat, dengan makan buah dan juga minum sari buah. Lalu jepretanmu disekitarku, lalu kau minta aku abadikan kau dalam banyak gaya, namun tetap tak pernah kau mengaku pengagum diri sendiri!

Sepanjang jalan turun kau ada didekatku, hanya setelah lepas dari hutan kau melangkah lebih cepat seakan malas dengan perih dikulit karena matahari. Dibatas kebon teh dan jalan koral kau menanti, menemani aku dengan pandanganmu yang seakan menjaga dari keusilan orang - orang yang sedang memuat daun teh ke atas truk. Beberes, cuci muka, dankau kehabisan kaos. Selama ini aku selalu berfikir kau lebih kurus dari aku, namun begitu kaos putihku lolos ke tubuhmu aku hanya dapat tertawa. Seperti jungkies dipulau Bali! Cukup, tetaplah dengan kaos merahmu yang sudah bermandi keringat.

Dan kembali, dalam beberapa saat selanjutnya kita sudah kembali dalam permainan dengan motor dibawah mentari yang membakar kulit. Perih. Aku dan kau sebagai pilotnya. Berpegangan erat, berjuang menghindarkan kaki dari batang teh kering yang terkadang keras membentur lututku, terpaan rambutmu yang menghujani wajahku, kuikat - kurapikan dan masih angin membawanya menggelitik wajahku, biarkan saja, biarkan dia bermain.

Setelah hampir 24 jam, kembali bertemu makanan beradab, senangnya. Melihatmu kembali riang, riang melahap segalany, memuaskan lapar dan dahaga sambil berbincang menatap hijaunya petak-petak sawah diseberang jalan. Kadanga aku hanya dian dan menatap wajahmu, matamu. Kadang kau hanya dian dan memanjakan aku dengan senyumanmu..

Kembali ke Jakarta, di bus dan sekejab kau terlela. Lucunya melihat mimik diwajahmu saat sesekali terbangun dari lelapmu, seperti semalam kunikmati lelap tidurmu. Sesaat akupun terlelap dan kusandarkan semuanya padamu, hingga tiba kembali di Jakarta.

Dan kembali ke kamarku, saat kuletakkan semua beban dari pundakku, melirik jamku 06.30 sore seperti kemaren. Masih terasa hangat dipipiku, saat tadi kau kecup dua pipiku. Aku lelah, namun sebaris kalimat tetap mengalir untuk 24 jam yang luar biasa bersamamu.

~ Terima kasih Tuhan ~

Tak pernah terpikir itu adalah saat terakhir aku boleh berjalan bersamamu, diatas bumi ini. Menggapai mimpi yang kita jalin bersama, menapaki ketinggian yang kita cinta

"Selamat jalan jagoanku.. Tidurlah dengan damai dalam keabadian hatiku"

Monday, June 18, 2007

.. Semeru 3676, 5 - 8 July 2007 ..

.. antara Irul, Ira, Ipung, Iowan, Mahameru & Badai ..

7 Juni 2007, 23.46 wib, dan mataku sudah tak ingin terpejam lagi .. Suara – suara langkah kaki yang tadi ada sudah hilang, seluruh anak Atmajaya dari tenda sebelah sudah berangkat, summit!
”Ra, gwa udah ngga bisa tidur lagi, gwa bangun duluan ya”
Meninggalkan tenda Coleman itu tidak terasa berat, api unggun di depan tenda tetangga pasti akan lebih menghangatkan malam ini. Aku duduk diatas kursi biru yang sengaja kubawa dari Jakarta, meniup bara api & memandang langit, memandang Bintang ..
Langit cerah malam ini, cukup banyak bintang terlihat, udarapun tidak terlalu dingin di Kalimati, tapi tetap aku memutuskan untuk mendobel saja polar dengan raincoat ku juga..

8 Juni 2007, 01.15, segelas cokelat hangat & 2 lembar Pancake mengisi perut sebelum akhirnya kami putuskan untuk bergerak, aku, Ipung, Ira & Irul, memulai perjalanan menuju puncak Mahameru, sedang Eko tinggal di tenda untuk menjaga semua perlengkapan. Ini adalah perjalanan pertama ke Mahameru untuk kami bertiga .. sedang untuk Irul ntah sudah berapa banyak kali dia menjelajahi puncak itu..

Saat mulai masuk ke dalam kawasan hutan menuju Arcopodo, udara mulai terasa panas tapi aku biarkan saja raincoatku tetap terpasang, diatas pasti akan sangat dingin nantinya. Pergerakan kami agak melambat di awal perjalanan ini karena Ipung ternyata kurang baik kondisinya, sebentar-sebentar kami berhenti dan membiarkan Ipung duduk dulu dan mengumpulkan tenaga untuk jalan lagi .. Irul berjalan paling depan, tapi selalu cahaya Maglite di tangannya atau headlampnya masih tertangkap mataku ..
”Gwa ngga apa-apa kok, cuma kleyengan aja” itu kalimat yang selalu diucapkan ipung saat berhenti dan istirahat.. Melihat wajahnya, melihat mimik Ipung waktu itu kaenya dia sudah lelah sekali walau belum jauh kami berjalan, belum sampai ke Arcopodo.
”Rul, ketinggian tempat ini berapa sih kira-kira?” saat irul sedang ada di dekat kami aku iseng bertanya.
”Kira-kira diatas 3000 mba”.. bisa jadi karena kondisi fisiknya kurang begitu fit, bisa jadi penyakit ketinggian yang mulai datang ke Ipung, diatas 3000 M dpl ini.. Sempat teringat tahun 2000 waktu mendaki ke Rinjani, teman seperjalananku juga mengalami hal seperti Ipung, mulai berhalusinasi dalam perjalanan menuju puncak..
Banyak minum.. sebentar-sebentar ipung kami tawarkan minum, dengan harapan dia akan buang air kecil, seharusnya itu akan membantu memulihkan kondisinya, dan di Arcopodo, Ipung pipis & setelah itu memang keleyengannya mulai hilang ..
Pergerakan kami rasanya lambaaattt sekali di awal ini, namun ternyata setelah di cross check dengan info dari Irul, waktu tempuh kami masih seperti seharusnya. Bagus!

Hujan sudah mulai turun dengan riangnya saat kami berada di daerah Arcopodo, suhu udara mulai turun dengan cepat, suara angin mulai terdengar menderu .. Ada 3 tenda kami temukan & semuanya kosong, akan ramai sepertinya di atas nanti, perapian yang masih menyala menemani kami menghangatkan badan beberapa saat, subuh itu..
Perjalanan lalu dilanjutkan & masih dengan formasi yang sama Irul lalu Ira lalu Ipung lalu Iowan, berjalan perlahan menuju batas hutan pinus itu. Akhirnya kami tiba di batas vegetasi hutan & di kejauhan banyak cahaya sedang mengarah menghadap kami. Cahaya – cahaya itu hanya berhenti, mereka sedang berada di Cemoro Tunggal, kata Irul.
Angin sudah bertiup semakin kencang, dingin ini tidak menyenangkan, namun kami belum dapat memutuskan akan naik atau turun saat itu.. Semua mata memandang ke arah pendar cahaya di Cemoro Tunggal, kadang hilang dibalik kabut, lalu muncul lagi.
Ntah dari mana asalnya satu pikiran terlintas, sambil menatap ke atas, kearah kabut, aku lalu nyelutuk ”Gwa percaya loh Gunung itu memilih sendiri siapa yang boleh sampai ke puncaknya dia ato ngga”.. diam, ngga ada yang nanggapin, mungkin kalimat itu kurang tepat saat ini he he .. setelah sampai disini, semua orang tentu ingin sampai di puncak.
”Mba, kalo sbt kita selesai & mereka ngga turun, kita naik ya” sbt yang dimaksud Irul adalah ”sebatang” rokok, dan begitu sebatang berlalu, cahaya di cemoro tuggal itu malah ada yang bergerak ke kanan & ke kiri, ngga jelas naik apa turun & kami putuskan untuk naik.

