Thursday, January 15, 2009

~ Raung I : Kepak sayap burung Rangkong ~


Jam ku sudah menunjukkan hampir pukul 14.00, saat akhirnya kami ber9 resmi memulai pendakian menuju Puncak Sejati Gunung Raung lewat jalur Kalibaru. Meninggalkan Pondok pak Sunarya (950 mdpl) tempat kami mengisi penuh kantong-kantong air dan menghabiskan makan siang yang sudah disiapkan oleh bu Soeto. Ditemani iringan suara steven & the coconutrees, akhirnya perjalanan ini kami mulai.

Beban dipunggung terasa menahan langkah-langkah kaki, kakiku dan 8 teman seperjalananku. Belum lama berjalan diantara rimbun pohon-pohon kopi dan peluh sudah membanjiri seluruh wajahku, rasa berat sudah menahan laju langkahku. Udara terasa semakin panas dan aku menghitung satu persatu tarikan nafasku yang berpacu kencang, detak jantungpun ngga kalah riangnya siang ini, berpacu.. berpacu dengan tarikan nafas tapi tidak dengan langkah kakiku yang justru ingin berhenti.. Sesekali masih terdengar suara-suara saling ngeledek dari belakang, ngeledek dirinya sendiri di jalanan setapak yang terus mendaki. Ah.. seperti selalu, awal perjalanan memang terasa sangat berat. Tubuh-tubuh ini masih kaget agaknya dengan berat beban yang menggayut di punggung, berat beban yang sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah begini, tak pernah seberat ini, lagii ..

Dari langit lalu terdengar suara menderu yang membuat kami berhenti sesaat, ada 2 sejoli burung rangkong sedang melintas, indah menghias langit yang bersaput awan putih. Mereka terbang tidak terlalu tinggi, sama seperti temannya yang tadi melintas saat istirahat kami di pondok pak Sunarya. Pemandangan seperti ini sangat jarang aku temui, melihat elang atau rangkong yang masih bebas di habitatnya, sangat menghibur.
20 menit berlalu dan beum ada tanda-tanda manusia yang ingin berhenti dan bernamai dengan deru nafas, akhirnya dari barisan belakang ada suara om bob yang terdengar sangat mendamaikan "woiii gag ada yang cape apa niy, kalo mau brenti .. brenti aja dulu, pada kuat-kuat amat sih.." ha ha ha .. aku langsung tertawa senang denger banyolan satu itu. Ngga lama, perhentian pertama yang kunanti itu terjadi, duduk manis diantara rerumputan dan batang-batang pohon kopi, melegakan tenggorokan dengan aliran air bening. ah.. ini indah!


Memasuki menit ke 60 sekian, tubuh sudah mulai berdamai dengan ketinggian dan berat gayutan beban dipunggung, nafaspun sudah mengalir dengan lebih beradab. Jalurnya masih sama sejak awal, menanjak perlahan seakan memberi waktu untuk kami berkenalan dengan jalur Kalibaru menuju puncak sejati gunung Raung ini. Perkebunan kopi penduduk sudah ditinggalkan dan pepohonan Raung sudah bersama perjalanan kami. Ada beberapa pohon tumbang yang harus dilewati, seringkali ini menjadi bahan lelucuan tersendiri karena kelakuan ajaib yang muncul begitu saja disini. Saat mau lewat atas tapi ketinggian dan lewat bawah berarti harus merunduk serendah mungkin, dengan beban dipunggung ini sebenarnya apa saja terasa tidak menyenangkan.

Hari ini tidak begitu lama berjalan hingga tiba di Camp I, jam menunjukkan sedikit lewat dari pukul 4 sore. Lokasinya tidak begitu luas tapi cukuplah untuk mendirikan 3 tenda dan masih menyisakan lokasi untuk dapur plus api unggun. Ada yang langsung nebas-nebas merapikan pelataran, ada yang langsung merentangkan flysheet, ada yang sibuk melepas pacet-pacet kelaparan dari kaki dan balik kaus kaki, diiringi nada musik reggae nya om Marley, semua berbuat disini, bahkan berbuat kejahilan..

Belum ada dingin di malam pertama jalur pendakian kalibaru ini, beberapa manusia masih asik hanya dengan kaus dan celana pendeknya walau aku sudah memakai apex pinky ku. Sempat ada sedikit gerimis turun sore ini, membuat suasana Raung makin nyata, menemani rangkaian kepulan asap tembakau tiada henti, ngopi, ngopi, ngopi, ngopi, ngopi dan ngeteh sambil menikmati pemandangan orang memasak dengan tekunnya.

Paket makan malam 1 ada di ranselku, jelas sedikit beban akan berkurang untuk perjalanan besok :). Jam 7 malam kesenangan malam ini dimulai, ada beberapa macam lauk tersedia mulai dari ikan goreng sukaannya joitem, rendang, dan otak-otak, sayur malam ini tumis kacang panjang dan ada kerupuk ditambah sambal bajak bekal dari bu Soteo juga yang melengkapi kenikmatan makan malam. Nikmat, sempurna!

Jam 1o malam lewat saat beberapa dari kami memutuskan untuk meluruskan badan di dalam tenda, aku-joitem-aden-benkbenk di satu tenda, om cupy-nikk-ruday di lafuma kedua lalu om bob & opiek di traptent. Saat malam sudah semakin larut dan mata sudah sangat berat aku masih mendengar suara joitem dan benkbenk diluar, ada nocturnal ternyata disini.

Selamat malam Raung, selamat malam 8 sahabat, selamat datang kedamaian malam.

No comments: