Friday, October 31, 2008

~ di Pangrango.. dan kuberhenti berharap ~

dan di lembah ini..
bulir-bulir kangenku menyatu ke bumi..
menyusup diantara kerikil yang dingin, membeku..
tak mengeluh walau menopang aku dan seluruh bebanku
mengalir dalam bening air yang selalu ada untukku lepas dahaga
ah, terbersit tanya.. 7 tahun lagi masihkah dia ada di lembah ini?

di lembah ini..
seluruh kesombongan luruh..
tak mampu berkata-kata tentang ketinggian
kuntum-kuntum kecil keabadian menohok aku,
dia, yang mampu peluk dinginnya sang malam..
dia, yang berani cumbui mentari..
dia, sang bunga abadi..
pagi ini berbisik lirih..
"aku akan selalu disini, namun apakah waktu ada bagimu"


~ Mandalawangi - 26 oktober 2008~

.. .. dan kuberhenti berharap

senja itu matahari bersembunyi dibalik rapatnya kelabu awan.. aku merasa mengenali setapak di depanku. Jalan setapak yang di kanannya lumut dan dingding tanah, di kirinya pepohonan tak begitu tinggi dan sudah mulai jarang. Di depan pasti pertigaannya, aku berucap sendiri dalam hati sambil terus melangkah menghampiri belokan yang sudah tidak begitu jauh..
dalam hati aku tersenyum, senang akan segera tiba di taman impianku..
aku terus melangkah.. dan kecewa! aku salah (lagii..)
.. .. ..

Sudah hampir jam 00.00 saat kami (djoko, gethuk, seemud & aku) meninggalkan terminal Kampung Rambutan bersama gerombolan perempuan peserta pendakian "Women Series" ke Gunung Pangrango. Rasanya aneh, melihat segerombolan perempuan disini. Agaknya efek aku terlalu sering merambah ketinggian dengan kaum lelaki. Kami jadi seperti orang aneh malam ini, saat di bus pun semuanya rapii duduk rapat di bagian depan, sementara kami seperti biasa justru langsung merambah bagian belakang. Kebiasaan yang aneh sepertinya, dan siapa yang aneh ya disini?

Di pertigaan Cimacan masih kami sempatkan beli beberapa keperluan yang masih kurang, setelah itu langsung naik angkot menuju Cibodas. Hanya ada kami berempat yang tertinggal, seluruh team women series sudah berangkat duluan, jadi ngga heran kalo kemudian bapak supirnya ngetok harga sampai 25 ribu. Di Cibodas aku masih sempatkan nemenin Gethuk cari makan, sementara seemud ama djoko re-packing beberapa benda. Akhirnya, beberapa saat lewat dari jam 3 subuh, kami menyelesaikan urusan check surat ijin dan mulai berjalan, team women series sendiri masih packing di Montana, dari Tanti aku tau kalau mereka juga akan langsung berjalan, setelah packing selesai.

Dengan Gethuk & seemud aku sudah cukup sering berjalan bersama, tapi dengan djoko ini adalah yang pertama. Dari beberapa temen aku dikasih tau kalo djoko tipenya jalan pelan tapi ngga sering berhenti, bukan orang bawel, dan di dalam ranselnya segala macem ada. Tapi dalam 1 jam perjalanan ke Panyangcangan subuh itu aku ngga nemuin djoko yang begitu, memang djoko berjalan paling belakang dan ngga suka kalo ditungguin, tapi belakangnya juga ngga dalam jarak yang jauh. Sampai di Panyangcangan kami putuskan untuk tidur sebentar beralaskan flysheet dan setelah menikmati milo hangat, seperti 4 ikan peda yang berbaris rapi kami terbang ke alam mimpi.

