Thursday, February 14, 2008

.. Kampung Mandalawangi .. 106*58'52"T 06*44'12"S

08 February 2008



Langit makin gelap dan gerimis juga sudah mulai saat aku tiba di Terminal Kampung Rambutan. Aku telat, telat banget! Hah.. kenapa juga bisa pake acara kartu atm ketelan segala, jadilah di dompetku hanya tersisa uang 73 rebu, hingga kembali ke Jakarta nanti.
Sekarang udah jam 10 malam, dari tadi sunu udah telpon & sms, jadi begitu bus trans jakarta itu brenti aku bergegas mencari gerombolan yang pastinya udah ga sabar menunggu..

Begitu ketemu senneng banget rasanya, ada semud & sunu. Temennya semud yang 2 orang lagi makan katanya, begitu kelar kenal kenalan dengan Vera & Irene lalu langsung naik bus menuju ke Cianjur, karena kita akan berhenti di Puncak Pas..

Jam 00.15 kira-kira, kita sampe di Puncak Pass. Tadi sepanjang jalan begitu masuk kawasan puncak aku melihat kabut tebal banget, dari balik kaca bus.. Begitu bus berhenti dan kita melompat turun, tiba-tiba seperti ditumpahkan dari langit .. hujan turun. Rintiknya saling berpacu menyentuh bumi, membasahi kami. Tidak ada kesempatan untuk santai, aku mengangkat ranselku lalu langsung berlari menyeberang jalan menuju warung yang masih terlihat terang. Hah, sekejab.. namun kami kuyup!!

Mungkin ini namanya Badai!!

Hujan turun sangat deras, suara angin menderu-deru hingga membuat papan penunjuk jalan bergoyang tak tentu arah dengan liarnya, kabut berlari-lari bersama angin. Inikahah Badai.. hah, akhirnya kita bertemu!!

Kami memilih untuk menunggu, menunggu cuaca sedikit bersahabat. satu jam.. dua jam.. dan akhirnya jam 3 dia sedikit mereda. Gempuran anginnya tidak begitu gila lagi, dan kami putuskan mulai berjalan. O ya, anggota jalan tambah 1 orang, kebetulan tujuannya sama, dia mau menyusul temennya di Kampung Mandalawangi.

Jalan awalnya adalah aspal yang menanjak, dan belum lama berjalan hujan kembali membombardir. Untuk dapat berjalan lurus saja sulit rasanya, angin ini seperti ingin membawa kami terbang ke angkasa. Terkadang aku memilih berhenti dan berpegangan pada rumpun hijau di kiri-kananku, bahkan dengan beban ransel ini aku gamang menghadapi angin besar ini.. Tapi, ada saat aku lupa kalau itu sedang ada di tengah Badai, pertemuan pertama ini sangat menyenangkan hatiku, dinginnya tidak begitu terasa - tertutupi hangat yang ada dalam dada.
Ada masa aku tertegun, memandangi putihnya kabut dan tarian ilalang dihadapanku, dalam sejauh tikka plus ku dapat menjangkau!
Aaarrgghhh.. Tuhan, ini teramat indah!

Tidak lama berjalan kami bertemu shelter permanen, hanya muat untuk 1 tenda kapasitas 4 orang dan saat itu sudah ada tenda disana. Segera 1 orang temen seperjalanan yang tadi bertemu di warung menyapa dan akhirnya dia memutuskan tidak meneruskan perjalanan dan berteduh dulu. Mengingat kondisi perlengkapannya sepertinya berteduh memang yang terbaik untuknya saat ini, dan kami berlima kembali meneruskan perjalanan.

Berjalan kira-kita 20-30 menit kami menemukan tempat yang memungkinkan membangun tenda, semua bergerak cepat, dan sepertinya langitpun mengerti karena rintik hujan itu sedikit berkurang saat kami membangun tenda, dan kembali tumpah saat kami sudah di dalam. Malam ini, tidurku lelap sekali.. seperti selalu, saat aku keluar dari kungkungan tembok.

10 lewat aku baru terbangun.. dingin, malas bangun, namun bayangan tentang Kampung Mandalawangi selalu menari di kepalaku, aku putuskan keluar tenda dan mulai nyiapin sarapan pagi untuk semua orang. Membuka hari dengan kopi hangat & roti coklat, indah bukan. Lalu masak nasi, tumis buncis, telor dadar dan kering tempe.. nikmat benner.. O iya, saat nasi matang sekonyong-konyong sesosok mahluk cakep nongol di depan tenda ( seperti penampakan saja), Om cupi nongol.. nongol dengan menhirnya, ha ha dari tadi diomongin, akhirnya dia muncul juga.
jam 12-an, akhirnya semua udah beres, tenda sudah masuk dan perut sudah kenyang. We're ready to rock the world!!!