Kabut makin tebal, angin makin menderu kencang..
Kakiku terasa dingin sekali, hanya ada celana pendek dibalik celana raincoatku yang ngga begitu tebal. Saat berjalan aku masih bisa mengalihkan pikiranku dari dingin yang merayap naik itu, tapi saat Ipung berhenti & duduk beberapa saat, dingin itu mulai terasa perih.. Kondisi Ipung sudah sangat membaik, udah ngga keleyengan lagi, sekarang ini dingin yang menyerang paling kuat.. Hanya aku yang membawa walking stick dalam perjalanan ini dan dia terbukti sangat membantu, menjaga aku tidak merosot dari langkah-langkah kakiku di atas pasir yang mulai basah itu ..
Ira & Irul kadang terlihat, namun seringkali tidak terlihat. Bukan karena mereka sudah melesat di depan, tapi karena kabut & air hujan yang turun sangat membatasi pandangan mata..
“Pung, loe baik-baik aja?”
”Iya, ngga apa, gwa Cuma mau berhenti bentar ya..” selalu begitu jawabnya tiap kutanya.. Setiap berhenti menjadi saat mengamati Ipung dengan lekat, kondisinya memang sudah membaik setelah pipis tadi, dia sekarang hanya lelah & dingin.

Begitulah, pelan – pelan, sangat perlahan kami naik terus & terus .. Aku sudah tidak dapat merasakan jari-jari tanganku lagi, yang sebelah kanan membengkak karena dingin, dan tidak mungkin kumasukkan kedalam kantong raincoat, aku memegang walking stick di sebelah kanan ..
”Jo, tangannya Ipung udah beku” .. aku terdiam, menatap tanganku sendiri..
”Iya pung, tangan gwa juga udah bengkak.. kalo kita gerak terus mungkin ngga begitu berasa” .. ngga mungkin sih ngga berasa, tapi melihat Ipung saat itu duduk begitu saja diatas pasir & menunduk menatap tangannya, aku ngga tau harus gimana lagi.
”Jo, Ipung mau minum” aku lalu menunduk, menyodorkan sedotan dari hydrobag di punggungku ..
”Kok ngga keluar Jo airnya, abis ya?” nah loe..mampuslah kalo ampe ini abis, berarti Ipung udah ngabisin hampir 1 L air sendirian, aku baru 1 seruput & Ira 2 seruput tadi..
Saat melihat ke atas, kabut benar-benar tebal, tidak ada tanda-tanda Ira & Irul. Melihat Ipung saat itu sempat membuat satu pikiran melintas .. harusnya dibatas vegetasi tadi kami tidak usah naik..
Beberapa saat kami hanya diam, duduk begitu saja menahan dingin, memaksa otak tetap berpikir, menjaga kesadaran tetap ada. Ipung lalu mulai bergerak berusaha bangun, ”Udah pung, jalan lagi ya..” dia hanya diam.. menggerak-gerakkan tangannya..
" .. Ayo Ipung semangat.. ayo Ipung semangat” dan dia bicara pada dirinya sendiri..seperti Ipung yang kukenal, dia tidak akan pernah menyerah.. Tapi melihat Ipung saat ini, dalam kondisi fisik seperti sekarang, ditengah badai seperti sekarang.. aku ngga mampu menahan titik air yang jatuh dari mataku, dan aku menangis melihat sahabatku itu.. untunglah gelap menyembunyikannya. Aku masih berdiri diam dibelakangnya dan dia mulai melangkah lagi, aku dapat mendengar dia mendesis ”ayo Ipung semangat”..

Terus begitu, ritmenya semakin baik.. dan kami lalu bertemu dengan kelompok dari Atmajaya. Bedanya, kami berada di jalur yang benar &mereka di lembah kecil disebelah kiri jalur pendakian kami. Ada 2 orang yang sudah berhasil naik ke jalur kami saat itu (belakangan aku tau Irul membantu salah satu dari mereka untuk naik ke jalur yang benar), namun saat aku melihat kebawah ada banyak orang, belasan sepertinya, semuanya dijalur lembah itu. Pastinya mereka sedikit terlindung dari angin, tapi aku ngga tau jalur itu diatasnya akan gimana nantinya.. Mereka sedang berdebat tentang akan naik atau turun, karena ada suara perempuan yang bertanya satu-satu ”Loe naik ato turun” begitu selalu.. jawabannya ada yang ”naik”, tapi lebih banyak yang ”turun” rasanya. Aku & Ipung lalu melewati 2 orang itu dan melanjutkan perjuangan kami ..


Angin semakin kencang semakin tinggi kami naik, sekeliling masih hanya putih, dan kami terus mengikuti jejak langkah Ira & Irul di pasir basah itu.. Gerakan anginnya terlihat sangat jelas, karena seperti larik-larik cahaya putih, angin itu bergerak membawa kabut bersamanya, tak pernah usai, tak pernah lelah..
Perlahan terang mulai datang, head lamp sudah tidak memberi cahaya lagi, namun Ira & Irul belum terlihat, hanya bayangan batu-batu besar mulai terlihat di depanku.. Terang yang mulai datang tidak mengurangi dingin, namun dapat melihat lebih jelas itu memberi sedikit rasa tenang.. Dan tidak lama kemudian aku melihat bayangan raincoat kuning sedang duduk, Ira! Sambil kami bergerak naik perlahan, mereka terlihat bergerak turun juga..
”Mba Joan, kondisi cuacanya ini tidak mendukung mba..” Hah.. Irul sudah tidak bisa bicara dengan normal, gerakan mulutnya sangat tidak wajar, dia pasti sangat kedinginan. Aku melihat Ira, pucat tapi kondisinya masih baik, itu memberi sedikit rasa tenang. Irul mengulang lagi kalimatnya karena aku belum menjawab dia ”Mba, kondisi cuaca ini sangat tidak mendukung” .. aku diam & berpikir sejenak.
”Joe, muka kau pucat sekali..” kata Ira, pandangannya koatir melihat wajahku.
”Iya Ra, gwa kedinginan sekali, tap gwa ngga papa. Ya udah, Ipung loe duduk dulu, kasih crackers ke Ipung. Kita duduk bentar, abis itu kita turun” Ya, kita akan turun.

Kembali ke Irul, ada rokok yang mulai basah diantara jemarinya, belum terbakar. ”Rul, rokokmu kenapa” ”Ngga bisa dihidupin mba, udah dari tadi”
Ira menguatkan kenyataannya ”Ngga bisa Jo, udah dari tadi dia coba”..
Rokok akan sedikit menghangatkan di altitude ini, pikirku. Setelah itu satu menit ke depan aku & Irul & 1001 gaya kami menahan angin, menahan perih dari jemariku yang berusaha menghidupkan lighter.. dan rokoknya pun hidup. Duh senengnya..

Kira-kira 5 menit beristirahat & kami mulai turun ..
”Semeru kami pulang dulu ya, ntar balik lagi ya, semoga boleh liat puncakmu” hanya itu yang kuteriakkan sambil memandang ke belakang, hanya ada putih disana. Pergerakan agak cepat, walau penuh adegan-adegan jatuh.. Menjelang Cemoro tunggal sempat agak kebuka sedikit kabutnya, matahari mengintip beberapa jenak & hujan juga mulai reda, seakan – akan dari tadi dia hanya menunggu kami turun..
Setelah beristirahat sebentar kami turun lagi, lagi-lagi salam perpisahan..” Cemoro tunggal, kita pergi dulu, sampai ketemu lagi ya” ..ha ha, aku akan kembali lagi pastinya!!