Mataku masih berat banget saat suara-suara berisik membangunkan aku, seemud malah udah bangun duluan walau masih tetep di dalam sleeping bag nya. Ada Dhaniez, Bang nanda, dan team woman series. Jelas kalo tim rusuh ini sudah hadir, kedamaian tidur sudah menguap menuju langit, tinggal mimpi ha ha ha .. Aku lalu melawan nggan bergerak-ku dan memasak air, menghidangkan kopi dan coklat hangat, menyambut pagi. Sambil kami menikmati sarapan, satu persatu tim women series meninggalkan panyangcangan, sementara kami masih asik dengan kenikmatan dalam memulai hari. Dhaniesz cs lalu nyusul meninggalkan kami dan .. masiy kami masih saja meneruskan menikmati sarapan pagi kami. O iya, disini djoko baru tau kalo sepatunya ternyata jebol. Alasnya sebelas kiri terbuka. Sempat aku sarankan diikat, tapi kemudian dia memilih berjalan dengan sendal gunung saja. Setelah perut tenang kami mulai packing, lalu mulai menapaki jalan setapak mendaki.

Formasi jalan subuh tadi agaknya memang sudah begitu adanya, seemud, aku, gethuk dan djoko, formasi ini berlaku hingga turun. Seemud malah begerak sangat cepat kali ini, seringkali aku kehilangan sosok berwarna biru itu. Belum terlalu jauh berjalan kami mulai bertemu dengan anggota team women series, karena seemud terus berjalan aku juga mengikuti melewati mereka. Ngga lama juga kita ketemu dengan gerombolannya dhaniesz ha ha kalo ama yang ini siy cuma ada 1 pilihan yaitu ikutan berhenti, melonggarkan punggung dan mari kita tertawa bersama ..

Pagi ini cuaca sangat bersahabat, mentari tidak terik, awannya ada sekedar mendinginkan mentari. Mungkin juga karena sempat tidur dengan sangat nyenyak walo sebentar banget tadi, tapi badan rasanya enak banget pagi ini. Seemud juga sempat ngomong hal yang sama walo kalo versi seemud agak-agak spooky "ransel gwa kae ada yang bawain Jo" hiii .. aku cuma bisa bilang " udah, ga usah dipikirin, dinikmati aja mud" abis mo jawab apa lagi.. Setelah istirahat ramean ini target kita selanjutnya adalah air panas, kita mo ngopi-ngopi lagi disana. Sepanjang jalur ini agag-agak kerja keras dikit karena bantuin nita, yang tadi udah ngga bisa tersenyum lagi karena mangkel ama bawaan yang dia harus bawa, sementara beberapa anggota tim nya berjalan melewati bahkan tanpa menyapa.. Hemh..

Waktu tempuh menuju air panas jadi lebih lama dari biasa, sungguh sangat tidak nyaman berjalan dengan daypack di depan dada. Bikin gerah, bikin jalur jadi ngga keliatan (apalagi waktu lewat air panas), tapi disini aku cuma bisa senyum aja, mencoba mengingat kapan terakhir kali jalan dengan bawaan begini, dan aku lupa.. kapan.

Dan kami menepati janji, selepas air panas trangia dikeluarkan dan kami menikmati saat-saat minum teh bersama. sudah hampir jam 11 siang, tapi masih terlalu dini untuk makan siang. Bagusnya cuaca membuat aku masih rajin motret, mengabadikan wajah-wajah ceria teman seperjalan kali ini. Ngga lama perjalanan dilanjutkan dan dalam 1 jam lebih dikit kami memasuki kandang badak. Seemud seperti sejak awal udah ngilang di depan, aku seperti biasa berjalan sendiri. Namun mendekati kandang badak di depan aku melihat Putri, jalannya sudah agak sempoyongan, ini membuat aku bergegas. Putri yang bennernya udah putih keliatan pucat banget siang itu, dia lalu menepi untuk memberi aku jalan, tapi aku lalu memaksa untuk berjalan bersama, pelan-palan, dia setuju asal aku berjalan di depan. Aku tau kalo Kandang Badak sudah sangat dekat, coba memberi semangat dengan realita itu. Saat aku tanya ternyata semalam mereka benar-benar ngga tidur, lalu ngga sarapan pagi pula! GILA. Pantes aja mereka bisa naik gunung hanya dengan daypack agak besar, logistik yang mereka kurangi. Hah hobby menyenangkan ini memang tidak mudah, tapi juga bukan hal yang sulit agaknya.

