Wednesday, August 29, 2007

I will do it both way ..

Kenapa sih aku suka naik gunung?
Tentu ada banyak banget alasan untuk menjawab itu.. banyak alasannya cukup masuk akal, banyak juga alasannya yang rada nyeleneh dan mungkin beberapa ngga akan dapat begitu aja dapat diterima oleh orang-orang.. tapi terlepas dari semua alasan itu.. ayolah, gunung itu memang teramat pantas untuk dicintai bukan??

Tahun lalu, waktu bergabung dengan Tim Everest Indonesia setiap kita latihan di sekitaran Gunung Gede & Pangrango, pasti ngga boleh nginap di atas.. Mau itu cuma naik ke Gede doang ato ke Pangrango doang ato naik dua-duanya dalam satu hari, pasti perjalanannya naik lalu langsung turun lagi.. Dengan latihan fisik yang kita jalani selama setahun kemaren perjalanan begitu ngga begitu jadi masalah, apalagi dilakuinnya dengan cewe-cewe gila itu, semuanya terasa menyenangkan..

Tahun ini, setelah tim itu resmi dibubarkan, kebiasaan ini sempat nongol lagi. Awalnya sih karena obrolan degnan toffan, soal apa aja porsi latihan yang aku jalani dalam setahun kemaren, ternyata itu membuat dia jadi pengen banget nyobaik tek-tok.. ya begitulah kami menyebut acara naik & langsung turun gunung lagi itu..
Belum banyak gunung sih yang sempat kita cobain untuk tektok, untuk tahun ini baru 3 gunung yang kita jalani bareng, ke Gede, Pangrango & Cikuray.. dan semuanya sangat menyenangkan..

Lalu ada tim lain, yang membuat naik gunung memberi warna lebih indah, aku mulai jalan dengan tim ini Mei kemaren, baru sekali itu nemu jadwal yang beneran bisa match, tapi sekali itu udah sangat membuat aku jatuh cinta dengan jalur-jalur yang kemudian mereka pilih..
Kita menyebutnya "Illegal Login" atau naik gunung tapi bukan lewat jalur yang resmi..
Waktu aku jalan dengan mereka pertama kali, kita ke Pangrango lewat jalur Pasir Datar lalu masuk Masigit lalu nembus di alun-alun Mandalawangi.. Medannya lumayan gila "baca : jalurnya banyak yang tertutup, hingga perlu ditebas lalu untuk mencari air perlu turun 1 jam ke lembah, dan tanjakannya juga lumayan", pendakian ilegal pertamaku ini makan waktu 3 hari, namun semuanya dalam pendakian ini sangat menyenangkan..
Yang menarik dari illegal ini juga adalah perencanaannya yang detil, biasanya kalo lewat jalur normal kita sering ngga begitu peduli untuk bawa kompas & peta, tapi disini semuanya dipersiapkan dengan sangat baik.. dan itu menyenangkan.. menyenangkan..

Kalo yang aku liat sih ampe sekarang, temen-temenku yang ilegal ngga suka tektok, lalu yang tektok juga sangat menolak ilegal.. tapiiii indahnya hidup jadi manusia merdeka adalah kita boleh memilih bukan?? Dan untuk aku, kedua hal ini memberi warna yang beda dalam naik gunungku..
Bukan berarti ngga suka naik lewat jalur resmi ya, masiy tetep.. namanya naik gunung lewat jalur manapun akan menyenangkan.. Tapi, sekali-kali mencari yang sedikit beda lucu juga kan..
:)

Monday, August 27, 2007

Cikuray - Dancing with the moon

.. 06.30 sore dan aku bertemu denganmu lagi...
leganya setelah berpacu dengan macetnya Jakarta.. berpacu dengan arus kendaraan yang berlomba menuju Bandung.. berpacu dengan argo taksi bandung yang gila-gilaan.. melihatmu dengan ransel biru dan senyuman diwajahmu, itu menyenangkan..