Senangnya saat bertemu manusia lain, di Arcopodo ada segerombolan anak Atmajaya sedang berdiri mengelilingi api yang ngga kalah ama hujan. Ada tetangga kita di Kalimati, mereka memang 2 kelompok 5 orang nge camp di Kalimati & 7 di Arcopodo. Ngga lama kita turun duluan menuju Kalimati, lalu baru mulai bergerak kita melewati 1 tenda kosong ”Itu anak-anak Bekasi itu mba, 2 orang. Mereka tadi naik sama anak-anak Atmajaya, tapi waktu semua orang turun mereka masih naik..” Kata Irul. Hemh, belakangan kami ketahui hari itu mereka memang tidak kembali, bahkan kemudian SAR dibuka & Semeru ditutup untuk pendakian, saat kami sudah turun gunung keesokan harinya. Saat catper ini dibuat, keduanya sudah ditemukan dalam kondisi baik.

Pagi itu tiba di Kalimati lagi, melihat tenda basah itu lagi rasanya sangat menyenangkan.. Masak memasak dimulai, kembali menghangatkan badan dengan api unggun rasanya sangat menyenangkan.. Hari ini hujan tidak berhenti sampai malam, namun kenyataan bahwa kami telah melewati 1 malam yang luar biasa bersama, dan baik-baik saja, memberi senyum dalam menghadapi hujan hari itu.

Hampir 10 tahun sejak perjalanan ”Wandering Season” kami bertiga ke Balease, kami berjalan bersama lagi di Semeru.
Terima kasih Tuhan kami masih boleh berjalan bersama ..
Irul & Eko juga, thank you so mwach yak!!
Ira, Ipung, loe b’2 tau deh!

Foto-fotonya dapat dilihat di Semeru

Monday, May 07, 2007

.. Gunung Gede, 2958M dpl ..

* 04.30 start dari Montana
* 07.20 Kandang Badak
* 07.50 start dari Kandang Badak
* 08.55 Puncak Gunung Gede
* 09.35 Surya Kencana
* 11.00 Start dari Surya Kencana
* 12.27 Gunung Putri

*****

subuh itu ..(catet: SUBUH!!!)
belum lagi sampai 4 jam tidur dan toffan sudah mulai bersuara lagi..
“Joe, udah hampir jam 4”
derereng tekbum tekbum.. derereng tekbum tekbum.. harus bangun lagi niy..
aku hidupkan hpku dan waktu memang sudah 03.45, alarmku ngga hidup pagi ini, walaupun sudah aku set untuk bernyanyi jam 03.30, aneh, pengertian sekali hp ini, tau empunyanya masih enggan untuk bangun.. hi hi hi
beres – beres dengan cepat, sesekali melirik iri pada sleeping bag kotak-kotak berisi mahluk bernama Nikk itu. Tidurnya nyaman &aman sekali, tak terganggu suara krasak-krusuk kami..

04.15 toffan lalu membangunkan Nikk, sambil tersenyam-senyum jahil nikk nungguin kita selesai beres – beres.. dan 04.30 semuanya beres, aku, tongkat ajaibku, dan daypack Eiger hitamnya nikk & toffan dengan karrimor academyku,dan perjalananpun dimulai.
Keengganan yang sempat hadir karena nikk tidak bergabung dengan kami hari ini sudah hilang dalam tidurku semalam, sekarang aku sudah disini lagi, dijalanan berbatu ini, seperti kemaren lagi!

Untuk menjaga tidak ditinggal sendirian dibelakang, dalam gelap, sebelum jalan tadi aku ingatkan toffan lagi janjinya, janji untuk membiarkan aku berjalan di depan dalam penjelajahan kali ini, dan beneran lho sepanjang jalan dia ngga pernah nyalib walopun mungkin kakinya udah gatal banget untuk zinngggggggg dan menghilang!

Pagi ini, sedikit lebih cepat diawalnya daripada kemaren, 40 menit kita sudah di panyangcangan, tidak berhenti kita teruskan berjalan.. keringat mulai berasa mengalir di keningku, jaket yang tadi kupake & celana raincoat kuningku mulai berasa tak nyaman tapi aku biarkan dulu dan terus berjalan. Sampai di ”ntah apa namanya”, pos pertama yang kami temukan kemudian aku memutuskan berhenti.

”aku harus buka jaket ini toffan, kausku udah lepek & aku haus banget..” kita berhenti sekitar 8 menit disini, dan aku minum banyak sekali air, keringatku juga udah membasahi kaus itemku ampe lepek. Setelah itu perjalanan rasanya lebih nyantai, benar-benar melangkah semauku, melihat kiri-kanan, menikmati perubahan temaram yang perlahan terang..
Banyak ngemil dalam perjalanan kali ini, berhenti dan makan jeruk...
Berhenti dan makan roti sambil ditemani jus jambu..
Beberapa kali berhenti tapi ngga pernah lebih dari 10 menit, lebih untuk mengganti cairan yang telah keluar dan menenangkan cacing-cacing di perut kami..

Lambatnya pagi ini terbukti dengan jam 07.20 kita baru nyampe Kandang Badak, oh la la kemaren saja 3 jam-nya kita dengan nungguin nikk 30 menit ditengah jalan.. tapi ngga papalah, penjelajahan begini ngga boleh jadi bebankan. Sebisa mungkin dia menyenangkan, seperti pagi yang indah ini..

Di Kandang Badak kita disambut gerombolan cowo-cowo (eheemmmhhh..) yang kemaren sore kita tanya-tanya soal Nikk, pertanyaan mereka normal sekali ”lho, kok udah naik lagi, kenapa? Temennya gimana? He he iya, setiap kali aku tektok tektok begini orang emang agak bingung biasanya dan bertanya-nya ya begitu..

Begitu kita duduk diakar kayu sambil menatap tenda-tenda disekitar kita, toffan bilang bgini.. ”Joe.. kok ngga ada yang nawarin kita minum ya” ha ha ha toffan toffan... kasian banget ngga siy kita berdua ini. Aku ngeliat muka sedihnya toffan yang lagi duduk disampingku.. aku cuma bisa ketawa, walaupun benernya bingung juga..
Biasanya kalo ketemu dengan orang yang baru nyampe ditempat kita, akan ditawarkan sedikit kenyamanan bukan, segelas kehangatan? Walaupun kita ngga kenal mereka, bukankah itu salah satu yang spesial tentang berada di ketinggian.. keramahan yang jarang kita temui di kota, dimana semua orang adalah saudara sedarah????

Aku cuma ketawa pagi itu..
”Udah ngga usah dipikirin, kita kan punya ini, minum ini aja yah..” aku lalu mengeluarkan jus buah dalam kotak lagi, buah jeruk lagi dan cookies menemani pagi kami..
hampir jam 8 pagi, saat kami melangkah lagi ditemani senyuman dari temen-teman di kandang badak itu, setelah itu perjalanan nanjak terus dan terus, dan kita juga jalan terus dan terus ajaa... bertemu banyak orang setelah ini, banyak orang yang turun dari Gede menuju Cibodas. Begitu tiba di tanjakan yang perlu scrambling rasanya seneng banget, sudah tidak begitu jauh menuju puncak seharusnya.. dan begitu tiba diatas, tadinya aku mau langsung jalan aja, tapi toffan nunjukin sesuatu, pemandangan punggungan di belakang kami ”Toffan,, bagus bangettttttt” Cuma itu yang aku mampu katakan. Melihat rimbun pepohonan berwarna-warni itu.. sepertinya musim hujan memberi kehidupan lebih mudah untuk pucuk – pucuk baru berwarna merah dan kuning di pepohonan itu. Berhenti sejenak disana, begitu toffan ngajakin jalan lagi aku hanya mampu bilang ”kamu duluan aja deh, udah terang ini, aku nyusul ntar..”

Setiap pendakian akan berbeda, mungkin akan puluhan kali aku kembali ke gunung ini, tapi saat seperti ini dengan karunia pemandangan ini ingin kunikmati saat ini, bahkan besok akan berbeda...dan toffan pun langsung mempraktekkan ilmu ”gingkang”nya yang beberapa tingkat diatasku (he he he..) dan ziinggggggg, MENGHILANG!!!

