"The end of the ridge and the end of the world... then nothing but that clear, empty air. There was nowhere else to climb. I was standing on the top of the world."
~ Stacy Allison, 1st American woman to summit Everest ~
Beberapa hari lalu aku buka website temen-temen dari negara tetangga, lalu kembali aku lihat tulisan diatas ini.. Membuat terdiam, bengong untuk beberapa saat. Lalu, seperti biasa terbawa ke alam menjelang tidurku. Dingin-dingin yang dulu pernah kurasa kembali, menyenangkan sekali saat pikiran terbang membawa tubuh ke tempat-tempat yang masih hanya dapat kulihat lewat gambar, lewat film...
"I was standing on top of the world"
Berada di titik tertinggi di bumi ini, saat bernafas menjadi kerja keras.. saat sejauh mata mampu memandang hanya ada birunya langit dan putihnya samudra es.. diantara dingin yang membeku..
Saat moment terindah dalam hidup, dalam impian, menjadi kenyataan.. saat itu mungkin bahkan tak ada satu orangpun yang berada disamping kita untuk berbagi senyum dan bahagia...
Moment yang sangat menyenangkan untuk dibayangkan, untuk diperjuangkan menjadi kenyataan..
Jika ditanya seperti apa rasanya? Seperti apa rasanya?? Tidak akan pernah cukup banyak perbendaharaan kata untuk menjelaskan.. seperti apa rasanya??
Sementara saat aku masih berpijak di bumi pertiwi ini aja kadang ampe merinding dan pengen teriak untuk ngatasin dada yang bergemuruh karena sesuatu tentang Everest..
"Sakit. Takut. Sesek napas, mual, ky bw candi, badan rasanya berat banget"
Ini jawaban sms yang ampe detik ini aku simpan, saat pertengahan Oktobre lalu ngga nahan untuk nanya temen "Apa rasanya ada di Lhotse Face?" Ngga ada yang indah dari sms balesannya dia, tapi kalo ditanya "mau balik lagi ngga" ha ha ha no doubt, dia pasti mau!!
Jika saatnya tiba, ntah kepada siapapun..
Diijinkan berada disana, dititik tertinggi di bumi ini.. Satu karunia yang mungkin tidak dapat dimengerti semua orang, satu karunia yang ..
Gitu deh.. Inginku.
1 comment:
tengkyu...tengkyu...kalian memang memalukan
Post a Comment