Mata-mata kelaparan seakan menatap mangsa mengikuti sepanjang terminal Leuwi Panjang, tapi sepertinya wajah sangarmu masih mampu mencegah mereka untuk melangkah terlalu dekat. Akhirnya justru di luar terminal Elf menuju Garut itu kita temukan,dan kendaraan yang seharusnya berkapasitas 15 orang itu diisi hingga 30 orang. Duduk begitu dekat denganmu, boleh menyandarkan letihku padamu, boleh menikmati senyum dibibirmu, diantara gerah dan asap rokok dari tempat duduk dibelakangku, semua tak apa - jika denganmu. Perjalanan 2 jam menuju Garut itu tidak begitu berasa, walau kondisi seperti itu sudah lama sekali sejak terakhir, berhimpit-himpitan. 2 jam dan lututku yang mentok kemana-mana di bus yang sangat ukuran Indonesia ini bisa bernafas lega kembali. Darah dapat menari, melompat, tertawa dan berjalan sesuai rambunya, lalu sekarang perut yang harus diisi, jeritannya mulai membuat aku tidak nyaman..

Hanya ada warteg disini, pada jam 9 malam diseberang terminal Garut! Si Ibu yang aku yakin usianya lebih dari 60 tahun hanya punya tempe goreng, mungkin juga sudah digoreng sejak kemaren untuk menemani nasi yang dingin. Ada sayur mentah untuk dilalab, memang tidak boleh berharap terlalu banyak saat ini. Diantara semua sajian yang dingin ini aku hanya menemukan kehangatan dalam segelas teh tawar dan dalam senyumanmu - dan itu cukup.

Lalu melihatmu beradu kata dengan para pilot Ojek, itu lucu untuk aku. Dan saat selanjutnya kita sudah membelah malam seperti batman dan robin, kau batman dan kau boleh jadi robin juga kok.. Satu jam rasanya hampir pasti ada saat pinggangku mulai menarik-narik karena pengaruh daypack dengan kapasitas tidak beradab di punggungku. Seperti pernah kutuliskan, bahkan ojekpun menyerah menghadapi kabut malam di kaki gunung ini. Sepertinya kita harus jalan bedjoe - katamu dan aku hanya menjawab dengan senyuman. Hampir jam 11 malam, ditengah-tengah perkebunan teh, diantara kabut, ditemani sinar bulan purnama, dan dingin. Namun aku bersamamu, dan aku suka itu, jagoanku.

Hari kembali ke jam 00.15 dan titik-titik lampu itu sekarang ada di depan mata, senangnya. Katamu kita istirahat 2 jam aja joe, ntar kita langsung naik aja. Untuk aku apapun jadi, ini perjalananmu, aku senang sudah diajak, aku senang hanya aku yang diajak! Namun, enggan kalo aku bilang PU - paktor usia, akhirnya kau berdapai dengan letihmu. Joe kita buka tenda aja deh, tapi maksimal 3 jam ya kita istirahat, untukku apapun jadi teman menjelajahku.

Dari daypack ajaibku tenda itu keluar, kapasitas untuk 3 orang, lega sekali untuk kita berdua. Lalu aku bilang : sleeping bagmu ntar dilebarin aja yah, aku ga bawa, ga muwat. Lalu - Joe, aku juga ngga bawa sleeping bag! Ha ha ha.. dan tawa kita pun pecah dikeheningan malam itu.. dua orang tanpa kandungan lemak lebih dibawah kulitnya dikaki gunung, diketinggian sekitar 1000mdpl tanpa sleeping bag, KONYOL. Akhirnya semua pertahanan dikeluarkan, jaket, raincoat, kaos double. Namun malam ini mataku nggan terpejam. Saat alarmku bernyanyi, aku memilih membiarkan saja kau tetap terlelap, besok pagipun gunung itu akan tetap ada disana. Malam ini, kau tidur lelap dan biarkan irama nafasmu temani aku dalam pengembaraan alam sadarku hingga pagi menjelang.

05.45 aura kehidupan kembali bersinar. Kau terbangun, cenga-cengo membuka tenda, mendongak menatap langit dan tiba-tiba melompat "Jesus Christ.." .. kau, selalu menyebut itu.. membuat aku kadang bingung apa agamamu. Halah, kehebohan duniamu kembali, baru 5 menit yang lalu kau tampak sangat damai di bumi ini. Kini, sedikit waktu untuk kenarsisanmu tidak cukup, kulewatkan pagi untuk mempersiapkan sarapanmu, seadanya. Coklat hangat yang kau sangat suka dan mie instant yang kita berdua tidak suka. Berada dikaki gunung ini mengingatkan aku pada seseorang di Papua, kangenku menggerakkan jari untuk mencari namanya dideretan nama di henponku. "Ra, gwa lagi di .. ama .. dan gwa ingat loe" Lalu satu salam disampaikan untukmu, lalu satu pertanyaan tentang Edelweis membuyarkan angan kita dari berendam saja di air panas..