Naik sedikit aku bertemu dengan 2 orang Jepang dengan wajah seperti artis-artis pilem mandarin sedang beristirahat. Sekilas aku masih melihat bayangan toffan di ketinggian, tapi aku putuskan untuk duduk sedikit lebih tinggi dari 2 jepang itu dan bergabung dalam kediaman mereka.. 10 menit berlalu mungkin, aku membiarkan mataku dan semua dalam aku menikmati saat –saat itu.. sempat merekam sesuatu dalam kamera jahilku, tunas merah yang baru nongol ini sebelum aku melanjutkan langkahku..

Hampir jam 9 dan aku tiba dijajaran ridge itu, memandang jauh ke depan, jauh ke titik tertinggi di jajaran itu, toffan pasti sudah ada disana. Lambat sekali rasanya aku bergerak, membiarkan tiap langkahku semau mereka saja..kadang aku hanya berdiri diam merasakan angin keras yang lewat diantara aku..Lalu diantara kenikmatan di ketinggian ini ketemu mahluk jahil bernama GAGAP (ntah siapa nama benernya gagap ini..).Sempat mencurgaikan tadinya, segerombolan bapak – bapak kulewati sambil tersenyum aneh yang ntah apa artinya. Lalu tiba-tiba ada seorang yang berjalan lurus kearahku dengan wajah tertutup bandana dan tangan terentang seperti mau memeluk.. ”astaganagabonar, apalagi ini”.. walking stickku sudah terangkat sedikit, namun aku lalu mengenali mahluk itu ”gagap...!!!” he he dia lalu ketawa juga dan nanya ” eh eh.. Johan mana?” Gubraaagggkkhhh. Johan pake H dan dia nanya ke aku??!!!
”eh eh, loe Johan ya, eh siapa sih nama loe??” ampuuuunnn dijeeeeee...
chit chat sejenak lalu aku berjalan lagi sambil tersenyum.. orang di gunung emang aneh!

Lalu aku tiba disana, di titik tertinggi gunung Gede itu, disambut senyuman dan pelukan teman menjelajahku, yang ntah udah berapa lama menunggu..”Aku lambat sekali ya toffan? Kamu nunggu nyampe 30 menit ya pasti?” iya ternyata sodara-sodara..
Tapi puncak ini tidak terlalu dingin seperti puncak Pangrango kemaren, matahari masih bersinar dengan cantiknya disini..
Satu kotak minuman asem dan 2 buah jeruk jadi teman merayakan kesenangan hari ini, setelah itu 2 foto dijepret untuk mengabadikan saat kita ada disini..

Sedikit lewat dari jam 9 saat kita meninggalkan puncak ini, toffan turun dengan berlari, ada teman yang sedang sakit yang harus segera ditemuinya di surya kencana bersama gerombolan Begundalz yang sejak semalam nge-camp disana. Aku? Berjalan santai seperti biasa.. menikmati bertegur sapa dengan orang – orang. Di jalan sempat bertemu orang yang bawa travel bag item gede, kaenya berisi kamera, ”mo foto prewed niy pasti”ntah kenapa itu yang terlintas di pikiranku karena waktu aku bilang ” astaganagabonar mass... ngga ada yang lebih berat lagi tuh dibawa ke atas?” mereka cuma tersenyum pasrah!! Lalu ada seorang teman perjalanan yang seperti mengawal aku dalam perjalan turun ini, lelaki berkaos merah yang selalu berada 5 langkah dibelakangku. Tadinya dia berlari turun, tapi begitu berada dibelakangku ngga mau nyusul. Walo aku minggir dan mengijinkan dia untuk lewat duluan dia cuma bilang ”ngga, ngga apa-apa, saya dibelakang ajah”ya sudah, enak juga walo lama tanpa kata tapi aku ditemani. Begitu suara-suara dari surya kencana mulai terdengar dia baru bersuara, ternyata teman-temannya sedang ngecamp di sana juga. Setelah itu udah, dia ngilang aja ntah kemana dan aku lalu mendengar teriakan toffan yang memanggil dari antara gerombolan begundalz yang lagi packing untuk turun..

Tempat nge-camp yang menyenangkan sekali, persis di depan sungai kecil dengan air beningnya. 9.35 aku tiba disini, ada waktu cukup lama untuk sedikit memanjakan kaki. Laper, dan sedikit terpuaskan dengan 1 mangkuk penuh sayuran penuh lemak baso..
Hampir jam 11 siang saat semuanya selesai beberes, dan perjalanan turun dimulai.Mengingat ada nikk yang menunggu kami dibawah membuat perjalanan ini berlangsung dengan sedikit berlari.. Semua orang dilewati ama toffan dan aku mengikuti di belakangnya.. Lebih sulit mengikuti toffan kali ini, aku sangat koatir kakiku akan nyangkut di akar-akar pohon yang nongol dipermukaan tanah, tapi aku masih terus berlari.. ada 2 mahluk lagi yang berlari dibelakangku, sunu dan seorang temennya. Gila lo, mereka bawa menhir dan masih bisa berlari persis dibelakangku..

Sudah agak jauh berlari aku lalu melirik jam-ku masih jauh dari jam 12 siang, lalu kenapa kita harus buru-buru begini??? Aku coba bertanya ke toffan soal ini, soal kenapa kita harus lari tapi ntah dia jawab apa, dia terus berlari. Akhirnya aku melambatkan langkahku, hanya berjalan dengan cepat saja, sayang lututku kalo begini, buat apa aku ampe pake walking stick kalo turunnya masih begini juga..

Ampe disatu tempat lalu ketemu dengan toffan dan begundals pake menhir yang tadi melewati aku. Istirahat. Aku hanya duduk sebentar, tidak sampai 3 menit, menghilangkan dahagaku dan mulai jalan lagi. Kakiku belum berasa apa-apa, masih giat untuk terus berjalan, mengingat nanti mereka pasti lari lagi, pasti nanti tak akan butuh waktu lama untuk mereka menyusul aku. Aku lalu jalan duluan, tapi setelah beberapa sat berjalan ternyata toffan jalan dibelakangku juga. Nah looo..

Sore ini, hujan seperti ditumpahkan dari langit. Sebelum camp terakhir berupa saung rumah besar kami harus menggunakan rain coat kami kembali.Tanpa jeda, hujan itu turun terus dan kamipun nggan untuk berhenti dan terus melangkah.Sampai ditangga aku sempat koatir lututku akan kambuh dengan perihnya, tapi ternyata tidak.. dia baik-baik saja, tapi genangan air yang mengalir ditangga tanah ini sedikit menyulitkan langkah. Lafuma merahku masih bekerja dengan baik ternyata, kaos kakiku masih menjaga aku hangat, tidak basah sedikitpun. Raincoat kuningku pun masih menjalankan tugasnya dengan baik, hanya sedikit lembab tersa di pundakku, tapi tidak basah..

12.27 dan kami tiba di pos gunung putri, ada yang tidak biasa disini, kali ini dengan rajinnya mereka mengeluarkan semua isi daypack kami. Bertanya ini apa, itu apa.. aku sempat bengong juga siy, pertama kali ini terjadi. Kalo memang ini bisa membuat lebih baik, ya sudah. Tapi ngga kebayang kalo rombongannya banyak dan kita harus nunggu dia bongkar & packing 1 demi 1 lagi, lambretta ya booooo.

Nyampe warung makan dan bertemu rombongan bang Tumpal yang udah turun duluan dari tadi, senengnya ya.. lebih senang lagi karena banyak makanan enak dan hangat disini..
Dan begitulah, satu perjalanan lagi terselesaikan.
Hari ini tidak begitu lambat, tapi aku tau, aku dapat merasakan kemampuan fisikku drop banget. 1 bulan belakangan ini latihan fisikku keteter sekali.. masalahnya bukan dibanyaknya kerjaan kantor ato ngga, masalahnya lebih di disiplin diri.

Terima kasih untuk perjalanan ini, untuk diberi waktu menyadari sesuatu yang sangat berharga sebelum terlalu jauh tertinggal..
Dari cerita toffan di sore hari, semua begundalz & teman-temannya turun dengan selamat sampai gunung putri..