Di Kandang Badak untungnya sudah ada 1 tenda tim advance berdiri, bagaimanapun ternyata tim putri ini tidak dilepas bebas seperti burung di angkasa. Untungnya seperti itu, kalo ngga agaknya tim ku tidak akan melanjutnya perjalanan siang ini, untuk memastikan kondisi mereka semua baik. Kami mencari tempat agak menyepi, agar dapat segera mengolah makan siang karena akan melanjutkan perjalanan ke puncak Pangrango.

"mud, jam berapa sekarang?" aku bertanya saat semua ransel sudah naik kebahu kami kembali. "setengah tiga Jo" djoko yang nyahut.. hemh, semoga 3 jam dapat kami tempuh ke puncak Pangrango. Aku bukan orang yang suka berjalan dalam gelap, apalagi ditemani air hujan, hah.. dan seingatku seringkali hujan akan turun saat menuju Pangrango, semoga kali ini tidak!

Aku memutuskan tetap memakai flight series ijo ku untuk berjalan, nanti pasti akan gerak memang tapi mengingat saat makan tadi aku sampai menggigil lebih baik sekarang menjaga suhu dulu, begitu mulai hangat nanti aku buka. Kami sempatkan mampir ke tenda tim women series, lalu ketemu dhaniesz dan om Nanda juga, ledek-ledekan sejenak dan langsung melanjutkan perjalanan.

Jalur Pangrango masih seperti terakhir kali aku datangi, diawali dengan jajaran beberapa pohon tumbang. Untungnya seemud dan aku tingginya nyaris sama, jadi kalo seemud lewat atas aku lewat atas, dia merayap ya ikut merayap juga. Selain kami ada 1 tim lagi ternyata, aku lupa namanya siapa aja, mereka bertiga dan niatnya hanya tek-tok dari Kandang badak - Pangrango - Kandang Badak lagi. Kita sempat ngobrol-ngobrol sebentar, sambil istirahat ditengah jalur. Setelah itu mereka bergerak duluan, kita masih menikmati sore dengan tawa. Setelah jalur ini hanya 1x lagi kita istirahat bersama, setelah itu seemud melesat jauh, aku seperti biasa sendirian ditengah dan ada Gethuk bareng djoko dibelakang. Entah kenapa aku sangat menikmati berjalan sendiri, seringkali tidak disengaja tapi karena kecepatanku memang beda dengan orang lain.

Beberapa kali duduk sendiri, tersenyum menatap kabut, menatap kearah Gunung Gede walau sore ini ngga keliatan apa-apa. Menyenangkan karena letih ngga begitu mendera dalam perjalanan ini, keril baruku yang berjalan kedua kalinya dengan aku juga baik. Sore ini aku ngga pernah berhenti lama, hanya 2 ato 3 menit, selain karena keinginan untuk segera tiba di Mandalawangi juga karena awan gelap yang melingkupi gunung ini.

Dan seperti itulah, tadinya aku pikir betapa perjalanan yang menyenangkan. Belakangan saat terang sudah agak meredup aku makin bergegas. Yang di depan sudah ngga keliatan, yang di belakang benar-benar tak bersuara. Beberapa kali aku berfikir "Nah itu dia belokannya" saat merasa mengenali jalan setapak di depanku, namun ntah berapa kali juga aku cuma bisa menarik nafas dan kecewa he he he .. Disamping rasa yang hadir ini, egoku juga bicara lain. Aku senang dengan kondisi Pangrango yang begini, yang banyak dikeluhkan orang lain, untuk aku biarlah begitu, biarlah tetep seperti itu. Kalo bertambah pohon tumbangnya juga tak apa. Aku suka Mandalawangi yang bersih, yang sepi, yang dinginn .. Egois ya, untuk Mandalawangi aku memang egois ha ha ha ..

Lalu hadiah rajinnya aku melangkah tiba juga, tiba-tiba saat aku hanya menatap lumut dan dedaunan kecil-kecil di permukaan tanah, aku menoleh dan langsung melihat pertigaan yang sangat kukenal di depanku. ah.. puji Tuhan. Aku bergegas melangkah lebih cepat kemudian, ada suara seemud yang memanggil-manggil aku, sepertinya sudah beberapa saat dia tiba di puncak, dingin pasti menunggu aku. "Jo, kita langsung ke Mandalawangi aja ya" seemud sudah pake jaket birunya, dingin memang. "iya, yok.." singkat sudah jawabanku. Sebelum melangkah ke jalur menuju Lembah Mandalawangi, seperti selalu, kupeluk triangulasi hijau pupus itu dan memberi salam dengan ciuman. Kangen!