Katamu orang-orang butuh 5 hingga 6 jam untuk sampai di puncak, seingatku tidak selama itu, tapi kita lihat saja nanti ya. Setelah menitipkan banyak benda, hanya daypack yang nangkring di pundakku yang harus dibawa. Jam 08.45 kita mulai melangkah naik, namun senangnya karena jam 2 siang kita udah ada dibawah lagi. Seperti selalu kau berjalan didepanku, sepertinya kau tidak begitu peduli pada tanaman yang menari di sepanjang jalan, pada kicau burung yang tidak akan kau temui di jakarta, pada perdu yang nakal meninggalkan garis dilenganmu. Untukmu hanya berjalan terus dan sesekali berteriak "..Beddddjjjoooowwwww...."

Ough, sabarlah. Aku berjalan bersama mahluk kecil bersayap hitam yang melompat-lompat sepanjang jalan dengan aku, seekor burung kecil sebesar genggan tangan.. Aku tau kau tidak pernah terlalu jauh dari aku, namun selalu lebih menyenangkan menatap sosokmu didepanku. Dan akhirnya puncak. Kita rayakan dengan sehat, dengan makan buah dan juga minum sari buah. Lalu jepretanmu disekitarku, lalu kau minta aku abadikan kau dalam banyak gaya, namun tetap tak pernah kau mengaku pengagum diri sendiri!

Sepanjang jalan turun kau ada didekatku, hanya setelah lepas dari hutan kau melangkah lebih cepat seakan malas dengan perih dikulit karena matahari. Dibatas kebon teh dan jalan koral kau menanti, menemani aku dengan pandanganmu yang seakan menjaga dari keusilan orang - orang yang sedang memuat daun teh ke atas truk. Beberes, cuci muka, dankau kehabisan kaos. Selama ini aku selalu berfikir kau lebih kurus dari aku, namun begitu kaos putihku lolos ke tubuhmu aku hanya dapat tertawa. Seperti jungkies dipulau Bali! Cukup, tetaplah dengan kaos merahmu yang sudah bermandi keringat.

Dan kembali, dalam beberapa saat selanjutnya kita sudah kembali dalam permainan dengan motor dibawah mentari yang membakar kulit. Perih. Aku dan kau sebagai pilotnya. Berpegangan erat, berjuang menghindarkan kaki dari batang teh kering yang terkadang keras membentur lututku, terpaan rambutmu yang menghujani wajahku, kuikat - kurapikan dan masih angin membawanya menggelitik wajahku, biarkan saja, biarkan dia bermain.

Setelah hampir 24 jam, kembali bertemu makanan beradab, senangnya. Melihatmu kembali riang, riang melahap segalany, memuaskan lapar dan dahaga sambil berbincang menatap hijaunya petak-petak sawah diseberang jalan. Kadanga aku hanya dian dan menatap wajahmu, matamu. Kadang kau hanya dian dan memanjakan aku dengan senyumanmu..

Kembali ke Jakarta, di bus dan sekejab kau terlela. Lucunya melihat mimik diwajahmu saat sesekali terbangun dari lelapmu, seperti semalam kunikmati lelap tidurmu. Sesaat akupun terlelap dan kusandarkan semuanya padamu, hingga tiba kembali di Jakarta.

Dan kembali ke kamarku, saat kuletakkan semua beban dari pundakku, melirik jamku 06.30 sore seperti kemaren. Masih terasa hangat dipipiku, saat tadi kau kecup dua pipiku. Aku lelah, namun sebaris kalimat tetap mengalir untuk 24 jam yang luar biasa bersamamu.

~ Terima kasih Tuhan ~

Tak pernah terpikir itu adalah saat terakhir aku boleh berjalan bersamamu, diatas bumi ini. Menggapai mimpi yang kita jalin bersama, menapaki ketinggian yang kita cinta

"Selamat jalan jagoanku.. Tidurlah dengan damai dalam keabadian hatiku"