Satu yang tak berhenti menemani langkah kita adalah rintik hujan, setia sekali. Kira-kira 1 jam berjalan aku mulai dapat merasakan dingin yang merembes di pundakku, menandakan raincoat kuningku mulai kehilangan kemampuannya. ah, tapi mengingat semua perjalanan yang telah kita lalui bersama tidak akan secepat itu dia pensiun.
Jam 2an kita ketemu rombongan om Ijo, dessy dan agly yang sedang jalan turun, gillaaa.. kalo ditelaah dari kondisi wajah seakan-akan mereka baru aja melewati medan yang berrraaattt benjet!!! Hujan ini memang gila! Jadilah kita nge-riung sesaat & dua saat di jalan setapak, bertukar sedikir cerita, berbagi tawa, snack, rokok dan air.. lalu melanjutkan perjalanan.

Di ketinggian 1800an aku baru "ngeh" kalo ternyata sunu, semud & vera Januari kemaren udah kesini, tapi kampungnya ngga ketemu, di persimpangan jalan kita lalu buka peta lagi.. jelas sekali kalo mereka enggan memilih jalur belok yang kita pilih "itu sama aja, kemaren itu juga lewat situ" .. hemh.
Akhirnya peta dibuka.. aarrrgghhh konturnya ngga jelas sama sekali! Satu catatan penting ini, satu keteledoran yang parah banget, jalan dan petanya ngga jelas. Satu saat aku akan kembali ke tempat ini dan aku akan pastikan petanya benner!


"Ingat Joan, bersyukurlah kalo kali ini peta itu tidak begitu menentukan langkahmu.. jika kabutnya pekat dan jalan setapaknya tak jelas.. langkah selanjutnya mungkin tergantung Peta dan Kompas".



Dengan peta yang ada seadanya itu aku berusaha membaca kami ada dimana dan harus kemana. Akhirnya kami putuskan untuk ambil jalur yang sudah pernah dilewati sunu dkk, disatu titik kita akan misah dari jalur yang mereka lalui, dan titik itu tidak boleh salah. Aku lalu pindah jalan ke depan, di depanku hanya ada om cupi dan kita bergerak cepat di depan.. Akhirnya titik itu ketemu, jalan yang putus dan tidak mungkin dilewati karena ada pandan hutan besar menutup jalan. Om cupi coba ngecek ke kanan & ga mungkin, aku lalu memanjat tebing tanah di sebelah kiriku, diantara ranting pohon tumbang, bawa ransel gede pula, ngga mudah untuk naik. Begitu ada di atas jadi lebih baik, tidak ada jejak kaki bekas dilewati, tapi ternyata jalan sambungannya ada, hanya kira2 3 Meter yang terputus, tapi kalau tidak dilihat dengan baik memang akan memilih terus naik ke punggungan.
Sesuai dengan perkiraan, tidak lama kita ketemu dengan tim penjemput dari kp. mandalawangi, ada 3 orang cemcereme. ada yang sendal jepitan doanks, celana pendekan doang juga.. hah.. anak-anak muda ini.

Selanjutnya tinggal turun ke lembah, turun terus, namun tidak terlihat apa-apa, selain putih yang pekat itu. Konon, Kampung Mandalawangi ini berada di lembang yang dipagari gunung-gunung, jadi sudah sangat pantas kalo pemandangannya akan dahsyat sekali. Kalau tanpa kabut.
Begitu nyampe di lokasi Camp, penuh dengan orang-orang yang abis nge-camp dan siap untuk kembali ke peradaban, mereka kuyup. Ngga enak rasanya dipandangi begitu banyak mata.
Setelah mereka berangkat semua langsung bergerak.. diriin tenda dan masak air!

hujan memang beneran enggan berhenti, jam 6.30 semua udah beres makan. jam 7 semud, vera & Irene sudah menghangatkan sleeping bag. Aku, Sunu, Om Cupi, Om Asdath,dan 2 orang anak muda masih bertahan dibawah fly sheet.. ngobrol-ngobrol, berbagi tawa, berbagi kopi, berbagi ubi (enak gila!) dan menghitung rencana perjalanan selanjutnya.. jam 9 dan semuanya lalu bubar, hanya hujan yang tetap setia!

Tiba-tiba, hari ini sudah besok!
Jam 8 baru bangun dan hujan makin menggila diluar. Di dalam tenda, di balik sleeping bag tentu hangat. Nikmatnya tidur ditemani suara hujan ini, bayangkan 10 jam aku mampu tidur, disini.

Hari ini semua berjalan cepat. Bangun, masak, makan, nunggu hujan mengecil, beres-beres, packing dan berangkat!! Sebelum jalan pertanyaan dari kakek Pemburu adalah "Mau yang singkat tapi pake nanjak ato yang panjang tapi turun terus?" ha ha.. "yang turun terussss...".
Sungguh pilihan bijak, bijak sekali.
Semua bergerak cepat dan tiba-tiba kami sudah ada di kebon teh..

.. lagi, satu perjalanan menyenangkan, dengan temen-temen yang menyenangkan..

jika diawal, saat sebelum jalan aku tau aku akan bertemu dengan Badai - dengan Hujan tanpa henti itu - aku akan tetap pergi. Belum tentu akan ada kesempatan seperti malam itu lagi, boleh bernafas & berjalan bersama Badai!!


sunu, semud, vera, irene, om cupi, om azdath .. ..

terima kasih!

1 comment:

Anonymous said...

Kirain Catper betulan, dibungkus fiksi ya, aseeeek