Sebelum gelap bennaran tiba kami dirikan tenda, Gethuk ama Djoko belon ada tanda-tandanya juga. Aku buka trangia dan nyiapin minuman, kalau nanti mereka datang setidaknya bisa langsung mnghangatkan badan dengan minuman. Minuman sudah tersaji saat mereka tiba, lalu langsung mendirikan tenda satu lagi, berhadap-hadapan 2 tenda. Dipasang flysheet diantara 2 tenda itu, malam ini kami bisa memasak dengan damai.

Bergantian aku, gethuk & djoko memasak, seemud agaknya kelelahan ato emang kurang tidur banget ya. Sebelum jam 8 dia sudah menghangatkan sleeping bag-nya dengan damaii.. Saat semua masakan kelar, agag sulit membangunkan seemud untuk makan malam. Lalu tanpa suara sama sekali juga dia menikmati makan malamnya .. kalo ditanya cuma mmhh.. mmhh.. kaenya makannya aja sambil setengah bermimpi deh :) ..

O iya, jam 8-an tadi ada orang yang datang dan membangun tenda di belakang tenda kami, aku tidak sempat mengintip ke arah mereka, konsentrasi dengan masakanku. Dari suaranya aku menghitung minimal ada 4 orang di tenda itu, dan ada 2 perempuan disana.. Besok pagi sajalan berkicau bersama mereka, dinginnya malam membuat aku sangat enggan beranjak dari tempat duduk ku..

Abis makan langsung beberes lalu hanya ngobrol bentar aja.. dinginnya malam ini benneran yang dingin banget.. semua bahan makanan dan peralatan masak aku susun rapi di terasnya tenda djoko, abis itu langsung meluruskan punggung & terbang ke alam mimpi..

.. malam yang dingin..

Paginya, lagi-lagi aku dibangunkan oleh suara perempuan-perempuan.. ternyata team women series yang summit dari subuh tadi sudah pada nyampe & sedang nodong minuman hangat :) seemud jadi bintang pagi ini he he he ..

Pagi di Mandalawangi.. aku curi waktu berjalan-jalan sendiri sesaat, disini. sebelum makin banyak manusia tiba.. sebelum jadi makin berisik, sebelum kabut beranjak ke langit..
Cuci muka di sungai kecil yang membelah mandalawangi, seperti selalu.. airnya selalu ada, walau sedikit sekali tapi cukup sekedar menyegarkan kulitku..

Setelah itu langsung deh melakukan satu hal yang aku sudah siapkan , foto-foto di mandalawangi. Aku benar2 ngga tau walau sedikit menduga juga sih.. ngga mungkin perempuan-perempuan ini jalan bareng tapi ngga foto dengan busana perempuan. Aku pake rok pinky & atasan turtle neck ku.. masih sopan lah, untuk Mandalawangi. Senang banget rasanya, akhirnya bisa punya foto dengan kostum yang aku suka, berlatarkan edelweis.. edelweis di Mandalawangi!

Jam 9 kira-kira, saat team women series meninggalkan Mandalawangi, kemudian sepi kembali hadir.. mentari juga bersinar dengan sangat cerahnya pagi ini. Tuhan, sungguh Engkau teramat baik..

Ada Nita & Jeannie yang masih tinggal bersama kami, setelah yang rame-rame berlalu kami mulai memasak lagi.. nasi goreng, puding, minuman.. macem2 deh.. Ngobrol-ngobrol dengan sangat nyantai kami ber-enam diketinggian ini. Djoko malah sempat bilang, andai ngga harus pulang sekarang akan indah sekali, andai besok ngga harus ngantor! Damn, aku sangat setujuuuu.

Tapi jam 11 siang akhirnya kami meninggalkan keindahan Lembah itu, ber6 sekarang berjalan bersama.. Sempat foto-foto sesaat juga di Puncak, bersama triangulasi yang tegak kokoh berdiri bersama kerasnya cuaca yang menghantamnya setiap hari.

