Thursday, August 13, 2009

~ Raung 3 : Bora .. Bora .. Raung .. Raung .. ~

Pagiii .. :)

Pagi yang basah, pagi yang dingin.
aku memilih suara steven & the coconuttreez menemani pagi ini "Trully kawan". Sejak dari Jakarta selama persiapan hingga saat ini, lagu ini sering sekali terdengar, mungkin karena aku mellow saja, teringat teman yang ga bisa ikut disini ..

Semalam agaknya ada potongan dahan yang mengganjal di punggungku, membuat pagi ini agak berat menekuk punggung dan meninggalkan tenda, namun suara-suara sudah rame diluar. Aku memilih menggulung celana tidurku hingga lutut, celana ini akan jadi andalan hingga pendakian ini usai, hingga ntah berapa hari. Masih ada sisa asap sedikit, sisa pembakaran kayu basah semalam. Efek pembakarannya jelas terasa di tenda sebelah semalam :) gimana mau bisa tidur kalo tenda penuh asap yaa ..

Hari ke3 ini, tetap belum ada yang mau berusaha mengurangi kesantaian yang terjadi. Bangun langsung ngopi-ngopi dulu, ngeteh, nunggu chef opiek kelar masak, makan, sebatang 2 batang roko, mulai bongkar tenda, lalu baru packing. Kira-kira jam 9.30 semua baru kelar packing dan nyaris jam 10 pagi baru kami mulai berangkat. :) indah memang ..

Tak henti mengejar sesuatu yang belum pasti Kadang kau gagal lalu frustasi Tapi hidup yang indah cuma sekali Terlalu singkat untuk ditangisi

Dan perjalanan dimulai lagi dengan formasi tak beraturan tentu saja. Target memang sudah ditentukan akan sampai dimana sore ini tapi kami masih memilih untuk tetap menjaga jarak tidak terlalu jauh, soalnya ngga seru cela-celaannya kalo jauhan yaa :) ..

Jalur menuju Camp ketiga ini lumayan maknyoss .. lumayan tanjakan tanahnya, tapi luar biasa juga pemandangannya. Ada beberapa jalur yang bagian atasnya sudah dijalin semak-semak, mau ngga mau kita harus berjalan dengan sangat menunduk atau malah dengan lutut sekalian. Melewati jalur begini cukup menghibur, setelah lewat aku bisa tersenyum melihat raut muka kocak yang terjebak ditengah semak dengan menhir dipunggung. hehe ..
Ada beberapa tanjakan tanah yang cukup sulit dilewati, ngga kebayang kalo harus lewat disini sambil diguyur hujan. Akar-akan pohon cukup membantu untuk naik, tinggal yang lewat belakangan aja rada apes karena jalurnya udah semakin sulit dipijak ambrol karena beban sebelumnya.

Untuk manusia seperti aku, jalur pendakian hari ini sangat mempesona, ntah berapa banyak kali aku dibuat terpana dijalur ini. Aku suka pohon, aku suka pepohonan besar yang tumbuh sendiri ato ramean, aku suka aroma hutan yang mendamaikan, dan disini, di hutan Raung aku temukan itu semua. Berdiri sendirian diantara pohon-pohon besar teramat mendamaikan, seperti mendapat kekuatan untuk terus berjalan namun juga keinginan sangat besar untuk diam saja.
Bukan aku saja ternyata yang terpesona, gerombolan yang berjalan belakang juga agaknya memanjakan mata dengan pemandangan tidak biasa ini, lamaaaa baru pada nyusul yang udah pada jalan di depan :)

Siang ini kita masak makan siang yang enak banget dibawah pepohonan segede-gede gaban, telor dadar, tumisan sayur, ikan goreng, dan rendang, ditemani kopi hangat dan teh tubruk. Semua terasa lebih hangat, semua terasa lebih enak, semua terasa lebih dekat diketinggian ini.

Sehabis makan siang jalurnya seperti berjalan diundakan raksasa, nanjak lalu ntar diatasnya ada pelataran, nanjak lalu pelataran.. selalu sayang untuk dilewatkan begitu saja pelataran begini, ada yang nyempatin sholat, ada yang langsung ngasepin dunia, ada yang bikin orang lain ketawa, ada yang hanya mengamati lalu tiba-tiba ketawa juga, aneh! :)

Belum terlalu sore, saat kita nyampe di pelataran yang pas banget buat jadi camp kita malam ini, waktunya juga pas banget untuk berleha-leha sejenak sebelum mulai beberes. Ada batang pohong dengan posisi menggoda sekali disini, agak dipinggir punggungan memang, tapi setelah diliat-liat cukup kuat pasti untuk menahan beban tubuhku.. dan jadilah, tiduran sesaat menerbangkan khayal nyampe langit, dan dilanjutkan dengan sesi foto-foto manusia-manusia narsiss .. Bisa menatap mentari tenggelam dari sini, posisinya memang ada di punggungan yang tidak begitu lebar, jadi untuk mata tempat ini cukup memanjakan.

Sekitar jam 7 malam semua bahan makanan sudah diolah, energi dari makan siang tadi rasanya sudah tak bersisa sama sekali, semua langsung habis-bis, ditutup dengan segelas kopi dan teh tubruk lagi.

Disini perjalanan malam cukup panjang, kopi dan teh terus diproses, api unggun terus menyala dan menjadi saksi kekonyolan-kekonyolan malam ini. Object utama malam ini adalah Rudy :) mulai dari kekonyolan tentang pesawatyang terbang malam menyampaikan kabar burung dari seorang teman, rencana untuk ikut pelatihan survival & navigasi, "Goyang duyuu" disekitan api, sampai cerita tentang asal mula nama Tambora dan Raung! Untuk yangterakhir tentu ngga bisa dijabarkan disini, terlalu konyol soalnya :)

Jam 9 an lewat, saat beberapa lalu mulai menghangatkan sleeping bag di dalam tenda. Cerita konyol masih terus mengalir juga, mengantarkan tidur tentang seorang provost dan tahu sumedang!!.. .. ..

Perjalanan masih panjang .. dan desau angin yang berbisik raung.. raung..raung.. mengantar kami ke alam mimpi.

1 hari yang teramat indah ..
Good night Raung ..

Raung, 23 Desember 2009