Terima kasih toffan, untuk menjadi teman menjelajah yang sangat menyenangkan..
Terima kasih Bapa, untuk ijinkan kami ada di tempat-tempat luar biasa dengan teman – teman yang luar biasa..

Sunday, May 06, 2007

.. Gunung Pangrango, 3019M dpl ..

Kembali ke Mandalawangi!!

* 9.15 start dari Cibodas
* 12.00 Kandang Badak
* 13.00 Start dari Kandang Badak
* 14.50 Puncak Pangrango 3019M dpl
* 16.30 Start turun dari Pangrango
* 17.08 Kandang Badak
* 20.00 Cibodas - Montana
Team member : Joan, Nikk & Toffan.


Perjalanan ini kami sebut Ultra light hiking, dari awal tidak ada rencana untuk nge camp di puncak gunung, atau dimanapun dalam perjalanan ini, karena itu 2 buah day pack cukup menjadi teman kami dalam perjalanan ini.

Buah untuk penyegar di perjalanan, air minum cukup banyak, roti isi, coklat, jus buah dalam kotak, permen, agar", cookies & crackers jadi bekel konsumsi, lalu masing-masing bawa raincoat & kita bawa 1 mini trangia dan temen"nya..

Sedikit kesiangan, karena harus membereskan masalah perijinan dulu, lalu jam 9 lewat sedikit perjalanannya dimulai. Awalnya sedikit tersendat, karena ternyata ada 3 group dengan jumlah anggota cukup besar berada tak jauh di dapan kita, makan waktu bingga akhirnya berhasil melewati mereka semua..

Karena beban dipunggung juga hanya daypack, jadilah kita ngga terlalu menghabiskan waktu untuk beristirahat, yang paling lama sekitar 20 menit sebelum air panas, kita habiskan waktu 30 menit menunggu Nikk yang sedikit tertinggal di belakang.

3 jam, seperti waktu normal, kita nyampe di Kandang Badak & menyantap nasi uduk bersama, ditemani jus buah dan Jeruk.. Makan siang yang indah dengan 2 orang teman seperjalanan.

Cukup lama di Kandang Badak ini, membiarkan makanan dalam perut kami dicerna dengan baik sebelum perjalanan dimulai lagi pada jam 1. Kram, 1 masalah yang aku belum pernah tau rasanya hadir disini. Baru sekitar 10 menit berjalan dari Kandang Badak. Rasa nyeri itu menyerang kedua kakiku, persis diatas lututku. Nikk yang berjalan bersama memberi beberapa saran, hingga aku kemudian bisa duduk & nyeri itu berangsur pergi. Seorang teman perjalanan lain, toffan, entah sudah sampai mana, hilang bersama angin.. sudah berjalan dengan sangat cepat di depan kami..

Nikk lalu mengambil alih day pack yang ada di pundakku, dan memberi walking stick ku kembali padaku.. Sedikit nyeriawalnya, namun perlahan nyeri itu hilang dan aku dapat berjalan biasa lagi.. Akhirnya aku terpisah dengan Nikk lagi, tidak begitu jauh awalnya, aku berusaha menjaga jarak dengan beberapa kali berhenti menunggu bayangan Nikk mendekat, namun tanpa kusadari langkahku berjalan terlalu cepat dan mungkin juga Nikk melambat. Yang kemudian kudengar adalah suara Toffan yang sudah tak jauh di depanku.. Disatu titik kami bertemu, Toffan dengan 6 orang teman dari milist PENDAKI yang sudah naik dari semalam. Kami melewati mereka & memutuskan menunggu Nikk di titik lebih tinggi, disatu titik dimana Gunung Gede terlihat dengan jelas di seberang kami, terpisah oleh lembah Kandang Badak. 15 menit berlalu namun Nikk tidak muncul juga, akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan harapan Nikk akan menyusul segera dan berjalan ke puncak dengan 6 orang teman yang baru kami lewati ini..

14.50.. dengan senyuman senang, bahagia, rasa rindu yang terbayar, keinginan yang terpenuhi.. kami tiba di puncak Pangrango.. di ketinggian 3019 m diatas permukaan laut. Lalu berjalan turun ke Mandalawangi, membayar kerinduan yang selalu hadir untuk mandalawangi!!!

Tanpa rumpun kembang Edelweis kali ini, tanpa aroma-nya yang eksotik dan ngangenin.. hanya rimbun hijau dengan daun-daun segarnya ada di padang itu, namun itupun cukup sudah untuk saat ini, cukup sudah..

Kembali ke Puncak Pangrango, memasak air untuk boleh menikmati segelas coklat hangat di ketinggian ini, juga untuk menyambut Nikk nanti, dia pasti akan sangat senang meluruskan kaki ditemani segelas coklat hangat.. Lalu satu persatu teman yang kami lewati tadi muncul, namun Nikk belum muncul juga.. Mereka bahkan tidak mendengar atau membaui nikk dalam perjalanan tadi.. wah wah, kenapa begini.

Dengan nada optimis aku masih bilang begini ke Toffan "tenang, 30 menit lagi Nikk pasti nongol..".. namun.. 90 menit berlalu dan Nikk ngga nongol juga..

Akhirnya, kami lalu memutuskan turun, terlalu lama menunggu Nikk, mungkin Nikk sekarang berhenti di satu titik & menunggu kami. Berlari, dengan Toffan di depan & aku mengikuti dibelakangnya. Mungkin karena cukup lama beristirahat, lari ini terasa menyenangkan, dan 40 menit kemudian kami tiba di Kandang badang.. Sepanjang jalan tadi memanggil-manggil Nikk, tapi ngga ada jawaban juga, beberapa orang yang kami lewati juga tidak bertemu Nikk.
Di Kandang Badak petunjuk pertama tentang Nikk kami dapat, 1 jam lalu dia sudah berjalan turun. menunggu Toffan menghabiskan sebatang rokok, kemudian kami berlari lagi, pun diperjalanan bertanya & tanya dan petunjuk keberadaan Nikk semakin jelas, kami semakin dekat. Selepas air panas, setelah antri sekian lama untuk dapat melewati air panas itu, kami bertemu Nikk. Puji Tuhan, dia baik - baik saja dengan senyumnya yang lega juga melihat aku & Toffan..

Sedikit cerita-cerita hingga tinggal kami bertiga disana, kami lalu melanjutkan perjalanan turun dengan bantuan head lamp nya Toffan & maglite kecilku. Sempat kesulitan di awal, namun kemudian kami jadi sangat terbiasa utnuk berbagi cahaya & perjalanan bisa agak cepat. Jam 8 malam kita-kira, kami sampai di pos Montana lagi, mengganti sepatu dengan sendal, naro daypack dan langsung turun untuk makan malam.

Semua berjalan cepat hari ini, dan syukurlah semua lancar & baik-baik saja..
Aku biarkan air dingin membersihkan semua peluh hari ini, di jam 23.00 malam & hanya ada segar, bukan dingin...
Besok perjalanan ke Gunung Gede masih menanti..

Terima kasih Nikk, Toffan, untuk perjalanan pertama kita bertiga..
Terima kasih Tuhan, untuk berkat teramat luar biasa ini..


Foto di puncak (tanpa NIkk) bareng rombongan bang Nanda yang bakal nginep.
Abis foto aku & toffan langsung bergerak turun..


Mutiara Sagarmatha

Banyak sekali sudah hari yang lewat tanpa aku menorehkan sesuatu disini..
Lelahkah?
atau kenapa..

Jujurnya aku hanya tidak tau mau apa.. harus menulis apa, setelah terpaan badai keras februari kemaren.

Banyak yang bertanya timnya gimana..
Banyak yang bertanya kok ngga latihan lagi..
Banyak yang bertanya kok belum pergi..
heu heu, senengnya banyak yang peduli!!