Begitu jalan turun kami brgerak lebih cepat, apalagi ditunjang dengan istirahat cukup dan makan yang banyak tadi :) formasinya masih sama, seemud & Joan lalu Nita & Jeannie lalu gethuk & djoko sebagai sweeper.

12.30 kami sudah tiba di Kandang badak, team women series sudah turun semua tapi kami lalu bertemu dengan team Highcamp yang naik lewat Gunung Putri ke Gunung Gede, mereka lagi makan siang juga. Ketemu Kang Maman disini, ah senangnya. Kangen banget dengan si akang baik hati satu ini.. Ngobrol-ngobrol bentar lalu mereka turun duluan, kami masih menunggu Nita & Jeannie packing sambil masak minuman hangat & makan puding :) pudingnya enak gillaaaa.. he he he ..

Cukup santai perjalanan turunnya, selepas air panas kami mulai ketemu dengan pecahan dari team women series, lalu team highcamp juga. seneng jadinya bisa ngobrol-ngobrol sambil istirahat. O iya, kakinya djoko tremor jadi dia berjalan paling belakang. Sempat aku kasih counterpain di kandang badak, setelah itu ada minyak gosok lain yang kaenya lebih berpengaruh dari Nita. Pelan-pelan sekali, tapi djoko tetep jalan, salute banget ama dia :)

Jam 16-an, Panyangcangan rameee banget. Entah ada berapa kelompok orang disini. Team Highcamp, Women series, kami, lalu ada anak kampus mana juga gitu.. sambil nunggu djoko aku lalu masak schootel indomie, buat ngeganjel perut siy niatnya. Tapi dasar amateur ya, bumbunya lupa dimasukin, jadinya hambar.. tapii teteub abis juga lo.. ha ha ha

Waktu djoko nyampe Panyangcangan semua orang idah turun, tinggal kami ber6, lagi-lagi.. Istirahat sebentar, lalu langsung jalan lagi.. Jam 6 lewat sudah, gelap sudah mulai turun juga waktu aku & seemud masuk ke pos perijinan di Cibodas..

Perjalanan ini sangat menyenangkan. Karena jalannya juga dengan orang-orang yang memang sangat asik ya.. lalu ritme jalan yang nyantai, ngga dikejar-kejar itu juga sangat menyenangkan. Banyak makan, menu sehat, berhenti untuk beristirahat sesuka hati, banyak tawa dan banyak canda disini.. menyenangkan. Ini perjalanan kami pertama bersama lewat jalur legal, agak asing, namun menyenangkan.

Bapa di sorga,
terima kasih untuk cuaca cerah-malam penuh bintang-pagi bermandikan sinar mentari dan teman seperjalanan yang luar biasa.. ..
Seemud, Djoko, Gethuk makasih banyak..
Nita, Jeannie teman-teman yang menyenangkan karena makannya pada banyak!!
Team Women series, Highcamp, .. it's been fun, huh?!

Mandalawangi, aku akan kembali ..


foto-foto lebih lengkap bisa dilihat di Balease

Thursday, October 09, 2008

~ Gekbrong - Gemuruh - Galudra ~ Pendakian Anak Durhaka 2

"ugh.." mati gaya sudah. Kakiku mentok, di kanan ada jendela, di kiri ada semud dan tanpa bisa menatap apa-apa karena tumpukan ransel-ransel membubung tinggi hingga langit-langit mobil carteran ke Sukabumi itu. O iya, supirnya benneran pembalap sejati, 1 jam - 1 jam saudara-saudara waktu yang ditempuh dari Bogor ke Sukabumi di malam kedua lebaran ini.

Di Sukabumi, teriakan gembel-gembel diperut kami redam dengan sate ayam berkuah soto, ayam lagi - ayam lagii! Buatku ini seperti menu putus asa - asal perut keisi dan lupakan saja soal rasa! Disini 5 orang gerombolannya Om Bob juga bergabung lagi, karena tadinya mereka ngangkot dari Bogor, carteran kita gag muwat. Saat kelar makan, beberapa saat sudah lewat dari jam 00.00 dan 2 angkot sudah siap membawa kita menuju Gekbrong.

Perjalanan menuju Gekbrong ngga begitu lama, namun jalurnya ampun-ampunan benner, ban-ban mobilnya ampe berasap karena kepanasan dan diangkot yang 1 lagi malah penumpangnya harus turun dari angkot karena angkotnya kehilangan daya :( Dari titik kita turun dan mulai berjalan, hanya kira-kira 15-20 menit berjalan melewati pepohonan tinggi dan rimbun bambu, dan kita tiba di Camp site - tempat kita habiskan malam ini, eh subuh ini ding!
Berdiri 5 tenda malam ini, rasanya semua orang benar-benar ingin tidur dengan nyaman. Menjelang jam 4 subuh saat satu-persatu mulai masuk tenda, setelah berbagi tawa, berbagi canda, berbagi ledekan, berbagi kopi dan berbagi tubrukan teh .. ..

Hari pertama ..
Hari pertama? Hemh.. Hari ini bangun siang, jam 9an kali. Matahari sudah tinggi saat aku nikmati sarapan dengan segelas kopi dan setangkup roti berisi daging (daging lagi ha ha), lalu ada sesi pemotretan dan sesi packing. nyantai? yup! Karena kita sambil nunggu gerombolan yang nyusul dari Jakarta pagi tadi. Jam 11 lewat sudah saat semuanya siap dan kita mulai bergerak, rencananya kita akan nunggu anak-anak di "dam air". Tadinya aku pikir ini agak jauh ke atas, ternyata belum juga keringatan, baru sekitar 15 menit berjalan, kita sudah sampai. Rasanya aneh bangun siang, leha-leha, jalan bentar eh udah istirahat lagii.. ha ha ha hari yang indah niyy..
Kira-kira jam 12 siang lebih dikit akhirnya Sunu, Joitem, Om cupy, Jack D & 4 orang temennya tiba, gerombolan ramee kita jadi makin rame aja. Jam 13 an, kelar makan, beres-beres, packing lagi dan kita mulai jalan.
Target kita hari ini di 1800 mdpl, Om Bob seperti biasa selalu di depan, kali ini dibelakangnya disusul oleh gerombolan ntah mana aja, tapii selalu ditutup oleh team sweeper ceria ha ha.. Aku? nyempill aja ntah dimana aja, semau kaki, semau hatii.. ngga bakat jadi sweeper sowalnya ha ha ..

Hari ini hutannya indah, jalan setapaknya jelas walau kadang ada 1-2 persimpangan. Pepohonan tinggi berjajar tak beraturan, ada lumayan banyak pacet kelaperan di jalur ini tapi ya sutralah ya mo diapain juga. Sepanjang jalur hari ini emang nanjang, tapi menyenangkan karena ngga ada nanjak yang ampe bikin "ngap". Penambahan ketinggiannya beradab banget, asoy..
Jam 17.00 lewat dikit kita sampai di 1800-an, tapi punggungannya tipis banget, Ngga ada lahan cukup luas disekitar sini, jadilah camp site malam ini memanjang sepanjang punggungan, ada 5 tenda berdiri menampung 16 manusia dan 2 flysheet dikibarkan malam ini menampung 7 begundal :)
Malam yang lagi-lagi penuh tawa, ada om Bob yang jumpalitan ngadepin otak-otak dipenggorengan, ada tragedi ikan peda di flysheet om cupy, ada hujan bersahabat yang turun sesaat, ada yang tidur sendirian, ada shooting di balik tenda..

Hari Kedua..
"Dhuaarrrr..." tidur nyenyakku terbang bersama gelegar suara dari benda kecil titipan seorang bocah tua nakal yang ngga ikut dipendakian kali ini..
~ selamat pagi dunia ~
Pagi ini segelas kopi, segelas teh, mie instant pake telor! cukup dan kita siap berjalan, sore nanti rencananya kita nge-camp di suryakencana. Dilihat dari kecepatan kita kemaren, hari ini butuh bergerak lebih pagi..

Seperti kemaren, ada beberapa pohon tumbang disepanjang jalur. Jalur yang menanjak perlahan tapi jelas. Setiap kali kita istirahat selalu ada perubahan ketinggian yang jelas, ini menurut info dari om cupy..
Pagi ini matahari bersinar dengan ceria, membuat keringat juga mengalir dengan kecepatan penuh. Beberapa kali berhenti - istirahat - menunggu team di belakang menyusul - dan menghitung ketinggian. Kira-kira jam 12.00 Om Bob ngajakin makan siang, kebetulan kita lagi ketemu tempat lumayan datar. Langsung deh peralatan tempur dikeluarkan, dan masak-memasak dimulai. Menu siang ini ikan goreng & soup cream jagung.. yummy.. yummy ha ha ..