Tim Ekspedisi Putri Indonesia ini masih ada, walaupun ada beberapa perombakan, tapi kita masih ada kok..
Sekarang namanya ~Mutiara Sagarmatha~ .. ..
Kita masih berlatih juga, dengan format yang sedikit berbeda sekarang ini..
Tujuan kita masih sama, untuk Everest, dengan beberapa temennya dia..

Untuk aku, 3 bulan kebelakang ini cukup menguras emosi..
Saat impian hadir.. dipupuk hingga besar sekali.
Lalu mimpi itu seakan dirampas, dihilangkan..
Ada air mata yang jatuh disana.. sempat.

Lalu impian itu disodorkan lagi..
dan aku takut, sempat takut dia akan segera diambil lagi..

Namun, kemudian aku tidak takut lagi..
Bukan aku atau siapapun yang menentukan aku atau "Mutiara Sagarmatha" boleh mendaki Everest ato ngga.
Itu urusannya Tuhan & Sagarmatha ..
Dia sendiri yang akan memilih siapa yang boleh datang pada nya..

Jika ada saat untuk itu..
Semoga kita siap!!

Thursday, March 01, 2007

01 Maret 2007

Hari pertama di maret ini dan aku masih di bumi pertiwi ini..
Seharusnya, saat ini kami sudah ada dijajaran Himalaya itu.. Menjelajahinya, bersama dingin yang tidak pernah pergi, bersama hembusan angin himalaya, di negeri para dewi..

Dan pagi ini aku masih disini, latihan di Kopassus - Cijantung.. masih bersama Everest dan harapan-harapan untuk boleh ada disana. Bukan musim pendakian ini mungkin, tapi harapan itu masih tetap hidup dan akan kujaga, tahun depan mungkin atau tahun-tahun setelah itu.

Pagi ini dimulai dengan stretching, lari, circuit, penguatan otot, seperti hari-hari kemaren. Cuma tidak ada tangga hari ini he he he. Dari jam 07.30 ampe jam 10.00 kami lakukan itu. Setelah itu bergerak ke climbing wall-nya Kopassus yang indoor, sepi ngga ada orang lain.. Mas Asmu & Mas Misirin langsung manjat-manjat kaya spiderman, kita.. belum mampu berbuat apa-apa sebelum perut di kenyangkan!! Akhirnya setelah menyantapikan bakar & ayam bakar masakan padang, kita mulai bergerak... Gila, waktu aku nyoba berasa banget sih efek latihan beberapa hari belakangan ini ke kekuatan tanganku, tapii kaleng minuman di puncak itu belum bisa kusentuh. 6 point yang tersisa hingga akhir latihan selesai belum dapat kusentuh juga. Hampir lupa kapan terakhir kali aku manjat, 1999 kali ya. lama juga yak..
Semua berusaha naik hari ini, bahkan tata Inna yang lagi mendapat hadiah sebagai perempuan di hari pertamanya.. Semua keringatan dan semua hepiiiiiiiiii..

Lalu bergerak ke kolam renang, kali ini ngga wajib dan ngga kudu. So aku memilih melihat dari jajaran pinggir kolam saja. Hanya Bitha & Hera yang nyemplung, Inna & Pite' lagi ga bisa, akuuu... kehilangan kekuatan mental berhadapan dengan kolam renang itu. isinya rame banget, airnya kerus banget.. Mulai dari bebenyit-bebenyit ampe kopassus ber-helm dan bercelana panjang..

Lalu, kaenya hari ini akan jadi hari terakhir bertemu mas Misirin, mulai besok dia mau nyiapin untuk berangkat sekolah 3 bulannya.. Besok akan gimana ya?? Belon tau.. GALAU-kah??

Wednesday, February 28, 2007

dare to dream


dare to dream..
berani bermimpi..
berani menjaga impian tetap ada hingga dia melangkah dalam dunia nyata..

dare to dream..
tulisan ini terinspirasi dari Khoo Swee Chiow yang nulis buku "Journeys to the ends of the Earth".

dia yang dari tahun 1997 ampe sekarang ngga pernah berhenti mewujudkan hal-hal baru untuk dia di dunia nyatanya.. membiarkan buah-buah pikirannya bersentuhan dengan udara bebas..

sekarang sudah sangat nyata bahwa untuk tim-ku, Tim Everest Putri Indonesia 2007, Everest sudah lewat untuk tahun ini.. belajar dari banyak kekecewaan, belajar dari hal-hal yang telah kami hadapi bersama setahun belakangan ini.. hal ini dapat aku terima, kami terima, walau didalam diri masing-masing gejolak yang terjadi seberapa besar aku ngga tau..

Pertengahan February kemaren seorang teman nunjukin satu buku, belon sempat aku baca juga sampai sekarang karena aku ada di waiting list untuk baca. tapi aku udah liat websitenya dia disini, liat rangkaian perjalanannya dia yang tiada henti menjelajahi bumi. semuanya makin menarik saat temenku cerita kalo dia udah kontak dengan Swee Chiow dan temenku nyaranin untuk aku kontak dia juga langsung karena dia juga ternyata nanyain kami, tim putri yang katanya mau ke Everest.

Lalu, begitu aja.. aku lalu email-emailan ama dia, sebagian balasannya dia antara lain begini :
"Nice to hear from you. Sorry about your Everest plan. Finding sponsors is never easy. Even after so many years, I am still struggling. It's a lot of hard work. I have had to face many disappointments before getting just one sponsor."

" You are right. I think you need more time to prepare. You need to climb some 6000m peaks like Mera & Island and a 8000m like Cho Oyu to prepare for Everest. I will be happy to help your team. Just email me your questions if you have "

begitu deh..
dare to dream..
sagarmatha belum untuk tahun ini mungkin..
tapi masih ada tahun depan.. masih ada masa depan untuk menampung banyak impian di atas bumi ini..
dan kaki ini akan terus melangkah ..
dan aku akan tetap menari..

Thursday, February 22, 2007

kedua ..

Hari kedua..
Bangun dengan pegal yang masih terasa di paha dan pundakku, namun tidur malam ini lelap.. tidur yang menyenangkan.
6.10 meninggalkan kos dan 6.55 udah nyaampe di lapangan Kopassus Cijantung, pagi ini aku mahluk pertama yang nyampe disini, kusempatkan mengisi perut dengan sepotong roti pisang coklat dan susu coklat.. mengenyangkan!