Siang ini, seakan ngga mau kalah, rintik hujan juga mulai turun.. ingin ikut melengkapi warna-warni perjalanan kita, untungnya flysheet udah terpasang dan semua tetep bisa makan dengan santainya. Saat ini ketinggian kita udah disekitaran 2600an, jadi menuju puncak Gemuruh tinggal kira-kira 330 meter lagi :)
Kalo ngeliat jalur yang udah dijalani dari pagi tadi, kaenya belum akan terlalu sore kita ampe disana, nanti.

Hujan benneran iseng siang ini, menyirami bumi dengan cerianya. Raincoat mau gag mau harus dipake, yang paling males adalah saat harus keluar dari bawah teduhnya flysheet dan melanjutkan perjalanan. Akhirnya, Gerombolan anak-anak condet :) memulai, mereka berjalan di depan, lalu gak lama aku nyusul, kayanya dibelakangku gerombolan Jack D lalu para sweeper. Udah jam 1 lewat siang itu, saat kita lanjutkan perjalanan, karena hujan ngga berhenti juga, kita ikutan berjalan tanpa henti juga.. Vegetasinya sudah berbeda sejak kita makan siang tadi, pohonannya mulai lebih pendek dan cantigi mulai rame, selalu menyenangkan berjalan diantara cantigi. Memberi nafas ketinggian diudara..

Aku ngga tau jam berapa tepatnya, sekitar jam 4 an mungkin, saat tiba-tiba aku melihat Opiek ama Beng-beng berdiri di satu pelataran. "Ini Gemuruh?" aku nanya, "Iya Jo Gemuruh. itu makamnya" mereka nunjuk gundukan tanah berpagar ranting..
Ampun, nyaliku langsung ciut dan melipiri dataran itu ke sisi lain yang menjauhi gundukan tanah itu. Tidak pernah menyenangkan ada didekat makam, untuk aku.

Ngga lama satu-persatu menyusul. Hujan belum juga reda, kabut makin tebal dan angin makin kencang. Indahnya ada disini, pada saat ini.
Lalu ada foto-foto session, ada saat menambah kabut di udara dan ada juga saat begong saja, berdiri menggigil seperti batang pohon. Kira-kira 30 menit berada disana, ransel kembali dipanggul, perjalanan harus dilanjutkan. Suryakencana, kami datang!

Namun :) ternyata perjalan pendek menuju Suryakencana juga adalah kisah menarik tersendiri, saat aku & bunda yang tadinya berjalan di depan berhenti ketika bertemu persimpangan. Om Bob ama Opiek lalu nyari jalur (jalur cepat) dan jadilah kita melewati jalur denagn kemiringan semiring-miringnya!!! Ngga kebayang mpo' Ipeh dengan sepatu cantiknya dijalur ini, pasti kacau-balau rasa dikakinya. Perjalanan jadi lambat sekali, terhenti seperti macetnya Jakarta. Team sweeper sudah kehabisan stock sabar, akhirnya satu persatu disalib dan tinggal beberapa kita dibelakang.

Dibawah, di Suryakencana beberapa jajaran tenda sudah terlihat, agagnya kami bukan satu-satunya gerombolan anak durhaka musim ini. Walau pastinya kami satu-satunya gerombolan anak durhaka yang membalak di jalur ilegal :) he he itu yang membuat ini menarik!

Di Suryakencana, kita nongol di alun-alun Barat, disini isi lagi semua botol kosong denagnstock air bersih. Bertahap bergerak menuju alun-alun timur, karena kabut udah makin tebal dan hujan dan angin berasa makin ceria.
Senja yang dingin. .
Senja yang putih. .
Senja di Suryakencana. .