7.30 dan semua sudah rapi berbaris di lapangan basket bersama Mas Misirin. Stretching seperti kemaren dan menunya langsung LARI... 1 jam katanya untuk pagi ini, ditemani sinar matahari yang hangat dikulit. Diawal hanya dengan mas Misirin, belum jauh kita berlari Asmujiono nongol juga dan langsung menggantikan didepan.. he he he. Pace-nya terasa lebih cepat dari kemaren.., namun lebih banyak yang bersama di depan, kali ini Bitha & Inna nempel dibelakang Asmu.. Baru 15 menit kaenya lari ini, tapi ntah karena memang tidak biasa sarapan, atau ntah karena alasan apalagi.. perut ku dibagian kanan terasa menarik-narik dan membuat ingin berhenti dan menghela napas sejenak.. Tapi aku memaksa kaki ini tetap melangkah, memaksa tangan tetap terayun menemani langkah kaki ini. Hah.. ada apa pagi ini, seakan seluruh sel-sel ditubuh ini menolak untuk bergerak, menolak untuk mengikuti langkah kaki di depanku yang terasa semakin laju, namun ntah apa juga yang membuat berhenti itu tidak pernah terjadi. Masih dengan trek yang sama, naik dan turun yang terus berlanjut, hingga kita kemudian tida di lapangan tempat kita memulai tadi.. "Lari keliling lingkar luar saja terusss, ayoooo " Hmmmh... Formasinya mulai berubah, Inna sempat rada mual dan melambat tadi, sekarang ada Hera & Ni'ma di depan, lalu sekitar 30 m di belakang ada aku dan Bitha... Aku lalu mensejajarkan langkah dengan Bitha dan.. "Jo, loe duluan aja.. " hemh, ngganku mempercepat langkah. "Ngga ah Bit, bareng aja.." lalu kita teruskan berlari bersama, he he lucu juga berlari bersama dibawak terik mentari!! Ngga lama Bitha noleh lagi, "Jo.. loe duluan aja, gwa kram perut.." Waks.. kalo terus mensejajarkan langkah dengan Bitha dia ngga akan menemukan pace yang enak untuk menyelesaikan kram perutnya, akhirnya aku mempercepat langkah. "Bit, kalo sakit banget bernti ya.. " "Iya Jo, gwa tau kok.." ya.. kita memang rada kaget dengan pace 2 hari belakangan ini.
Menyusul 2 mahluk yang berlari di depanku.. pelan-pelan.. mencoba menambah ritme langkah kaki dan akhirnya berlari ber3. Baru 2 keliling lingkar luar kita lalu disuruh masuk lapangan dan berlari di lingkar dalam.. Dengan tanah merah yang membosankan ini lagi.. Terasa Misirin mempercepat langkahnya, hera menempel ketat, lalu ni'ma, lalu Joan.. Lalu, dia naik tangga.. tanpa mengurangi kecepatannya. WALAH!!! Kembali seluruh sel-sel didalam tubuhku, setiap darah dalam pembuluhku.. tubuh ini berteriak minta berhenti!! dan aku cuma bisa tetap berlari.. menatap anak-anak tangga itu naik lalu turun, lalu tanah merah lagi. Naik tangga lalu turun dan tanah merah lagi.. Tiga putaran lewat, aku yang mengikuti langkah kaki Ni'ma sudah tidak bisa bicara lagi, hera mulai melepaskan diri.. Di kejauhan aku mendengar teriakan-teriakan anggota-anggota Kopassus di pinggir lapangan "Tempel terus.. tempel, jangan sampai putus..." Tapi kaenya Ni'ma dan aku sudah menemukan pace baru yang lebih nyaman yang sedikit lebih pelan, namun membuat kami nyaman berlari. "Ayo Misirin, bawa mereka lari terus ke Himalaya", satu teriakan yang membuat aku sempat terhenyak. Untuk Himalaya.. untuk Everest.
1 jam itu terasa lama sekali, hingga saat aku melihat mereka berhenti "puji Tuhan", hanya itu yang sanggup kuucapkan..

Di finish bisa langsung istirahat?? Ngga dong. Masih ada menu lompat-lompat, yang membuat kaki terasa tidak menyentuh tanah.. lari ditempat gaya jinjitlah, twist-lah, 1001 gaya lompat ditempat tercipta siang ini... membuat peluh banjir dan membasahi semuanya!!

Lalu pindah ke lapangan basket, dimulai dengan menu semi puul up, badan miring namun kaki masih menyentuh tanah. Bahkan sisa kemaren masih membuat tanganku tidak bsia ditekuk, hari ini kita mulai lagi. 20x 3 serie hari ini, bergantian.. lalu push up, pun 20x3 serie, lalu sit-up dan selesai.. Stretching dan kita boleh bernafas lega..
melangkah meninggalkan lapangan bsket, aku menoleh dan melihat tangga-tangga itu.. besok aku pasti akan lebih sering melalui mereka. tapi itu kan besok-besok, saat ini aku cuma mau makan bubur kacang hijau saja.

Saat aku buka sepatu.. benar, ada gelembung berisi darah dijari tengah kaki kananku, sumber perih yang dari tadi menusuk nusuk dari kakiku.. Pertanda sepatu lariku sudah saatnya diganti, hh... New Balance merahku sudah saatnya pensiunkah???


Harus pulang.. Kerjaanku membuat saat - saat bersama mereka terhenti disini dulu. Minggu aku kembali bersama mereka.

Terima kasih untuk kekuatan hari ini..

Wednesday, February 21, 2007

cijantung dan jantungku!!

Hari ini, kembali kami harus berhadapan dengan mereka. Summitter-summitter yang telah menapaki titik tertinggi bumi ini.. Kembali berlatih di Kopassus, bukan di Batujajar kali ini.. di Cijantung.
Jam 5.50, dan aku beranjak meninggalkan kehangatan kamarku... namun ternyata kali ini aku salah perhitungan, dan sukseslah jam 7.40 baru nyampe di lapangan di Cijantung itu..
"Aduh Joan, berangkat jam berapa kamu dari rumah..?" sapaan pertama mas Misirin hari ini. Ngga dijawab dengan kata, cuma senyuman & langkah kaki yang bergegas... hari ini akan indah kayanya, janjian dengan kopassus dan aku telat 40 menit!! Perfecto!!


Latihan awal ditemani mas Misirin, stretching seperti biasa, lalu kita test Balke. Tapi kali ini waktunya cuma 12 menit, biasanya kita 15 menit. Di titik start semuanya barengan.. jujur ini cukup mengejutkan untuk aku, tapi aku coba simpan itu biar yang lain ngga tau.. Terbukti dalam kondisi tenang hasil kita biasanya lebih baik. Laper diperut ditahan dulu, coba untuk dilupakan.. walo sulit. Seperti biasa aku mulai dengan berada di depan, tapi cuma diawal doang, kemudian ni'ma melesat ke depan dengan gerakan larinya yang selalu sedap dipandang, ringan dan ringan!! Ngga lama Hera nyusul, seneng, karena aku tau langkahku kali ini memang lebih lambat dari biasanya, kalo mereka bisa melaju mungkin kita bisa perbaiki waktu terbaik di tim ini.. Posisi ini bertahan hingga akhir, begitu waktu 30 detik terakhir diumumkan ni'ma melesat lagi... dan terus sampat ke detik terakhir.
Cape... cape banget rasanya kali ini. Mulut udah ngga mampu menelan apa-apa, cuma kering yang tersisa disana. Berjalan menuju titik awal, menatap tanah merah itu rasanya badan melayang.. melayang dan ringan sekali. Peluhpun berlomba keluar dari tiap pori-pori di kulit yang makin kelam. Mencoba menghitung detak jantungku.. dan aku kalah cepat, dia berdetak sangaat cepat.

Lalu menu-menu biasa di senayan saat kita circuit. Pull up, sit up, push up dan semuanya dihitung.. mencoba berpacu dengan hitungan - hitungan yang diteriakkan.. terus dan terus.. jantungku masih tetap kencan. Lalu pindah dari lapangan aspal kecil di depan gerbang, "shuttle run". Kocak nih, benar-benar kocak, mencoba memacu kaki secepat mungkin, menjaga agar putaran ngga terlalu memakan jarak.. Bitha diurutan pertama, 20.04 detik.. horray... dan.. selesailah pagi ini, perengangan dan kita akan ketemu siang nanti jam 2.00. Jam 10 saat ini, lapar sudah tidak tertahan..

Makan siang, walo waktu belumpun lewat jam 11. Semuanya makan ikan hari ini, cuma Inna & ni'ma yang kaenya tetep cinta daging, sehat-sehat, nasinya?? nambah tentunya ha ha ha. Balik ke lapangan lagi, lalu mencoba mencuri waktu untuk tidur siang, mengumpulkan tenaga, memberi makanan itu kesempatan untuk menjadi lemak (semoga).

13.40 teng, kita menunggu mereka kali ini, semua udah rapi. Mas Asmujiono nongol duluan, lalu dia kenalin kita dengan seorang bapak yang baru balik tugas di Freeport.. "Wah, udah ke Cartenz dong pak?" pertanyaan pertama yang terlontar begitu aja dari mulutku. "He he iya, tapi baru 4 kali". KENTANG!!! Bagoessss, 4x dan dia bilang "baru".. cerita-certa, nanya-nanya, tapi ngga bsia lama, latihan kudu dimulai mumpung masih "hangat" sinar mentarinya. 14.00 teng & stretching lagi, lalu mas Misirin nongol dengan sepedanya.. Gimana dia ngga makin item yak, siang bolong dan sepedaan?!
Acaranya lari. Ya, jam 2 siang, sebelum lari saja peluh udah menjadi titik titik di keningku. Mas Asmujiono di depan & mas Misirin ngawal di belakang.. Larinya stabil benar, walo pace-nya lebih cepat dari continuous run kita di senayan, semuanya coba mepet ke depan terus.. Lumayanlah, diawal kita bisa "temani" dia di depan terus. Lalu medannya mulai "cakep", naik dan turun sesuka jalannya.. Masuk ke kawasan latihan tembak, aku temukan satu hal yang baru aku tau siang ini - tentang aku.. Takut loh dengar suara tembakan itu, kita lari persis disamping lapangan tembaknya, suaranya menambah detak jantungku. Tidak ada yang tau mungkin, aku melambatkan langkahku dan agak menunduk. Aku baru tau aku ngga suka sekali dengan suara tembakan itu!!! Sangat tidak suka, kenapa? Hhhh...
Ngga lama jalan menurun disamping lapangan tembak selesai, karena terowongannya penuh lumpur, balik arah.. nanjak lagi.. cakeeepppp.
Masih, dengan pace yang ngga berubah Asmujiona itu tetap didepan, sambil cerita, sambil becanda dan sambil tetap lari.. Aku coba menjaga langkahku tetap berada dibelakangnya, untungnya jantung dan paru - paru bersahabat.. Mesin dieselku mulai anget, langkah sudah berasa ringan, kaki sudah berasa ringan. Kelompok udah terbagi dua, saat hampir masuk menit ke 30, Mas As, Hera, aku dan ada ni'ma sedikit dibelakang, temen yang lain bergerak dengan pace berbeda ditemani misirin dibelakang. Lalu.. ada telepon, 7 menitan kita-kita mas As menerima telepon itu, tetap dengan berlari, tetap dengan pace yang sama, tetap tanpa tanda dinada suaranya yang nunjukin dia sedang lari!!! Hhhh... manusia ini memang gila fisiknya!! Salute..
Tetap bisa bersama dengan Mas As hingga finish cukup melegakan hati, hari ini 45 menit, besok dia pasti nambah. Peluh masih berlomba-lomba.. diusap dan datang lagi, dibawah terik mentari jam 3 sore ini.

Setelah semuanya ngumpul masih ada lagi, sprint 400 meter, berdua-dua, aku dengan Hera dan kita start pertama. Langkah kaki berasa berat, ngga berat sekali, tapi berat. Aku berlari selangkah dibelakang Hera, agar dapat titik terdekat lingkarannya, begitu Hera terasa melambat, mau disusul dia ikut cepat, kaya jalanan dicondet tadi pagi, selit sekali utnuk nyalip. Catatan waktu kita ngga bagus, 1.40-an detik. Lalu Nima dan Bitha he he Nima dari awal udah melesat ke depan, ... ringan seperti kapas.. ampe finis begitu. catatan waktunya pasti lebih baik dari kita, walo masih di 1.40an detik. Lalu ni'ma dan fythry, Inna memimpin dari awal, Fythry ketinggalan cukup jauh.. ya ya dia baru pulang diklat ya kemaren, gimana ngga cape?! Mba wiwie dan mba evie yang siang ini telat karena abis dari Menpora masih harus nyelesaian 45 menit lari mereka, barengan di lapangan merah ini.

Putaran kedua, begitu finish tadi kita cuma jalan mondar mandir, mencegah si asam-asam laktat ngga nunpuk. Terasa badan langsung recover, kembali ketitik start jantung dan paru-paru udah ringan. Dari pada salip-salipan lagi aku coba menghela kaki lebih cepat diawal, eh enak.. bertahan dan terus mengayun.. lari dan hanya lari. Ada keringat ngalangan mata, dan saat aku tempelkan bandana hijauku kemata dia lepas, hah harus tetap lari nih. Di angka 1.33 detik aku berhenti, lebih baik dari yang tadi kali ini.. jauh lebih baik dan jalan-jalan lagi..

Dan itulah menu disiang ini, kita lalu ngumpul.. peregangan ampe semua regang. Senangnya, saat semua selesai dan kita masih sehat.
Ada briefing dikit soal latihan minggu depan, 1 minggu di daerah puncak, masih tetap akan bersama summitter-summitter ini.
Di Cijantung, hari ini jantungku pasti seneng!!

Mencoba mengingat kali terakhit aku merasa letih yang seperti ini.
Lupa, lupa ntah kapan...
Cape sekali rasanya.. ampe betis, ampe ujung-ujung jari kakiku..
namun, besok kami masih akan kembali..
Untuk cape dan lebih cape dan tetap tersenyum..
Untuk sagarmatha.

Tuesday, January 30, 2007

was.. numbers of today!! (part three)

Seharusnya ini desember lalu..
My numbers of today..
Meng-ingat kembali malam menjelangnya..
Paranoia kembali, dalam tidur, lelap tak hadir..

Pun.. selama pengechek-an aku koatir..
Angka-angkanya akan terjun bebas..
Karena kaenya kekuatan otot justru menurun .. rasanya.

Lalu angkanya keluar..
My number of today di 48.
Hanya Puji Tuhan..
Terima kasih Bapa di sorga..


Ke 50.. ke 55 kami akan berusaha..

.. noktah di alam semesta ..

.. seperti noktah dialam semesta ..

kadang buahkan hanya ragu, ada dan tiada
kadang sirami bara hati yang nyaris padam
kadang angkat smangat yang terpuruk jatuh.. jauh.. dalam jarak

.. seperti noktah di alam semesta ..
satu hati penuh.. kubawa utuh.. untukmu
dengan seluruh, dalamku..
seperti noktah di alam semesta

Thursday, January 04, 2007

s.a.g.a.r.m.a.t.h.a

dan semuanya sudah terpatri disitu, disini, didalam pikiran.. didalam setiap aliran harapan, didalam setiap mimpi malamku makin kerap kau hadir, dengan dinginmu, dengan keagungan dan keanggunanmu, dalam segalanya tentangmu.. kau selalu hadir. seringkali, seperti telah ada disana, bersama, bersama-mu semua.. menapaki, dengan sangat lambat, namun tidak berhenti.. menapaki putih tak berbatas.
saat ini, ingin mengetuk pintu sorga dan bertanya, bolehkah kami ada disana?? merasakan semua yang boleh dirasakan, hadapi semuanya sendiri.. namun tidak sendirian. saat ini, detik jarum jam seringkali terdengar mengejar.. memaksa berpacu.. mengajak berlomba. tertawa bersama peluh, berteriak bersama hitungan nadi, berlari bersama hitungan lingkar luar senayan .. bersama rintik hujan yang makin kerap hadir..
kangenku makin besar, tahukah kau?? kangen ini makin tak tertahan, padamu.. pada engkau yang belum pernah kujumpa namun teramat dekat dihati.. kadang, saat gelap telah hadir.. dapat kurasa jantungmu berdetak.. walau kau teramat jauh disana.
saat ini yang kami punya masih banyak, teramat banyak dan tak'kan habis. harapan itu. kami akan datang.. kesana, menjelangmu. sekarang, besok atau kapan.. tunggu kami, kami akan datang!!

Happy noe year.. ..

Malam mulai larut..
dan kita memilih untuk ada disini..

bersama dan ramaikan malam.
dengan nyanyian, tawa, asap, daging bakar, jagung, sosis.. kopi.

dan aku memilih ada disini.
bersamamu yang dekat dihati..
bersamamu yang ada dihati..
membakar semua yang mampu dibakar
habiskan semua yang kita mampu habiskan..
tidak untuk apa-apa, bukan karena apa-apa..
hanya karena ku mau!
hanya karena kau mau..
hanya karena disampingmu semua tempat yang kupilih malam itu..

Tanpa terompet tapi dengan fireworks yang luar biasa..
tanpa keriaan yang luar biasa tapi ada tawa-tawamu..
tanpa banyak hal namun bersamamu.. cukup sudah

Menjelang 2007, bersamamu semua..
masih merentangkan harapan bersama
semoga akan selalu..