Malam ini, hujan ngga juga reda. Api malam ini gagal. Tapi makan malam tetap berlangsung dengan sukses. Yang kasihan Joitem, mungkin kaerna dia masuk angin, ngga ada makanan yang dapat menggugah nafsu makannya. Kita sudah pancing dengan sambal bajak - gagal. Kita masakin Indomie goreng (mintanya 2 lagi) tapi tetep gagal. Akhirnya dia memilih menepi & menyepi di tendanya, dan kami (om bob-anton-sunu-semud-om cupy-joan) teteub melanjutkan menemani malam dengan berbagi tawa dan segelas kopi hangat.
Ah, sungguh malam yang indah.

Ngga lama, saat malam mulai belajar larut, akhirnya kita menghangatkan sleepeng bag & tenda kita. Ha ha ha .. rapat-merapat banget malam ini, nyaris ngga bisa berkutik karena tenda anton ditambah dengan om cupy yang sama sekali ngga imud dan sunu! :)

Saat semua sudah damai, saat aku ada diantara bumi dan langit, tiba-tiba ada check sounda dari tenda kiri dan kanan. Ada teriakan - teriakan yang rasanya seperti Dejavu, seperti tahun lalu, disisi lain Alun-alun ini. Joitem & Om Bob bener-bener adu kenceng suranya menghadapi tawa-tawa dari tenda tetangga. Saat semuanya reda, yang tersisa hanya dinginnya malam, suara rintik hujan yang jaruh di flysheet, hangatnya tenda, dan bisikan angin.
Yang tersisa hanya damai..

Hari Ketiga ..
"Nasi uduk.. nasi uduk mas"...
What?? PDA - ini di Gunung!
Tapi kenyataannya memang begitu, pagiku dibuyarkan oleh suara para penjual nasi uduk. Hidup memang keras!

06.30, Suryakencana masih berliput kabut. Masih dingin. Aku coba abadikan kuntum-kuntum edelweis, namun aku kalah oleh dingin, semuanya ngga fokus. Aku menyerah dan memilih menikmati segelas kopi hangat saja, pagi ini.
Menu pagi ini bubur kacang Ijo :) enak. Segelas saja, cukup rasanya. Lalu berleha-leha sebentar, lalu satu persatu mulai packing. Dinginnya Suryakencana memang menggigit pagi ini, tapi ngga mungkin juga jalan dengan jaket, raincoatnya juga udah lepek efek hujan kemaren. Sudah saja, bersatu & menikmati dingin saja. Itu sudah.

Seperti tahun lalu, edisi foto-foto anak durhaka ada lagi, kali ini dengan busana batik. lucu, karena lagi-lagi seakan-akan alun-alun ini hanya punya kita, 23 manusia narsiss. Lalu, untuk melengkapi lebaran tahun ini, 1 ledakan "Dhuaarrr" menutup sesi foto-foto dan membawa kita kembali ke bumi, kembali ke kesadaran besok harus masu kantor lagi :)

Jalur turun kali ini adalah Desa Galudra, namanya keren ya. Jalurnya langsung dari alun-alun timur, berlawanan dengan arah turun ke Gunung Putri. Disini lagi-lagi kita bergerak lambat, lambat sekali malah. Kalo dilihat dari jalurnya sepertinya 3 atau 4 jam sudah sangat dukup untuk tiba di Galudra dengan berjalan santai, tapi adanya pak guru yang cedera lurut benar-benar menahan langkah kita.

Di jalur turun yang jadi sweeper benaran lengkap. Mulai dari Bunda, om Bob, Anton, Sunu, Semud, Joitem, Joan, Opiek & Om cupy, berjalan santai dan menikmati pemandangan manusia berjalan di atas awan :)

Banyak kekonyolan beneran terjadi disini, ntah itu saat jalan, ntah itu saat istirahat panjang kita. Seru, dan tiba-tiba kita sudah di galudra. Perjalanan panjang menuju desanya yang paling menyiksa jari-jemari. Ada perih-perih kecil dan cenat-cenut tanpa henti di ujung jemari..

Warung di Galudra jadi titik akhir perjalanan ini..
Menjadi titik akhir ditutupnya pembalakan ilegal untuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango..
Menjadi titik awal rencana-rencana ilegal gunung-gunung lainnya..

Bapa di sorga, terimakasih..
Mentemen terimakasih, sungguh perjalanan yang indah!!